Setelah Pangeran Suria Kusumah Adinata wafat digantikan oleh putranya Raden Sadeli dilahirkan di Sumedang tanggal 11 Januari 1851 . Sebelum menjadi bupati Sumedang Raden Sadeli menjadi Patih Afdeling Sukapura kolot di Mangunreja. Pada tanggal 31 Januari 1883 diangkat menjadi bupati memakai gelar Pangeran Aria Suria Atmadja (1883 – 1919).
Pangeran Suria Atmadja adalah Seorang bupati sumedang terakhir yang mendapat gelar Pangeran, sehingga disebut pangeran panungtung (Terakhir)Pangeran Aria Suria Atmadja merupakan pemimpin yang adil, bijaksana, saleh dan taqwa kepada Allah. Raut mukanya tenang dan agung, memiliki disiplin pribadi yang tinggi dan ketat.
Wibawa Pangeran Aria Suria Atmadja sangat besar yang memancar dari 4 macam sumber :
a. Kedudukannya sebagai bupati.
b. Patuh dan taqwa dalam agama.
c. Kepemimpinannya yang tinggi.
d. Displin yang tinggi.
Pangeran Aria Suria Atmadja ketika mendapat penghargaan
bintang jasa. Pangeran Aria Suria Atmadja memiliki jasa dalam pembangunan Sumedang di beberapa bidang, antara lain :
1. BIDANG PERTANIAN
Membangun aliran irigasi di sawah-sawah, penanaman sayuran, melakukan penghijauan di tanah gundul dan membangun lumbung desa. Pangeran Aria Suria Atmadja memberi ide bagaimana meningkatkan daya guna dan hasil guna pengolahan tanah, pembuatan sistem tangga (Terasering) pada bukit-bukit.
2. BIDANG PERTERNAKAN
Untuk meningkatkan hasil ternak yang baik di Sumedang, di datangkan sapi dari Madura dan Benggala dan kuda dari Sumba atau Sumbawa untuk memperoleh bibit unggul.
3. BIDANG PERIKANAN
Pelestarian ikan di sungai diperhatikan dengan khusus, jenis jala ikan ditentukan ukurannya dan waktu penangkapannya agar ikan di sungai selalu ada. Penangkapan ikan dengan racun atau peledak di larang.
4. BIDANG KEHUTANAN.
Daerah-daerah gunung yang gundul ditanami pohon-pohon agar tidak longsor., selain dibuat hutan larangan / tertutup yaitu hutan yang tidak boleh diganggu oleh masyarakat demi kelestarian tanaman dan binatangnya. Binatang dan pohon langka mendapat pelindungan khusus.
5. BIDANG KESEHATAN.
Penjagaan dan pemberantasan penyakit menular mendapat perhatian besar. Bayi dan anak-anak diwajibkan mendapatkan suntikan anti cacar diadakan sampai ke desa-desa. Masyarakat dianjurkan menanam tanaman obat-obatan di perkarangan rumahnya.
6. BIDANG PENDIDIKAN
Pada tahun 1914 mendirikan Sekolah Pertanian di Tanjungsari dan wajib belajar diterapkan pertama kalinya di Sumedang. Pada tahun 1915 di Kota Sumedang telah ada Hollandsch Inlandsche School , mendirikan sekolah rakyat di berbagai tempat Sumedang dan membangun kantor telepon.
7. BIDANG PEREKONOMIAN
Pada tahun 1901 membangun “Bank Prijaji” dan pada tahun 1910 menjadi “Soemedangsche Afdeeling Bank”. Pada tahun 1915 mendirikan Bank Desa untuk menolong rakyat desa.
8. BIDANG POLITIK
Pada tahun 1916 mengusulkan kepada pemerintah kolonial agar rakyat diberi pelajaran bela negara / mempergunakan senjata agar dapat membantu pertahanan nasional. Ide ini dituangkan dalam buku ‘Indie Weerbaar” / Ketahanan Indonesia, tapi usul ini ditolak pemerintah Belanda. Pangeran Aria Suria Atmadja tidak mengurangi cita-citanya, disusunlah sebuah buku yang berjudul ‘ Ditiung Memeh Hujan” dalam buku itu dikemukakan lebih jauh lagi agar Belanda kelak perlu mempertimbangkan dan mengusahakan kemerdekaan bagi rakyat Indonesia. Pemerintah kerajaan Belanda memberi reaksi hingga dibuat benteng di kota Sumedang, benteng gunung kunci dan Palasari.
9. BIDANG KEAGAMAAN
Bidang keagamaan mendapat perhatian yang besar dari Pangeran Aria Suria Atmadja. Mesjid dan pesantren mendapat bantuan penuh, peningkatan pendidikan agama mulai dini
10. BIDANG KEBUDAYAAN
Bidang kebudayaan dapat perhatian besar dari Pangeran Aria Suria Atmadja khususnya Tari Tayub dan Degung. Selain ahli dalam sastra sunda, Pangeran Aria Suria Atmadja pun membuat buku dan menciptakan lagu salah satunya Lagu Sonteng.
11. BIDANG LAINNYA
Membangun rumah untuk para kepala Onderdistrik, dibangunnya balai pengobatan gratis, dan menjaga keamanan diadakan siskamling.
Masih banyak jasa lainnya dan atas segala jasanya dalam membangun Sumedang, baik itu pembangunan sarana fisik tetapi juga pembangunan manusianya. Pangeran Aria Suria Atmadja mendapat berbagai penghargaan atau tanda jasa dari pemerintah kolonial Belanda salah satunya tanda jasa Groot Gouden Ster (1891) dan dianugerahi beberapa bintang jasa tahun 1901, 1903, 1918, Payung Song-song Kuning tahun 1905, Gelar Adipati 1898, Gelar Aria 1906 dan Gelar Pangeran 1910.
Pada masa pemerintahan Pangeran Aria Suria Atmadja mendapatkan warisan pusaka-pusaka peninggalan leluhur dari ayahnya Pangeran Aria Suria Kusumah Adinata , Pangeran Aria Suria Atmadja mempunyai maksud untuk mengamankan, melestarikan dan menjaga keutuhan pusaka. Selain itu agar pusaka merupakan alat pengikat kekeluargaan, kesatuan dan persatuan wargi Sumedang, maka diambil langkah sesuai agama Islam Pangeran Aria Suria Atmadja mewakafkan pusaka ia namakan sebagai “barang-barang banda”, “kaoela pitoein”, “poesaka ti sepuh”, dan “asal pusaka ti sepuh-sepuh” kepada Tumenggung Kusumadilaga pada tanggal 22 September 1912, barang yang diwakafkannya itu tidak boleh diwariskan, tidak boleh digugat oleh siapa pun juga, tidak boleh dijual, tidak boleh dirobah-robah, tidak boleh ditukar dan diganti. Dengan demikian keutuhan, kebulatan dan kelengkapan barang pusaka terjamin. Wakaf mulai berlaku jika Pangeran Aria Suria Atmadja berhenti sebagai bupati Sumedang atau wafat.
Pada tahun 1919 Pangeran Aria Suria Atmadja berhenti sebagai bupati Sumedang dengan mendapat pensiun. Pada tanggal 30 Mei 1919 dilakukan penyerahan barang “Asal pusaka ti sepuh-sepuh” dan “Tina usaha kaula pribadi” kepada Tumenggung Kusumadilaga yang menjadi bupati Sumedang menggantikan Pangeran Aria Suria Atmadja .Tumenggung Kusumadilaga baru menerima barang-barang yang diwakafkan kepadanya dengan ikhlas dan bersedia mengurusnya dengan baik seperti dalam suratnya tertanggal 18 Juni 1919.
Monumen Lingga di tengah alun-alun Sumedang untuk meng hormati jasa – jasa Pangeran Aria Suria Atmadja.
1. BIDANG PERTANIAN
Membangun aliran irigasi di sawah-sawah, penanaman sayuran, melakukan penghijauan di tanah gundul dan membangun lumbung desa. Pangeran Aria Suria Atmadja memberi ide bagaimana meningkatkan daya guna dan hasil guna pengolahan tanah, pembuatan sistem tangga (Terasering) pada bukit-bukit.
2. BIDANG PERTERNAKAN
Untuk meningkatkan hasil ternak yang baik di Sumedang, di datangkan sapi dari Madura dan Benggala dan kuda dari Sumba atau Sumbawa untuk memperoleh bibit unggul.
3. BIDANG PERIKANAN
Pelestarian ikan di sungai diperhatikan dengan khusus, jenis jala ikan ditentukan ukurannya dan waktu penangkapannya agar ikan di sungai selalu ada. Penangkapan ikan dengan racun atau peledak di larang.
4. BIDANG KEHUTANAN.
Daerah-daerah gunung yang gundul ditanami pohon-pohon agar tidak longsor., selain dibuat hutan larangan / tertutup yaitu hutan yang tidak boleh diganggu oleh masyarakat demi kelestarian tanaman dan binatangnya. Binatang dan pohon langka mendapat pelindungan khusus.
5. BIDANG KESEHATAN.
Penjagaan dan pemberantasan penyakit menular mendapat perhatian besar. Bayi dan anak-anak diwajibkan mendapatkan suntikan anti cacar diadakan sampai ke desa-desa. Masyarakat dianjurkan menanam tanaman obat-obatan di perkarangan rumahnya.
6. BIDANG PENDIDIKAN
Pada tahun 1914 mendirikan Sekolah Pertanian di Tanjungsari dan wajib belajar diterapkan pertama kalinya di Sumedang. Pada tahun 1915 di Kota Sumedang telah ada Hollandsch Inlandsche School , mendirikan sekolah rakyat di berbagai tempat Sumedang dan membangun kantor telepon.
7. BIDANG PEREKONOMIAN
Pada tahun 1901 membangun “Bank Prijaji” dan pada tahun 1910 menjadi “Soemedangsche Afdeeling Bank”. Pada tahun 1915 mendirikan Bank Desa untuk menolong rakyat desa.
8. BIDANG POLITIK
Pada tahun 1916 mengusulkan kepada pemerintah kolonial agar rakyat diberi pelajaran bela negara / mempergunakan senjata agar dapat membantu pertahanan nasional. Ide ini dituangkan dalam buku ‘Indie Weerbaar” / Ketahanan Indonesia, tapi usul ini ditolak pemerintah Belanda. Pangeran Aria Suria Atmadja tidak mengurangi cita-citanya, disusunlah sebuah buku yang berjudul ‘ Ditiung Memeh Hujan” dalam buku itu dikemukakan lebih jauh lagi agar Belanda kelak perlu mempertimbangkan dan mengusahakan kemerdekaan bagi rakyat Indonesia. Pemerintah kerajaan Belanda memberi reaksi hingga dibuat benteng di kota Sumedang, benteng gunung kunci dan Palasari.
9. BIDANG KEAGAMAAN
Bidang keagamaan mendapat perhatian yang besar dari Pangeran Aria Suria Atmadja. Mesjid dan pesantren mendapat bantuan penuh, peningkatan pendidikan agama mulai dini
10. BIDANG KEBUDAYAAN
Bidang kebudayaan dapat perhatian besar dari Pangeran Aria Suria Atmadja khususnya Tari Tayub dan Degung. Selain ahli dalam sastra sunda, Pangeran Aria Suria Atmadja pun membuat buku dan menciptakan lagu salah satunya Lagu Sonteng.
11. BIDANG LAINNYA
Membangun rumah untuk para kepala Onderdistrik, dibangunnya balai pengobatan gratis, dan menjaga keamanan diadakan siskamling.
Masih banyak jasa lainnya dan atas segala jasanya dalam membangun Sumedang, baik itu pembangunan sarana fisik tetapi juga pembangunan manusianya. Pangeran Aria Suria Atmadja mendapat berbagai penghargaan atau tanda jasa dari pemerintah kolonial Belanda salah satunya tanda jasa Groot Gouden Ster (1891) dan dianugerahi beberapa bintang jasa tahun 1901, 1903, 1918, Payung Song-song Kuning tahun 1905, Gelar Adipati 1898, Gelar Aria 1906 dan Gelar Pangeran 1910.
Pada masa pemerintahan Pangeran Aria Suria Atmadja mendapatkan warisan pusaka-pusaka peninggalan leluhur dari ayahnya Pangeran Aria Suria Kusumah Adinata , Pangeran Aria Suria Atmadja mempunyai maksud untuk mengamankan, melestarikan dan menjaga keutuhan pusaka. Selain itu agar pusaka merupakan alat pengikat kekeluargaan, kesatuan dan persatuan wargi Sumedang, maka diambil langkah sesuai agama Islam Pangeran Aria Suria Atmadja mewakafkan pusaka ia namakan sebagai “barang-barang banda”, “kaoela pitoein”, “poesaka ti sepuh”, dan “asal pusaka ti sepuh-sepuh” kepada Tumenggung Kusumadilaga pada tanggal 22 September 1912, barang yang diwakafkannya itu tidak boleh diwariskan, tidak boleh digugat oleh siapa pun juga, tidak boleh dijual, tidak boleh dirobah-robah, tidak boleh ditukar dan diganti. Dengan demikian keutuhan, kebulatan dan kelengkapan barang pusaka terjamin. Wakaf mulai berlaku jika Pangeran Aria Suria Atmadja berhenti sebagai bupati Sumedang atau wafat.
Pada tahun 1919 Pangeran Aria Suria Atmadja berhenti sebagai bupati Sumedang dengan mendapat pensiun. Pada tanggal 30 Mei 1919 dilakukan penyerahan barang “Asal pusaka ti sepuh-sepuh” dan “Tina usaha kaula pribadi” kepada Tumenggung Kusumadilaga yang menjadi bupati Sumedang menggantikan Pangeran Aria Suria Atmadja .Tumenggung Kusumadilaga baru menerima barang-barang yang diwakafkan kepadanya dengan ikhlas dan bersedia mengurusnya dengan baik seperti dalam suratnya tertanggal 18 Juni 1919.
Monumen Lingga di tengah alun-alun Sumedang untuk meng hormati jasa – jasa Pangeran Aria Suria Atmadja.
Pangeran Aria Suria Atmadja wafat pada tanggal 1 Juni 1921 dimakamkan di Ma’la Mekah ketika menunaikan ibadah haji sehingga di kenal sebagai Pangeran Mekah.
Untuk menghormati jasa-jasanya pada tanggal 25 April 1922 didirikan sebuah monumen berbentuk Lingga di tengah alun-alun kota Sumedang, yang diresmikan Gubernur Jenderal D. Fock serta dihadiri para bupati, residen se-priangan serta pejabat-pejabat Belanda dan pribumi.
Detik-detik keberangkatan Pangeran suria atmadja ke mekkah
mempergunakan transportasi kereta api (jendela gerbong K.A no.2)
Foto Lokasi makam Pangeran Suria Atmadjadi Ma’la Mekah
Jika menurut Anda artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.
16 komentar:
Izin save photo nya kang, terima kasih
kang mw nanya..
apakah ad wadana sumedang dgn nama "Abdullah Safe'i" ??
plz reply..
@Ikasmandaci..mangga wae pami peryogi mah, kantun disave wae,
@....Pami teu lepat mah Abdullah safe'i kantos janten Ketua YPS(yayasan Pangeran Sumedang)sanes Wedana sumedang, tapi punten manawi abdi seja tetelepek deui milarian data anu jenengan Abdullah Safe'i teh bilih leres kantos janten Wedana di sumedang.hatur nuhun
saya mohon informasinya (kl ada ...) ttg silsilah pangeran sugih, krn menurut bapak sy ... beliau adalah buyut (keturunan ke-4), dan Tedjakaraton dan Aom Kadir adalah kakek/nenek bpk. atas bantuannya terima kasih (Saefudin Wiradiredja, bengkulu)
hatur nuhun kasadayana, waleran kanggo bapak Asep, kapungkur mah abdi gaduh sarsilah Aom Kadir Sumawilaga rakana Kanjeng pangeran mekah, mung kumargi tipayun data Hardiskna reak janten ayeuna mah teu gaduh, mung kantun fotona Aom Kadir,sementawis abdi bade masihan no Hp. salah sawios katurunan ti Aon Kadir, anu ayeuna janten Ketua Nonoman Karaton SumedangLarang(NKSL),call. 085659772287
jawab bwt pa asep saefudin wiradiredja...Maaf setelah saya komfirmasi ke salah satu keturunan/cucu R. Kadir Soemawilaga, R. Kadir Soemawilaga putra dari Pangeran Soeria Koesoemah Adinata / Pangeran Sugih dari istrinya Permainsuri Nyi. Rd. Ayu Ratnaningrat, yang mempunyai putra putri 5 orang, antara lain
1. Ni.Rd. Ayu Radjaretnadi.
2. Rd. Sadeli / Pangeran Aria Soeria Atmadja (Bupati Sumedang 1882 – 1919).
3. Ni. Rd. Radjapermana.
4. Ni. Rd. Banoningrat.
5. Rd. Kadir Soemawilaga.
jika ingin bergabung dengan keturunan Rd.Kadir Sumawilaga bisa melalui link group http://www.facebook.com/groups/180668705277963/#!/groups/180668705277963/ terima kasih
hapunten pun aki namina R.Tatang Natadiningrat,pami hoyong terang silsilahna kumaha,margi abdi teh poekeun obor,nami abdi Budi Adjie linggih di sukabumi
Mohon petunjuk informasi keturunan dari pangeran suriaatmadja ...... Apakah beliau menikah ? Berapa putra putri nya ?
Terima kasih sebelumnya
Taufik.Boenardi
Dalam pelacakkan saya mengenai leluhur saya, saya teringat cerita orang tua saya tentang buyut saya yang pernah belajar mengaji di waktu kecil kepada seorang wanita tua dan buta di daerah Kaum Sumedang, yang tahun kejadiannya sama dengan kehidupan Cut Nyak Dien ketika dibuang oleh Belanda di Sumedang.
Dan saya teringat jugarorang tua saya pernah cerita bahwa buyut memiliki saudara-saudara yang sekarang ini memiliki pondok pesantren di Kaum Sumedang, saya tidak tahu apakah buyut saya itu masih ada hubungan dengan tokoh-tokoh agama H. Sanusi atau H Ilyas, atau saudara-saudara buyut saya yang saat ini mengasuh pondok pesantren tersebut, ingin mengetahui juga apakah para pemilik dan pengasuh pondok pesantren tersebut adalah keturunan H. Sanusi atau H Ilyas.
Saya hanya ingin mengetahui buyut-buyut dan leluhur saya...dan kalau di izinkan Allah suatu saat saya ingin menyambung tali silaturahmi.
Kemungkinan besar buyut istri adalah keturunan/putri dari H Ilyas, buyut istri bernama Abibah, rumah yang ditempati oleh Cut Nya Dien ketika ditipkan ke H Ilyas oleh Bupati Sumedang Pangeran Suria Atmadja atau Pangeran Mekkah , adalah rumah H ilyas yang sekarang masih terawat, dan yang merawat rumah peninggalan sejarah tersebut, kalau tidak salah adalah keturunan dari adiknya buyut istri Abibah yang bernama Enci/Aim. H Ilyas berasal dari daeerah Darmaraja – Sumedang
Kang......manawi kagungan informasi "H. Ilyas", tokoh agama Sumedang, informasinya beliau berasal dari Darmaraja.
Hatur nuhun sateuacanna.
Katanya saya ini masih keturunan ke7 dari Pangeran Aria Soeria Atmadja tp saya juga belum yakin bener sih....mungkin ada yang punya silsilah keluarga dari Pangeran Aria Soeria Atmadja tolong di share dong....
Pangeran suria atmadja punya anak 1 dan menikah punya cucu 1 rd.hasan basri. anak serta cucu nya pangeran mekah/pangeran suria atmadja disingkat Pasa lebih dulu meninggal dari Pangeran mekah. jadi pangeran mekah buntu keturunan nya hingga Pasa menjadi murung dan lengser dari kebupatian sumedang trus menunaikan haji kemudian wafat di mekah...Pasa dikenal pangeran mekah krn wafat di mekah.... coba cek kembali silsilah keluarga (dona darma)kok bisa keturunan ke 7 dari pasa ??? padahal keturunan beliau buntu sampe hasan basri yg meninggal masa kanak2
Petilasan ny di Sumedang ada Ga ya kang
Petilasan ny di Sumedang ada Ga ya kang
Petilasan ny di Sumedang ada Ga ya kang
mantap,,aqu bangga lahir d sumedang pd tgl 25 juni 1986
Kang, abdi bade tumaros perkawis silsilah Rd. Sumadikara bin Rd. Aria Dinata nu ti Sumedanglarang.. gaduh puputra dugi ka Banten.. leres ta hente? Punten nu kasuhun, hampura nu kateda... 🙏
Posting Komentar
Pengunjung yang baik tentunya memberikan Komentar,kritik serta saran yang sopan disini, Terima kasih atas komentar dan kunjungan nya