Manik-manik atau mutisalah (beads) merupakan salah satu benda perhiasan yang indah bentuknya dan selalu diburu para kolektor. Manik biasanya berbentuk bulat, dilubangi dan diuntai menjadi satu jalinan yang dipergunakan untuk menghias diri atau benda lainnya. Bahan baku manik beraneka ragam seperti cangkang kerang, batu, keramik, tembikar, kaca, kayu, getah, biji-bijian, tulang, taring, merjan dan logam.
Pembuatan manik pertama berbahan kerang pernah ditemukan di Eropa pada masa Acheul (250.000 - 130.000 SM). Demikian juga halnya di Indonesia, temuan manik pertama juga berasal dari kerang dan gigi yang telah berlangsung sejak zaman prasejarah ketika manusia masih menghuni gua. Manik kerang tersebut dapat ditemukan di Gua Lawa-Sampung dan Gua-gua di Maluku Utara. Hingga kini budaya pembuatan dan penggunaan manik kerang dan gigi masih dapat dijumpai di Kalimantan, Sumba dan Papua. Selain itu pada masa berikutnya pembuatan manik berbahan tulang dan gading juga dapat ditemukan di wilayah Eropa maupun Indonesia.
Perkembangan selanjutnya bergeser pada manik berbahan batu mulia yang sangat sulit dalam pembuatannya karena harus melakukan pengeboran dan penghalusan. Bahan yang sering digunakan antara lain kornelian, oniks, kecubung, akik, hablur, batu hijau lunak, dan batu kapur. Keterbatasan bahan baku menjadi faktor utama manik-manik batu sangat dianggap barang mewah atau berstatus sosial tinggi. Manik batu dihasilkan pada zaman neolitik (2500 - 1000 SM) dengan bukti temuan permukaan di Situs Sangiran berbahan andesit. Manik batu yang berkembang pada masa awal masehi banyak ditemukan pada kubur batu megalitik seperti misalnya di Jember dan Bondowoso Jawa Timur. Pembuatan manik batu berbahan di Mesopotamia dan Mesir bahkan sudah berkembang sejak 6500 SM sebagai barang dagangan di Laut tengah dan Asia Barat.
Ketika bahan batu mulia sulit didapatkan dan teknologi makin berkembang maka beberapa sentra industri manik memperkenalkan manik kaca yang dapat dijumpai hampir di setiap tempat. Pembuatan manik kaca pertama yang terbuat dari sejenis keramik berbahan kuarsa pasir terletak di Mesir sekitar tahun 2500 SM. Salah satu manik kaca yang penemuannya melimpah di seluruh nusantara dan Asia Tenggara adalah manik kaca Indo-Pasifik yang memiliki warna yang khas dan beragam. Manik kaca Indo-Pasifik kemungkinan berasal berkembang pada akhir sebelum masehi hingga abad-abad awal masehi. Bentuk manik pada masa ini mengalami perkembangan yang beragam seperti manik kaca berleher, segitiga, dan sebagian berlubang tiga. Manik kaca karena mudah pembuatan, maka makin banyak sentra industri manik yang memproduksi manik kaca dibandingkan manik berbahan lainnya. Hingga abad X Masehi jenis-jenis manik kaca makin beragam bahkan dengan pewarnaan yang mencolok dan terang. Warna merah, hitam, kuning, hijau, biru dan coklat pada manik-manik kaca Indo-Pasifik menjadi warna yang sangat favorit dan digemari. Banyak pertentangan pendapat tentang asal-usul manik kaca Indo-Pasifik antara lain Asia Barat, India Selatan, Thailand, Malaysia, Sumatra, Jawa Timur bahkan Cina.<--PAGEBREAK-->
India memiliki dua pusat pembuatan manik batu dan kaca yang mampu memasok Eropa, Afrika, dan Asia. Sentra pertama yaitu Cambay di Gujarat yang menghasilkan mineral kuarsa seperti kalsedon, kuarsa kristal, batu hablur, kornelian dan oniks. Pengeboran batu mulia di India sudah menggunakan intan dan dianggap sebagai penemu pertama di dunia. Sentra kedua yaitu Arikamedu yang memproduksi manik kaca tarik monokrom dengan teknik lada berwarna coklat kemerahan, hijau, biru dan kuing. Sebagian besar berwarna merah buram dan biru tembus cahaya. Sentra manik kaca Arikamedu merupakan pusat perdagangan Romawi. Setelah abad II Masehi, sentra manik kaca Arikamedu menghilang dan diperkirakan bergeser ke tiga lokasi yaitu Mantai di Sri Langka, Klong Thom di Thailand Selatan dan Oc-eo di Vietnam.
Manik-manik berbahan logam mulia khususnya emas juga menjadi barang yang sangat berharga bagi para kolektor. Pembuatan manik emas diperkenalkan jauh sebelum masehi atau pada masa perundagian. Situs Gilimanuk, Pacung dan Sembiran di Bali pernah menemukan manik-manik emas yang bentuknya beragam. Manik emas tersebut diperkirakan dibuat antara 100 SM - 100 M berdasarkan artefak yang sezaman yaitu gerabah India Timur tipe rouletted. Pada masa klasik manik-manik emas banyak dipergunakan oleh para putri bangsawan terlihat dari ukiran arca dan pahatan relief pada beberapa candi di Jawa.
Perkembangan kekinian, manik-manik banyak diproduksi untuk menciptakan suasana keindahan baik berbahan kaca, batu, plastik, biji-bijian ataupun tulang. Keragaman bentuk, bahan, serta corak manik-manik semakin menambah ketertarikan orang untuk mengoleksinya.
Ditulis oleh: Rochtri A. Bawono
http://arkeologi.web.id/articles/arkeologi-prasejarah/23-manik-manik-benda-mungil-yang-menarik
Jika menurut Anda artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.
0 komentar:
Posting Komentar
Pengunjung yang baik tentunya memberikan Komentar,kritik serta saran yang sopan disini, Terima kasih atas komentar dan kunjungan nya