Karajan Sunda-Galuh
Tahun 0774 – 1397 Caka (0873 – 1477 Masehi) = 623 tahun Candra (604 tahun Surya);
Jumlah Maharaja 26 orang
Kala 0774 – 0813 Caka (0873 – 0910 Masehi) = 39 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – I – , ibukota di Pakuan.
Nama Rakeyan Wuwus
Nama gelar Prabu Gajah Kulwan
Istri Déwi Kirana, putri Prabu Welengan, Galuh 11
Anak 1 Batara Danghyang Guru Wisuda
2 Déwi Sawitr, isteri Rakeyan Windusakti.
Istri 2 Nonon, Enon (Ratu Palabuan Ratu)
Nama Nonon atau Enon ini terdapat dalam “sejarah Plabuan Ratu di Sukabumi selatan” sebagai Ratu yang bersuami Wuwus
Peristiwa Pada tahun 774 Caka, Ratu Galuh, ialah Prabu Linggabumi wafat, tanpa keturunan. Adiknya ialah istri Rakean Wuwus, ratu Sunda ke 8. Lalu tahta diwariskan kepadanya.
Jadi mulai tahun 744 Rakeyan Wuwus atau Sang Prabu Gajahkulwan menjadi Maharaja SUNDA-GALUH 1
Penjelasan Jadi dalam tahun 0774 C (0872 M) terjadi perobahan besar di tatar Sunda ialah dengan terjadinya penggabungan kerajaan Sunda dan Galuh karena dibawah seorang raja, ialah Rakean Wuwus
Karena dalam data sejarah tidak ditemukan data nama untuk kerajaan yang tergabung ini, maka dalam buku ini akan dinyatakan dengan nama SUNDA-GALUH.
Kerajaan SUNDA-GALUH ini dimulai dari Rakean Wuwus, tahun 0774 C (0872 M) sampai dengan kerajaan Wastukencana tahun 1397 C (1477 M), jadi selama 623 tahun Candra (605 tahun Surya); ialah selama lebih dari 6 abad.
Catatan 0741 – 0774 Caka selaku raja Sunda 8
0774 – 0813 Caka selaku maharaja SUNDA-GALUH – I -
Penguasa wilayah diangkat anak dan menantunya.
Peristiwa Setelah Rakeyan Wuwus meninggal, kekuasaannya direbut oleh Sang Arya Kedaton
Galuh 14 0774 – 0817 Caka, Batara Danghyang Guru Wisuda, putra Wuwus, Sunda
Sunda 9 0774 – 0817 Caka, Rakeyan Windusakti, suami Dewi Sawitri, putri Wuwus, Sunda
Kala 0813 – 0817 Caka (0910 – 0914 Masehi) = 4 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – II – , ibukota di Pakuan.
Nama Sang Arya Kedaton
Nama gelar Prabu Darmaraksa Cakalabuwana
Istri Déwi Widyasari, adik Rakeyan Wuwus
Anak Rakeyan Windusakti, suami Dewi Sawitri, putri Wuwus, Sunda 8
Peristiwa Setelah Wuwus meninggal (0813 Caka), tahta kerajaan direbut oleh Arya Kadaton, putra Galuh 11, adik dari istri Wuwus tapi lain ibu.
Wafat Sang Arya Kedaton dibunuh oleh seorang mentri Sunda
Galuh 14 0774 – 0817 Caka, Batara Danghyang Guru Wisuda (putra Wuwus, Sunda)
Sunda 9 0774 – 0817 Caka, Rakyan Windusakti, suami Dewi Sawitri, putri Wuwus, Sunda 8
Kala 0817 – 0835 Caka (0914 – 0932 Masehi) = 18 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – III – , ibukota di Pakuan.
Nama Rakeyan Windusakti, putra Arya Kadaton, SUNDA-GALUH – I I -
Nama gelar Prabu Déwageung Jayeng Buwana.
Istri Déwi Sawitri, adik Batara Danghyang Guru Wisuda, putra Wuwus, Sunda
Anak 1 Rakeyan Kamuning Gading
2 Rakeyan Jaya Giri
Galuh 15 0817 – 0835 Caka = 18 tahun, Kamuning Gading
Sunda 10 0817 – 0838 Caka = 21 tahun, Rakeyan Jayagiri
Kala 0835 – 0838 Caka (0932 – 0935 Masehi) = 3 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – IV – , ibukota di Pakuan.
Nama Rakeyan Kemuning Gading
Nama gelar Prabu Pucuk Wesi, Sang mokteng (yang meninggal di) Hujung Cariang
Istri
Anak Rakeyan Limbur Kencana
Peristiwa Takhta kerajaan direbut oleh adiknya, ialah Rakeyan Jayagiri.
Galuh 16 0835 – 0842 Caka = 7 tahun, Rakeyan Jayadrata
0842 – 0871 Caka = 29 tahun, Rakeyan Jayadrata, Galuh berontak, merdeka
Sunda 10 0817 – 0838 Caka = 21 tahun, Rakeyan Jayagiri
Kala 0835 – 0871 Caka = 36 tahun
Kerajaan Galuh 16
Nama Jayadrata
Gelar Prabu Jayadrata Bimaparakrama
Sang Lumahing . Wanawasa (yang meninggal di dalam hutan).
Istri
Anak Prabu Harimurtti
Berontak Sejak memerintah kerajaan, Prabu Jayadrata dengan bala tentaranya, diam-diam menyerang bala tentara Sunda dan pejabat Kerajaan Sunda yang ada di wilayah Galuh, sebab Prabu Jayadrata keinginannya memisahkan kekuasaan negara Galuh dari kekuasaan Kerajaan Sunda. Semua bala tentara Sunda tertawan oleh bala tentara Galuh. Tak lama kemudian, bala tentara Sunda memerangi Kerajaan Galuh, dengan tujuannya ingin mengalahkan kerajaannya dengan rajanya, termasuk bala tentaranya, membebaskan semua balatentara Sunda dan pejabat yang telah tertangkap dan ditawan. Tetapi ketika mereka baru sampai di batas kerajaan wilayah Galuh, balatentara Sunda yang sedang berjalan diserang dari belakang oleh balatentara Galuh yang telah menyebar di hutan dengan diam-diam. Balatentara Sunda kacau-balau dan tidak lagi bersenjata. Banyak balatentara Sunda tewas dipanah, tertombak dan tertusuk oleh bala tentara Galuh dari belakang, bahkan mereka diserang dengan tiba-tiba. Kemudian semua balatentara Sunda yang ditawan, juga semua pejabat Kerajaan Sunda dibebaskan, dan disuruh kembali ke negaranya.
Membangkang Oleh sebab itu pada permulaan tahun 842 Caka kerajaan Galuh merdeka menjadi kerajaan yang berdiri sendiri, tidak ada di bawah kekuasaan kerajaan Sunda lagi.
Catatan 0835 – 0842 Caka = 7 tahun, Galuh bagian SUNDA-GALUH
0842 – 0871 Caka = 29 tahun, Galuh memerdekakan diri / membangkang
Wafat Demikian juga, di kerajaan Galuh, peristiwa 15 tahun yang telah lampau, Senapati Surageni telah dijatuhi hukuman mati oleh Prabu Harimurti. Senapati Surageni adalah senapati Rahiyang Jayagiri, Senapati itu membalas dendam kepada Prabu Galuh, Jayadrata yang telah membunuh raja Sunda. Pada waktu itu tahun 871 Caka (949/50 Masehi). Prabu Jayadrata sedang berburu binatang di dalam hutan bersama pengiringnya Sang Prabu Jayadrata di¬panah oleh Senapati Surageni. Sang Prabu Jayadrata tewas pada waktu itu, tetapi Senapati Surageni tertangkap oleh angkatan bersenjata Galuh. Kemudian Senapati Surageni dijatuhi hukuman mati oleh putera Prabu Jayadrata, yaitu Prabu Galuh Harimurtti. Oleh karena itu Prabu Jayadrata disebut Sang Lumahing . Wanawasa (yang meninggal di dalam hutan).
Kala 0838 – 0864 Caka (0934 – 0960 Masehi) = 26 th
Kerajaan SUNDA-GALUH – V - , ibukota di Pakuan.
Nama Rakeyan Jayagiri.
Nama gelar Prabu Wanayasa Jayabuwana.
Istri
Anak Déwi Ambawati, bersuami Watuageng atau Watwagheng, Sunda 11
Catatan 0838 – 0864 Caka (0934 – 0960 Masehi) = 26 th, Sunda 18
0838 – 0842 Caka (0934 – 0938 Masehi) = 4 th, SUNDA-GALUH – V -
0842 – 0864 Caka (0938 – 0960 Masehi) = 22 th, SUNDA-GALUH – V - tanpa Galuh
Peristiwa 1 Tahta Prabu Kamuning Gading direbut oleh adiknya, ialah Rakeyan Jayagiri dalam tahun 0838 Caka (0934 Masehi).
Peristiwa 2 Kekuasaan Prabu Jaya Giri, yang ada di Galuh direbut oleh Prabu Jayadrata
Prabu Jayadrata, cucu Batara Danghyang Guru Wisuda.
Selanjutnya Prabu Jayagiri, 0842-0864 C (0938-0960 M), hanya berkuasa di Sunda
Peristiwa 3 Melakukan pembalasan pemberontakan Galuh, dengan menyuruh dua orang, di antaranya, yaitu seorang penjahat dan seorang lagi pembunuh, disuruh untuk membunuh Prabu Jayadrata. Tetapi kedua orang itu tidak berhasil. Bahkan keduanya, yaitu seorang pembunuh dan se¬orang penjahat tertangkap, selanjutnya dihukum bunuh.
Peristiwa 4 Pra¬bu Jayadrata bermaksud membalas dengan pembunuhan. Dia menyuruh anak buahnya mem¬bunuh Rahiyang Jaya Giri. Dan Prabu Jayadrata memperoleh bantuan dari adik iparnya, yaitu Rakeyan Limbur Kencana, yang berada di kerajaan Sun¬da. Akhirnya Rakeyan Jaya Giri, berhasil dibunuhnya. Peristiwa itu terjadi pada tahun 864 Caka (=960 Masehi).
Mangkat Rakeyan Jaya Giri meninggal, karena dibunuh oleh Prabu Jayadrata dalam tahun 0864 Caka (0960 Masehi)
Galuh 16 0838 – 0842 Caka Sang Jayadrata
0842 – 0871 Caka, Sang Jayadrata – Galuh berontak, memerdekakan diri.
Sunda 11 0838 – 0864 Caka, Watuageng, menantu Jayagiri
Kala 0774 – 0934 Caka (0873 – 1028 Masehi) = 160 tahun
Keterangan Setelah adanya yang disebut SUNDA-GALUH, atau jabatan Maharaja, maka nyata banyak terjadi perebutan kekuasaan, untuk menduduki jabatan itu.
Karena sukar diterangkan hanya dengan kata-kata, maka dibantu dengan :
1 Silsilah dan jabatan
2 Kedudukan tiga (3) jabatan dalam waktu yang bersamaan
Kedudukan 3 jabatan dalam waktu yang bersamaan
S u n d a
Raja SUNDA-GALUH
Maharaja G a l u h
Raja
9 Déwi Sawitri x Windusakti I Wuwus 14 Wisuda
9 II Arya Kadaton 14
10 Jayagiri III Windusakti 15 Kamuning Gading
10 IV Kamuning Gading 16 Jayadrata
11 Watuageng V Jayagiri 16
12 Limbur Kencana VI Watuageng 17 Harimurti
13 Sunda Sembawa VII Limbur Kencana 17
14 Dewi Somya x Wulung Gadung VIII Sunda Sembawa 18 Arya Galuh
15 Gedang XIX Wulung Gadung 19 Lingga Sakti
16 Dewa Sanghiyang XX Gedang 19
Peristiwa 1 Kehadiran jabatan Maharaja, mula-mula waktu Wuwus menjadi raja Sunda ke 8, kemudian mendapat pula jabatan Galuh, karena raja Galuh tak punya keturunan. Jadi kerajaan diserahkan kepada suami adik raja Galuh almarhum, ialah Wuwus
SUNDA-GALUH – Wuwus
Sunda 8 – suami Dewi Sawitri, ialah Windusakti
Galuh 14 – Batara Danghyang Guru Wisuda
Peristiwa 2 Setelah Rakeyan Wuwus meninggal, kedudukannya direbut oleh Arya Kadaton, ialah putra Welengan dari istri ke 2.
SUNDA-GALUH – Arya Kadaton
Sunda 8 – suami Dewi Sawitri, ialah Windusakti
Galuh 14 – Batara Danghyang Guru Wisuda
Peristiwa 3 Sang Arya Kedaton meninggal dibunuh oleh seorang menteri negara Sunda.
Kedudukannya diteruskan oleh putranya, ialah Windusakti
SUNDA-GALUH – Windusakti
Sunda 9 – Jayagiri
Galuh 15 – Kamuning Gading
Peristiwa 4 Setelah Windusakti meninggal, diteruskan oleh putra sulung Windusakti, ialah Kamuning Gading.
SUNDA-GALUH – Kamuning Gading
Sunda 9 – Jayagiri
Galuh 16 – Jayadrata
Peristiwa 5 Kamuning Gading tidak lama memerintah kerajaan, disebabkan kekuasaannya direbut oleh adiknya, ialah Rakeyan Jayagiri.
SUNDA-GALUH – Jayagiri
Sunda 10 – Watuageng
Galuh 16 – Jayadrata
Peristiwa 6 Jayadrata, berontak untuk memerdekakan diri. Kejadian ini dibalas oleh Jayagiri dengan menyuruh dua orang untuk membunuh Jayadrata. Tapi tidak berhasil malah kedua orang itu tertangkap dan dibunuh. Selanjutnya Jayagiri pun dibunuh oleh Jayadrata. kedudukannya dilanjutkan oleh menantunya
SUNDA-GALUH – Watuageng
Sunda 12 – Limbur Kencana
Galuh 17 – Harimurti
Peristiwa 7 Karena Watuageng yang diangkat, Limbur Kencana merasa tidak senang, karena ia menghendaki kedudukan itu. Maka dengan bantuan putranya dan bantuan dari Harimurti, terkumpullah kesatuan bersenjata yang dipimpin oleh Rahyang Sunda Sembada. Kedudukan Watuageng diserang. Pada waktu perang berkecamuk, dengan bersembunyi Rahiyang Limbur Kencana, dari belakang membunuh Prabu Watuageng atau Atmya Darmahariwangsa.
Selanjutnya tahta kerajaan diduduki oleh Limbur Kencana.
SUNDA-GALUH – Limbur Kencana
Sunda 13 – Sunda Sembawa
Galuh 17 – Harimurti
Peristiwa 8 Dewi Ambawati, istri Watuageng, timbul rasa dendamnya dengan dibunuhnya Watuageng. Lalu menyuruh anak buahnya untuk membunuh Limbung Kencana. Setelah Limbung Kencana dibunuh, dengan dipanah pada waktu berkunjung ke Galuh. Maka disebutlah Sang Mokteng Galuh. Karena pembunuhan Watuageng itu juga oleh perbuatan Sunda Sembawa, maka Dewi Ambawati menuruh pula membunuh Sunda Sembawa. Tapi hal ini ketahuan dan pembunuh beserta yang menyuruhnya ditangkap dan dibunuh semuanya. Tahta kerajaan diisi oleh Sunda Sembawa.
SUNDA-GALUH – Sunda Sembawa
Sunda 14 – Wulung Gadung
Galuh 18 – Arya Galuh
Peristiwa 9 Rakeyan Sunda Sembawa membantu ayahnya merebut kekuasaan dari Prabu Watuageng dengan cara membunuh. Kemudian istri Watuageng juga dibunuh.
Oleh karena itu Prabu Wulung Gadung membalas dengan membunuh Rahiyang Sunda Sembawa, putera Rahiyang Limbur Kencana, yang membunuh Prabu Resi Atmya Darmahariwang¬sa, nama gelar dari Wateageng, yaitu paman dan juga guru Prabu Wulung Gadung. Dengan demikian Rahiyang Sunda Sembawa disebut Sang lumah ing (yang meninggal di) hutan.
Karena Sunda Sembada tak punya turunan, dilanjutkan oleh suami adiknya, ialah Wulung Gadung
SUNDA-GALUH – Wulung Gadung
Sunda 14 – Gedang
Galuh 19 – Linggasakti
Peristiwa 10 Setelah Wulung Gadung meninggal, dilanjutkan oleh Rakeyan Gedang
SUNDA-GALUH – Gedang
Sunda 14 – Dewa Sanghyang
Galuh 19 - Linggasakti
Kala 0864 – 0876 Caka (0960 – 0972 Masehi) = 12 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – VI – , ibukota di Pakuan.
Nama Rahyang Watuageng, Rahyang Watu Ageung, Rahyang Watwagheng, Watwageung
Gelar Prabu Resi Atmya Darmahariwangsa.
Istri Déwi Ambawati, puterinya Rakeyan Jaya Giri
Anak
Peristiwa Melihat pengganti raja Sunda demikian, Rahiyang Limbur Kencana, dengan puteranya, yaitu Rahiyang Sunda Sembawa tidak senang hatinya. Oleh karena itu Rahiyang Limbur Kencana mencari bantuan kesatuan bersenjata Galuh kepada keponakannya, ialah Prabu Galuh Harimurti, putera Prabu Jayadrata. Pada akhirnya kesatuan bersenjata, Galuh dengan dipimpin oleh Rahiyang Sunda Sembawa, berhasil menyerang kedaton kerajaan Sunda dan merebut kedaton Prabu Resi Atmya Darma¬hariwangsa. Pada waktu pertempuran berkecamuk di kedaton, dengan bersembunyi Rahiyang Limbur Kencana, dari belakang membunuh Prabu Atmya Darmahariwangsa
Catatan 0838 – 0864 Caka (0934 – 0960 Masehi) = 26 tahun, Sunda 12
0864 – 0876 Caka (0960 – 0971 Masehi) = 12 tahun, SUNDA-GALUH – VI -
Wafat 0876 Caka (0972 M), Watuageng dibunuh oleh Limbur Kancana dan tahta direbut
Galuh 16
Galuh 17 0842 – 0871 Caka, Sang Jayadrata – Galuh masih berontak memerdekakan diri.
0871 – 0888 Caka, Harimurti
Sunda 12 0864 – 0876 Caka, Limbur Kancana
Kala 0876 – 0886 Caka (0971 – 0981 Masehi) = 10 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – VII – , ibukota di Pakuan.
Nama Prabu Limbur Kancana, Limbung Kancana
Gelar Prabu Jayacitta, Sang mokteng (yang meninggal di) Galuh Pakwan
Istri Dewi Kamalasari, putri Wisuda dan Dewi Sundara
Anak 1 Rakeyan Sunda Sembawa
2 Déwi Somya, bersuami Prabu Wulung Gadung, Sunda 15
Catatan 0864 – 0876 Caka = 10 tahun, Sunda 12
0876 – 0886 Caka = 10 tahun, SUNDA-GALUH – VII -
Peristiwa Pada waktu Rakeyan Limbur Kencana bersama sekalian pengikutnya sedang berada di Galuh Pakwan sebagai tamu kerajaan Galuh, yaitu Prabru Harimurtti, pada waktu itulah Rake¬yan Limbur Kencana meninggal, karena dipanah oleh anak buah Déwi Amba¬wati, istri Prabu Watuageng yang dibunuh oleh Limbur Kencana. Ia disuruh oleh Déwi Ambawati dan juga disuruh membunuh Rakeyan Sunda Sembawa, tetapi tidak berhasil. Bahkan, Déwi Ambawati bersama sekalian pengikutnya termasuk pembunuh itu, semuanya berhasil di tangkap oleh Rakeyan Sunda Sembawa. Mereka semua, dihukum bunuh.
Prabu Limbur Kencana, disebut Sang lumah ing (yang meninggal di) Galuh Pakwan
Wafat Meninggalnya Prabu Limbur Kencana, dipanah oleh anak buah Déwi Amba¬wati, istri Watuageng, puteri Rakeyan Jaya Giri, karena ia membalas dengan pembunuhan kepada yang membunuh Prabu Watuageng
Galuh 17 0871 – 0888 Caka = 17 tahun, Prabu Harimurtti
Sunda 13 0876 – 0886 Caka = 10 tahun, Rakeyan Sunda Sembawa
Kala 0886 – 0895 Caka (0981 – 0990 Masehi) = 9 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – VIII – , ibukota di Pakuan.
Nama Rakeyan Sunda Sembawa
Gelar Pra¬bu Medang Gana, Pra¬bu Munding Ganawirya Tapakmanggala Jayasatru,
Sang lumah ing wana (yang meninggal di hutan).
Istri ikut meninggal setelah anak-anaknya meninggal (Sunda = kaleleban)
Anak meninggal pada waktu kecil dan tidak berputera lagi
Peristiwa Prabu Wulung Gadung (Sunda 14), bermak¬sud merebut kekuasaan Rahiyang Sunda Sembawa, dengan membalas membunuh putera Rahiyang Limbur Kencana itu, karena dialah yang membunuh Prabu Resi Atmya Darmahariwang¬sa, paman dan guru Pra¬bu Wulung Gadung.
Mangkat 0895 Caka, Sunda Sembada dibunuh oleh Wulung Gadung, maka disebut Sang lumah ing wana (yang meninggal di hutan).
Galuh 17
Galuh 18 0871 – 0888 Caka, 17 tahun, Prabu Harimurtti
0888 – 0910 Caka, 22 tahun, Arya Galuh
Sunda 14 0886 – 0895 Caka, 9 tahun, Rakeyan Wana¬ Giri, Wulung Gadung
Kala 0895 – 0911 Caka (0990 – 1005 Masehi) = 16 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – IX – , ibukota di Pakuan.
Nama RakeyanWanagiri
Gelar Prabu Wulung Gadung Jayawiryagopara, Sang lumah ing (yang meninggal di) Jayagiri
Istri Déwi Somya, adik Rahiyang Sunda Sembawa, puteri Rahiyang Limbur Kencana.
Anak Rakeyan Gendang
Peristiwa Prabu Wulung Gadung (Sunda 14), bermak¬sud merebut kekuasaan Rahiyang Sunda Sembawa, dengan membalas membunuh putera Rahiyang Limbur Kencana itu, karena dialah yang membunuh Prabu Resi Atmya Darmahariwang¬sa, yaitu paman dan guru Pra¬bu Wulung Gadung.
Catatan 0886 – 0895 Caka, 9 tahun, Sunda 14
0895 – 0911 Caka, 16 tahun, SUNDA-GALUH – I X -
Galuh 18
Galuh 19 0888 – 0910 Caka, 22 tahun, Arya Galuh
0910 – 0934 Caka, 24 tahun, Linggasakti
Sunda 15 0895 – 0911 Caka, 16 tahun, Rakeyan Gedang
Kala 0911 – 0934 Caka (1005 – 1028 Masehi) = 23 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – X – , ibukota di Pakuan.
Nama Rakeyan Gedang
Gelar Prabu Brajawisesa, Sang lumah ing (yang me¬ninggal di) Winduraja
Istri Ratna Mangundari
Anak 1 Prabu Déwa Sanghyang
2 Déwi Rukmawati, bersuami Prabu Galuh (19) Linggasakti Jayawiguna
Catatan 0895 – 0911 Caka, 16 tahun, Sunda 15
0911 – 0934 Caka, 23 tahun, SUNDA-GALUH – X -
Galuh 19 0910 – 0934 Caka = 24 tahun, Lingga Sakti
Sunda 16 0911 – 0934 Caka = 23 tahun, Dewa Sanghyang
Kala 0910 – 0934 Caka (1004 – 1028 Masehi) = 24 tahun
Wilayah Galuh 19
Nama Linggasakti
Gelar Prabu Linggasakti Jayawiguna
Istri Dewi Rukmawati, putri Rahiyang Gendang
Anak Sang Resiguru Darmasatyadewa
Setelah Prabu Linggasakti meninggal, kekuasaan Kerajaan Galuh direbut oleh kakak iparnya, yaitu Prabu Dewasanghyang. Semenjak waktu itu, daerah Galuh termasuk di bawah kekuasaan raja Sunda – SUNDA-GALUH
0842 – 0934 Caka = 92 tahun, membangkang pada kesatuan SUNDA-GALUH
Kala 0934 – 0941 Caka (1028 – 1034 Masehi) = 7 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – XI – , ibukota di Pakuan.
Nama Prabu Dewa Sanghiyang
Gelar Sang lumah ing patapan (yang dipusarakan dipetapaan)
Istri
Anak Sanghyang Ageung
Peristiwa Setelah Prabu Galuh (19) Ling¬ga Sakti meninggal, kekuasaan raja Galuh direbut oleh kakak iparnya, yaitu Prabu Déwa Sanghyang. Sejak 0934 Caka (1028 Masehi), Galuh termasuk di bawah kekuasa¬an kerajaan Sunda
Galuh 20 0934 – 0949 Caka = 15 tahun, Darmasatyadewa
Sunda 17 0934 – 0941 Caka = 7 tahun, Dewa Sanghyang Ageung
Kala 0941 – 0952 Caka (1034 – 1045 Masehi) = 11 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – XII – , ibukota di Pakuan.
Nama Prabu Sanghyang Ageung
Gelar Sang lumah ing (yang dipusarakan di) situ Sanghiang
Istri 1 -
Anak Jayabupati, lahir tahun 0903 Caka (0998 Masehi)
Istri 2 -
Anak Déwi Wredyasih, isteri raja Wurawari
Catatan 0934 – 0941 Caka, 7 tahun, Sunda 17
0941 – 0952 Caka (1034 – 1045 Masehi) = 11 tahun, SUNDA-GALUH – XII -
Wafat 0952 di Situ Sanghyang, maka disebut Sang Mokteng/Lumah ing Situ Sanghyang
Galuh 20
Galuh 21 0934 – 0949 Caka (1028 – 1042 Masehi) = 15 tahun, Darmasatyadewa
0949 – 0987 Caka (1042 – 1079 Masehi) = 38 tahun, ratu Galuh Déwi Sumbadra
Sunda 18 0941 – 0952 Caka (1035 – 1045 Masehi) = 11 tahun, Jayabupati
Kala 0952 – 0964 Caka (1045 – 1057 Masehi) = 12 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – XIII -
Nama Sri Jayabupati, lahir 0903 Caka (0998 Masehi), usia 49 – 61 tahun
Gelar Prabu Satyamaharaja Jayabupati Jayamanahen Wisnu murti Samarawijaya Salakabuwana Mandaleswaranin dita Harogowardana Wikramottunggadewa.
Sang Prabu Ditya Maharaja, Sri Pa¬duka Haji,
Istri 1 Déwi Wulansari, adik Déwi Laksmi, isteri Prabu Erlangga.
keduanya adalah pu¬teri Sri Darmawangsa Tguh Anantawikramottungga¬ déwa
Gelar Istri Darmaprasadottunggadewi
Anak 1 Prabu Darmaraja Jayamanahen Wisnumurtti Cakalasundabuwana
2 Senapati Suryalaga.
3 Dewi Nirmala, diperisteri oleh seorang pembesar, senapati dari wilayah Pulau Bali.
4 Dewi Sughara, diperisteri oleh seseorang dari Jawa Timur.
Istri 2 Dewi Sudiwari Sri Sanggramawijaya, putri Sriwijaya.
Anak 1 Sang Wirakusuma, menjadi “jaladimantri” di Sunda Kalapa; menteri maritim Sunda; beristeri puteri Melayu, Déwi Mutya
2 Wikramajaya, senapati angkatan laut kerajaan Sunda.
Istri 3 Batari Prethiwi, puteri Galuh 20, puteri Resiguru Darmasatyadéwa
Anak 1 Batara Hyang Purnawijaya, Resiguru di Galuh.
2 Dewi Purnawangi
3 Dewi Surabi
4 Sang Surendra, pembesar di Galuh.
Catatan 1 0923 – 0941 Caka, 18 tahun, Sri Jayabupati, mangkubumi, panglima besar angkatan bersenjata, panglima angkatan laut di Sunda 17
0941 – 0952 Caka, 11 tahun, Sunda 18
0952 – 0964 Caka, 12 tahun, SUNDA-GALUH – XIII -
Catatan 2 Prabu Jayabupati menulis pada batu yang ditemukan di Cibadak Sukabumi. Pada Batu-tulis itu tertulis sebuah susunan penanggalan yang sangat lengkap, sehingga bisa dijadikan salah satu pedoman penanggalan.
swasti cakawarsita 952 karttikamasa tithi dwadaci cuklapaksa ha ka ra wara tambir irika diwaca hira prahajyan sunda maharaja cri jayabupati jayamanahen wisnumurtti samarawijaya cakalabuwana mandaleswara inditaharogo wardana wikramot tunggadewa …….. dan seterusnya
terjemahan :
Selamat. Dalam tahun Caka 952 bulan Kartika tanggal 12 paro-terang hari hariyang Kaliwon Radite (Ahad) wara Tambir. Inilah saat raja Sunda Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Cakalabuwana Mandaleswara Inditaharogo Wardana Wikramot tunggadewa
Ahad Kaliwon, tanggal 12 paro-terang, bulan Kartika (1), tahun 952 Caka; tanggal ini bersamaan dengan 07 Juli 1045 Masehi Julian. Dengan adanya data tanggal ini maka Sunda memiliki kalender mandiri. Hal ini dibuktikan dengan penelitian mendalam dan dengan membandingkan pada berbagai kalender di dunia. Hal ini telah dibukukan dalam buku berjudul Kalangider, oleh Ali Sastramidjaja, 1990.
Catatan 3 adik Sri Jayabupati, yaitu Déwi Wredyasih, diperisteri oleh raja Wurawari.
Perjalanan 943 Caka ( 1036 Masehi), Sri Jayabupati bertamu ke Bali
962 Caka ( 1055 Masehi) Sri Jayabupati dengan isterinya, ialah puteri Galuh, Batari Prethiwi dan beberapa pembesar serta ratu-ratu wilayah bersama para pengiringnya berangkat ke kerajaan Galuh. Di sana Sri Jayabupati menjadi tamu terhormat ratu Galuh, Sang Rani Déwi Sumbadra.
Galuh 21 0949 – 0987 Caka, 38 tahun, ratu Galuh Déwi Sumbadra
Sunda 19 0952 – 0964 Caka, 12 tahun, Sang Darmaraja
________________________________________
Pada batu-tulis Sri Jayabupati di Cibadak, Sukabumi, tertulis suatu candra sangkala lengkap, ialah sebagai berikut :
* swasti cakawarsatita 952 karttikamasa tithi dwadaci
* cuklapaksa . ha . ka . ra . wara tambir . irika diwaca
* nira prahajyan sunda . maharaja cri jayabupati jayamana-
* hen wisnumurtti samarawijaya cakalabuwanamandalaeswaranin
* dita harogowardana wikramottunggadewa ….dan seterusnya.
Terjemahan :
Selamat. Dalam tahun Caka 952 bulan Kartika tanggal 12 ba-
gian terang hari Hariyang-Kaliwon-Ahad wara Tambir. Inilah
saat raja Sunda Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen Wisnu-
murti Samarawijaya Cakalabuanamandaleswaranindita Harogo-
wardana Wikramotunggadewa ……………. dan seterusnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tanggal 12 Cuklapaksa, bulan Kartika, tahun 952 Caka, hari (hariyang = hari dan pasar) Ahad Kaliwon, wara (wuku) Tambir, bersamaan dengan tanggal 7 Juli 1045 Masehi Julian.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ini merupakan satu data sejarah yang bertanggal lengkap, sehingga dapat dijadikan dasar perhitungan penanggalan Sunda yang selama ini telah terbawa oleh sejarah dan tertimbun oleh penanggalan lain yang datang kemudian.
Penggalian penanggalan Sunda ini diawali dalam tahun 1983 Masehi dan baru selesai dikerjakan pada pertengahan tahun 1990 Masehi. Lalu disusun dalam bentuk buku yang berisi tabel-tabel penanggalan. Buku ini diberi judul “Kalangider”.
Beranjak dari buku “Kalangider” itulah, maka buku “Kalana” ini disusun untuk dijadikan pegangan atau pedoman dalam memindahkan penanggalan data-data Sejarah yang memakai tarikh Caka Sunda ke tanggal dalam tarikh Masehi seperti yang sudah lazim dilakukan. Hal ini sangat perlu karena sebelumnya pemindahan ini hanya dengan menambahkan angka 78 tahun saja. Padahal kenyataannya tidak demikian. Sebab tarikh Caka Sunda itu adalah almanak Candra, (komariah atau lunar), sedangkan tarikh Masehi adalah almanak Surya (samsiah atau solar)
Data Sejarah Jawadwipa memakai tarikh Caka sampai tahun 1680 Caka Sunda. Data-data berikutnya tidak mempergunakan Candra Sangkala Caka Sunda, melainkan diganti dengan Kala Jawa, Hijrah atau Masehi.
————————————————————————————————————
————————————————————————————————————-
————————————————————————————————————-
Kala 0964 Caka (1057 Masehi)
Lahir Dewi Puspawati
Ayahnya Sang Resi Galunggung ialah Resiguru Batara Hyang Purnawijaya
Kakek / ayah Sri Jayabupati
Nenek / ayah Batari Pretiwi
Tokoh diperistri oleh Sang Langlangbumi, Kuningan
Kala 0964 – 0987 Caka (1057 – 1079 Masehi) = 23 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – XIV -
Nama Sang Darmaraja
Gelar Prabu Darmaraja Jayamanahen Wisnumurtti Cakala Sundabuwana,
juga dia disebut Sang Lumah ing (yang dipusarakan di) Winduraja
Istri Dewi Ratna Surastri, puteri raja wila¬yah Galuh, Prabu Arya Tunggal Ningrat
Anak 1 Prabu Langlangbumi, lahir tahun 960 C (1053 M), mangkat tahun 1077 C (1167 M)
2 Mangkubumi Darma¬nagara
3 Panglima Wirayuda
Peristiwa Tidak lama setelah penobatan Sang Darmaraja, adik sebapa yang bernama Wikramajaya, jabatan Panglima Angkatan Laut berusaha untuk merebut kekuasaan dengan jalan memberontak, tapi dapat digagalkan, karena kekuatan pasukan pendukung Darmaraja lebih banyak dan kuat. Pasukan pemberontak disergap dari segala penju-ru, sehingga tak dapat berkutik dan tak lama dapat dikalahkan. Lalu Sang Wikramajaya melarikan diri ke Sumatra, karena di sana banyak kerabat dari pihak ibunya.
Kakaknya, ialah Sang Wirakusuma tetap setia kepada Prabu Darmaraja. Selanjutnya jabatan Panglima Angkatan Laut diisi oleh Wirakusuma.
Catatan 0952 – 0964 Caka (1045 – 1057 Masehi) = 12 tahun, Sunda 19
0964 – 0987 Caka (1057 – 1079 Masehi) = 23 tahun, SUNDA-GALUH – XIV -
Galuh 21 0949 – 0987 Caka = 38 tahun, Dewi Subadra
Sunda 20 0964 – 0987 Caka = 23 tahun, Langlangbuwana / Langlangbumi
Kala 0973 Caka (1066 Masehi)
Lahir Dewi Citrawati.
Nama gelar Batari Hyang Janawati setelah bersuami
Ayahnya Sang Resi Galunggung ialah Resiguru Batara Hiyang Purnawijaya
Kakek / ayah Sri Jayabupati
Nenek / ayah Batari Pretiwi
Kelak tahun 993 (dalam usia 17 tahun) bersuami dengan Resiguru Sudakarmawisesa
Tokoh kelak menjadi ratu Galuh/Galunggung, karena suaminya tetap pada profesi keresian di Galunggung.
Catatan kakak kandungnya ialah Dewi Puspawati atau Dewi Puspasari yang diperistri oleh Prabu Langlangbumi.
Peristiwa Konon diceriterakan (dalam lontar Carita Sang Resi Galunggung), bahwa Dewi Citrawati waktu masih jadi gadis remaja, jatuh cinta pada Langlangbumi. Tapi cintanya tidak disambut, karena Langlang-bumi cinta kepada kakaknya yang ahirnya menjadi istrinya.
Sang adik merasa malu, sakit hatinya dan hancurlah perasaannya. Lalu timbul hasrat buruk, sampai akan membunuh kakaknya. Tapi hal ini diketahui oleh ayahnya. Akibatnya Sang adik ini jatuh sakit. Maka ketika pernikahan kakaknyapun tak dapat hadiri.
Lalu diperistri oleh Resiguru Galunggung. Waktu ia diangkat mejadi ratu Galuh, kekuasaan keratuannya diserahkan kepada Sang istri dengan gelar Batari Hyang Janawati. Mungkin dendamnya dulu belum habis maka pemuda murid Sang Resi dijadikan kesatuan bersenjata yang kuat. Dibuat pula benteng besar yang selesai tanggal 13s Badra 1033 Caka. Dengan kekuatan angkatan bersenjata ini, kerajaan Galuh lalu memisahkan diri dari kekuasaan SUNDA GALUH. Peristiwa ini berlangsung dengan tertib tanpa pertumpahan darah, karena sang ayah membawanya ke perundingan.
Perkembangan berikutnya, meskipun secara resmi di Jawa Barat ada dua kerajaan merdeka, tapi keadaan seolah tidak berubah, sebab Prabu Langlangbumi tetap dirasakan sebagai Prabu se Jawa Barat.
Apalagi setelah cucu Prabu Langlangbumi, Ratna Wisesa diperistri oleh cucu Ratu Dewi Citrawati, Prabu Darmakusuma, maka dengan sendirinya kedua kerajaan itu dipersatukan kembali.
Keturunannya :
1. Batara Dangiang Guru Darmawiyasa. Prabu Galuh
2. Sang Kusumajaya. Panglima Galuh
Kala 0987 – 1077 Caka ( 1079 – 1166 Masehi) = 90 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – XV -
Nama Prabu Lang¬langbumi, Lang¬langbuwana, lahir 960 C (1053 M), (usia 27 – 117 tahun)
Gelar Sang Lumah ing (yang dipusarakan di) Kreta.
Istri Déwi Puspawa¬ti, Dewi Puspasari
Anak 1 Rakeyan Jayagiri, Prabu Menak¬luhur
2 Sang Cakranagara, mangkubumi kerajaan Sunda
Karena Prabu Arya Tunggalningrat tidak berputera lagi, selain dari pada Ratna Surastri, dengan demikian Prabu Langlangbumi meminta Batara Hyang Purnawijaya, yaitu ayah Dewi Surastri, supaya menjadi ratu wilayah Galuh.
Peristiwa Asal mulanya karena adik sang permaisuri, sewaktu masih gadis remaja mencintai Sang Langlangbumi. Ia merasa tersisihkan oleh kakaknya, karena Langlangbumi mencintai Dewi Puspawati dan memperistrinya.
Perkawinan Sang Langlangbumi dengan Dewi Puspawati, adalah mempersatukan masing-masing antara Sunda dan Galuh di bumi Jawa Barat.
Tapi putus cinta Dewi Citrawati berakibat lain.
Dewi Citrawati, adik Dewi Puspawati, kemudian diperistri oleh Resiguru Galunggung, Sudakramawisesa yang dalam tahun 1033 Caka (1124 Masehi) diserahi keratuan Galuh. Tapi Sang Resi tetap pada keresian dan menyerahkan keratuan Galuh kepada istrinya.
Sang Ratu membentuk angkatan bersenjata yang kuat dan membuat benteng. Benteng ini selesai dikerjakan pada tanggal 13s Badra 1033 C (31-10-1124 M).
Hubungan Galuh dengan Sunda menjadi tegang, tetapi tidak terjadi perang. Sang kakek ialah Batara Hyang Purnawijaya berhasil membawa ke perundingan, yang hasilnya antara lain Sunda dan Galuh masing-masing berdiri sendiri lagi. Dengan keputusaan itu, maka di Jawa Barat berdiri lagi dua buah kerajaan ialah Sunda dan Galuh mulai ahir tahun 1033 Caka (1124 Masehi).
Kekuasaan Prabu Langlangbumi :
0987 – 1033 Caka (1079 – 1124 M): 46 tahun, SUNDA GALUH ke 15
Prabu Langlangbumi berusia 27 sampai 73 tahun.
1033 – 1077 Caka (1124 – 1166 M): 44 tahun, SUNDA tanpa Galunggung
Prabu Langlangbumi berusia 73 sampai 117 tahun.
Tapi meskipun secara resmi di Jawa Barat ada dua kerajaan merdeka yang terpisah, tapi kesatuan dari kedua negara itu masih terasa. Mereka saling menolong dan bersahabat. Selain satu keturunan, di Jawa Barat ini terasa kepemimpinan Prabu Langlang- bumi oleh segenap penduduk Jawa Barat.
Kemudian mereka mengadakan perundingan di antara (yang hadir) yaitu Batara Guru Hyang Purna¬wijaya, Senapati (Panglima) Suryanagara, Resiguru Sudakarma, Danghyang Guru Darmawiyasa, Senapati (Panglima) Kusumanagara, Prabu Langlangbumi, Senapati (Panglima) Wirayuda, Putera Mahkota, Sang Menakluhur, Prameswari Dewi Puspawati, Ratu Galung-gung Batari Hyang Janawati atau Dewi Citrawati, dan beberapa orang ratu wilayah di bumi Jawa Barat ialah Sunda dan Galuh serta beberapa orang pembesar dan yang lainnya pula.
Adapun hasil perundingan, di antaranya, ialah:
Jawa Barat dibagi menjadi dua kerajaan.
Sebelah barat, ialah Kerajaan Sunda, yang menjadi penguasa yaitu Prabu Langlangbumi.
Sebelah timur, Kerajaan Galuh, yang menjadi penguasa yaitu Batari Hyang Janawati, dengan ibukotanya Galunggung
serta banyak lagi mengenai hasil perundingan itu. Kemudian mereka semua saling mengasihi, berbimbingan tangan, mengikat persahabatan dan persaudaraan di antara orang-orang Galuh serta orang-orang Sunda.
Dengan demikian, Prabu Langlangbumi menjadi penguasa bumi Jawa Barat, yaitu Kerajaan Sunda dan Galuh, hanyalah mulai tahun 987 Caka (1065/6 Masehi) hingga tahun 1033 Caka (1111 Masehi).
Kemudian mulai pada tahun 1033 Caka (1111 Masehi) hingga pada tahun 1077 Caka (1055/6 Masehi ) Prabu Langlangbumi hanya menjadi raja Sunda, dan ia tinggal di ibukota bekas istana Sri Jayabupati. Mulai ia menjadi maharaja Jawa Barat hingga menjadi raja Sunda, Prabu Langlangbumi sangat banyak membuat perjanjian persahabatn dengan kerajaan-kerajaan wilayah Pulau Bali, Jawa Tengah dan Jawa Timur, kerajaan-kerajaan di pulau pulau di bumi Dwipantara, bahkan negara negara seberang lainnya. Demikian pula ratu Galuh, Batari Hyang Janawati, banyak juga persahabatannya dengan kerajaan-kerajaan itu.
Catatan Prabu Langlangbumi bersahabat dengan banyak negara dan dipertahankan secara teratur. Terutama negara-negara yang berdekatan seperti kerajaan di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatra dan kerajaan lainnya, terutama di Nusantara.
Mula-mula yang menjadi mangkubumi ialah adiknya sendiri yang bernama Darmanagara (wafat 1062 C). Lalu diganti oleh putra sulungnya selama 15 tahun.
Catatan 0964 – 0987 Caka (1057 – 1079 Masehi) = 23 tahun, Sunda 20
0987 – 1033 Caka = 46 tahun, menjadi raja SUNDA-GALUH – XV -
1033 – 1077 Caka = 44 tahun, raja Sunda, terpisah dari Galuh
Mangkat Meninggal di Kreta, maka disebut Sang Lumah ing Kreta, dalam tahun 1077 Caka (1167 M), pada usia 117 tahun.
Galuh 22
Galuh 23
Galuh 24
Galuh 25 0987 – 1013 Caka = 26 tahun, Arya Tungganingrat
1013 – 1033 Caka = 20 tahun, Batara Hyang Purnawijaya
1033 – 1074 Caka = 41 tahun, Dewi Citrawati
1074 – 1079 Caka = 5 tahun, Darmawijaya / Guru Galunggung
Sunda 21
Sunda 22 0987 – 1062 Caka = 75 tahun, Mangku¬bumi Darmanagara, adik Langlangbumi
1062 – 1077 Caka = 15 tahun, Rake¬yan Jayagiri
Kala 0987 – 1013 Caka = 26 tahun
Wilayah Galuh 22
Nama Prabu Arya Tunggalningrat
Istri -
Anak Ratna Surastri
Kala 1013 – 1033 Caka = 20 tahun
Wilayah Galuh 23
Nama resi¬guru Batara Hyang Purnawijaya, putera Sri Jayabupati dengan Batari Prethiwi.
Istri -
Anak 1 Dewi Puspawati, lahir 964 Caka; nikah 982 Caka denganPrabu Langlangbumi
2 Dewi Citrawati, lahir 973 Caka; nikah 993 Caka dengan Resiguru Sudakarmawisesa, lahir 965 Caka, bangsawan keturunan Resiguru Demunawan
Pada waktu Dewi Citrawati masih seorang gadis ia sangat dimabuk cinta kepada pemuda, Sang Langlangbumi, karena Sang Langlangbumi sangat tampan rupanya. Ketampanannya bagaikan matahari menyinari bumi Sunda. Oleh karena itu Dewi Citrawati sangat cinta kepada pemuda Langlangbumi. Tetapi Langlangbumi tidak mencintai Dewi Citrawati. Sang pemuda Langlangbumi jatuh cintanya kepada Dewi Puspawati, yaitu kakak perempuan Dewi Citrawati, karena Dewi Puspawati sangat cantik rupanya, bagaikan bidadari bumi Galuh. Oleh karena itu, sang pe¬muda Langlangbumi dan Dewi Puspawati menikah. Kedua¬nya saling mengasihi, cin¬ta mencintai. Padahal Dewi Puspawati juga jatuh cinta kepada Sang Langlangbumi, tetapi cintanya itu selalu disembunyikan, tidak ada yang tahu. Oleh karena itu Dewi Citrawati merasa malu dan sakit hatinya, dan tidak terkatakan cemburunya. Pada waktu itu, Dewi Citrawati sangat menderita, hancur luluh perasaannya, tidak dapat dilenyapkan. Kemudian Dewi Citrawati bermaksud melakukan perbuatan jahat, yaitu berhasrat membunuh kakak perempuannya, ialah Dewi Puspawati. Tetapi kelakuan jahatnya itu ketahuan oleh ayahnya. Dengan demikian maksudnya itu tidak terlaksana. Oleh karena itu, ia ketakutan, kemudian jatuh sakit. Pada waktu selamatan perkawinan Dewi Puspawati dengan Langlangbumi, Dewi Citrawati tidak datang, karena ia sakit merana lantaran cintanya gagal.
Kala 1033 – 1074 Caka (1124 – 1163 Masehi) = 41 tahun
Wilayah Galuh 24 di Galunggung
Nama Dewi Citrawati, lahir 0973 Caka; nikah 0993 Caka
Gelar Batari Hyang atau lengkapnya Batari Hyang Janawati
Suami Resiguru Sudakarmawisesa, lahir 0965 Caka,
bangsawan keturunan Resiguru Demunawan
Anak 1 Batara Danghyang Guru Darmawiyasa, Batara Hyang Guru Darmawisesa
2 Senapati Galuh Kusumajaya
Adalah Resiguru Buda Karmawisesa, pada mulanya ia menjadi penguasa di wilayah Galunggung hanya beberapa bulan, karena ia keturunan Batara Danghyang Guru Sempakwaja, juga Resiguru Demunawan, kemudian kekuasaannya diserahkan kepada isterinya, karena sang resi tidak senang menjadi raja, kesukaannya menjadi resigu¬ru agama.
Tetapi di dalam hubungannya mengenai perampok dari kerajaan tetangga antara lain di kerajaan Galunggung, Galuh dan Sunda serta berbagai hal yang lain pula. Oleh karena itu selalu mengakibatkan Umbulnya pertentangan di antara Prabu Langlangbumi dengan Ratu Galunggung, Dewi Citrawati,
Batari Hyang sangat cemas kerajaannya diserang oleh Prabu Langlangbumi, karena Batari Hyang atau Dewi Citrawati senantiasa sakit hatinya kepada Prabu Langlangbumi yang mengakibatkan permusuhan yang terus-menerus. Oleh karena itu siswa-siswa suaminya dan warga masyarakat yang muda-muda dijadikan anggota angkatan bersenjata. Serta lama kelamaan angkatan bersenjata Galunggung telah lengkap dipersenjatai. Pada waktu itu Batari-Hyang Janawati menjadi raja yang berkuasa di wilayah itu. Kemudian dengan rencana serta bantuan dari warga masyarakatnya, ia membuat benteng yang diperkuat di wilayah Galunggung untuk menghadapi serangan dari musuh dan juga menjadi ibukota Kerajaan Galunggung, Benteng yang diperkuat itu selesai dibuat pada tahun 1033 Caka, Badramasa, tanggal 13 paro terang (13s-11-1033 Caka = 29 Desember 1124 Masehi). Benteng yang diperkuat atau ibukota dan setiap perbatasan dijaga oleh prajurit, terdiri dari siswa-siswa Danghyang Guru Galunggung.
Hampir semua raja wilayah di bumi Galuh membangkang kepada raja Sunda, tetapi mereka tidak ada yang berani menyerang angkatan bersenjata Sunda sedangkan raja Sunda tidak mau memerangi orang-orang Galuh, termasuk raja Galunggung, tetapi permusuhan itu dihabisi dengan sungguh-sungguh oleh Batara Hyang Purnawijaya, yaitu ayah Dewi Puspawati dan juga Dewi Citrawati, demikian pula oleh Senapati (Panglima) Suryanagara, Prabu Langlangbumi.
Kemudian mereka mengadakan perundingan di antara (yang hadir) yaitu Batara Guru Hyang Purna¬wijaya, Senapati (Panglima) Suryanagara, Resiguru Sudakarma, Danghyang Guru Darmawiyasa, Senapati (Panglima) Kusumanagara, Prabu Langlangbumi, Senapati (Panglima) Wirayuda, Putera Mahkota, Sang Menakluhur, Prameswari Dewi Puspawati, Ratu Galung-gung Batari Hyang Janawati atau Dewi Citrawati, dan beberapa orang ratu wilayah di bumi Jawa Barat ialah Sunda dan Galuh serta beberapa orang pembesar dan yang lainnya pula.
Adapun hasil perundingan, di antaranya, ialah:
Jawa Barat dibagi menjadi dua kerajaan.
Sebelah barat, ialah Kerajaan Sunda, yang menjadi penguasa yaitu Prabu Langlangbumi.
Sebelah timur, Kerajaan Galuh, yang menjadi penguasa yaitu Batari Hyang Janawati, dengan ibukotanya Galunggung
serta banyak lagi mengenai hasil perundingan itu. Kemudian mereka semua saling mengasihi, berbimbingan tangan, mengikat persahabatan dan persaudaraan di antara orang-orang Galuh serta orang-orang Sunda.
Dengan demikian, Prabu Langlangbumi menjadi penguasa bumi Jawa Barat, yaitu Kerajaan Sunda dan Galuh, hanyalah mulai tahun 987 Caka (1079 Masehi) hingga tahun 1033 Caka (1124 Masehi).
Kemudian mulai pada tahun 1033 Caka (1124 Masehi) hingga pada tahun 1077 Caka (1066 Masehi ) Prabu Langlangbumi hanya menjadi raja Sunda, dan ia tinggal di ibukota bekas istana Sri Jayabupati. Mulai ia menjadi maharaja Jawa Barat hingga menjadi raja Sunda, Prabu Langlangbumi sangat banyak membuat perjanjian persahabatn dengan kerajaan-kerajaan wilayah Pulau Bali, Jawa Tengah dan Jawa Timur, kerajaan-kerajaan di pulau pulau di bumi Dwipantara, bahkan negara negara seberang lainnya. Demikian pula ratu Galuh, Batari Hyang Janawati, banyak juga persahabatannya dengan kerajaan-kerajaan itu.
Kala 1077 – 1079 Caka (1166 – 1168 Masehi) = 2 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – XVI – , ibukota di Pakuan.
Nama Rake¬yan Jayagiri
Gelar Prabu Menakluhur Langlangbumisutah.
Istri Dewi Ratna Satya, Ratna Suteja
Anak Dewi Ratna Wisesa, diperistri oleh Darmakusuma, putra Batara Dangiang Guru Darmawiyasa, Prabu Galuh 25, (1074-1079 C)
Catatan 1024 – 1042 Caka ( 1115 – 1132 Masehi) = 18 tahun, putera mahkota
1042 – 1062 Caka ( 1132 – 1152 Masehi) = 20 tahun, Panglima Angkatan bersenjata
1062 – 1077 Caka ( 1152 – 1166 Masehi) = 15 tahun, Mangkubumi, menggantikan
pamannya, yaitu Mangku¬bumi Darmanagara, adik Prabu Langlangbumi
1077 – 1079 Caka (1166 – 1168 Masehi) = 2 tahun, SUNDA-GALUH – XVI -
mangkubumi adik Rake¬yan Jayagiri, ialah Cakranagara, sebelumnya menjadi panglima menggantikan kakaknya.
Mangkat Prabu Menakluhur dan mangkubumi Cakranagara wafat dalam tahun yang sama
Galuh 25 1074 – 1079 Caka = 5 tahun, Darmawiyasa / Guru Galunggung
Sunda 23 1077 – 1079 Caka = 2 tahun, Darmakusuma
Kala 1074 – 1079 Caka (1164 – 1169 Masehi) = 5 tahun
Wilayah Galuh 25
Nama Darmawijaya, putra Dewi Citrawati
Gelar Batara Danghyang Guru Darmawiyasa, Batara Hyang Guru Darmawisesa, Batara Danghyang Guru Galunggung
Istri
Anak 1 Sang Darmakusuma, beristri Ratna Wisesa, putri Jayagiri
2 Adimurti
________________________________________
Darmasiksa
istri 1 putri Saunggalah
istri 2 putri Darmageng, dari Melayu
istri 3 putri Sriwijaya, Dewi Supraba Wijayatunggadewi
—————————————————————————————————————
————————————————————————————————————–
Kala 1079 – 1097 Caka (1069 – 1186 Masehi) = 18 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – XVII - , ibukota di Galuh Pakuan.
Nama Darmakusuma
Istri Dewi Ratna Wisesa, putri Sunda 22, Jayagiri, Menakluhur
Anak Darmasiksa
Mangkubumi Adimukti, adik Darmakusuma
Catatan 1077 – 1079 Caka (1166 – 1169 Masehi) = 2 tahun, Sunda 23
1079 – 1097 Caka (1069 – 1186 Masehi) = 18 tahun, SUNDA-GALUH – XVI -
Mangkat dipusarakan di Winduraja.
Galuh 26 1079 – 1097 Caka, 18 tahun, Arya Santika
Sunda 24
Sunda 25 1079 – 1092 Caka, 13 tahun, Adimurti
1092 – 1115 Caka, 23 tahun, Bratamanggala
Saunggalah 1079 – 1097 Caka, 18 tahun, Darmasiksa
Kala 1097 – 1219 Caka (1186 – 1304 Masehi) = 122 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – XVIII
Nama Prabu Darmasiksa
Gelar Prabu Guru Darmasiksa Pa¬ramarta Sang Mahapurusa, Sang Prabu Sanghyang Wisnu
Istri 1 putri Saunggalah
Anak Sang Raja Purana, lahir 1090 Caka (1179 Masehi), Sunda 26
Istri 2 putri Darmageng, Darma Ageng
Anak Rahiyang Saunggalah, Prabu Ragasuci, Sang Lumahing Taman
Beristri Dara Pusta, putri ke 2 Darmasraya, Melayu
Putri ke 1 ialah Dara Kencana, diperistri oleh Prabu Singasari, Kertanagara
Istri 3 Dewi Supraba Wijayatunggadewi, putri penguasa Sriwijaya, keturunan Sanggranawijayottunggawarman.
Anak Rahiyang Jayagiri, Rahiyang Jayadarma, beristri Dyah Lembu Tal, Dewi Singamukti Lembu Tal, putri Tumapel, adik raja Kretanagara, Singasari. Ia berputra Jayawisnuwardana, Raden Wijaya, pendiri Majapahit. Ia wafat dalam usia 40 tahun
Catatan 1079 – 1097 Caka (1168 – 1186 Masehi) = 18 tahun, wilayah Saunggalah
1097 – 1109 Caka (1186 – 1197 Masehi) = 12 tahun, SUNDA-GALUH -XVI- Saunggalah
1109 – 1219 Caka (1197 – 1304 Masehi) =110 tahun, SUNDA-GALUH -XVI- di Pakuan
Penjelasan Dalam tahun 0645 C (0748 M), setelah Pandawa, raja Kuningan, turun tahta dan menjadi petapa di Layuwatang, ialah mandala petapaan peninggalan Resiguru Dewaraja Sura Liman Sakti, raja Kendan II. Di tempat yang ditinggalkan itu oleh Sempakwaja dibangun / didirikan kerajaan baru yang diberi nama Saunggalah. Raja pertama ialah Demunawan.
Selanjutnya nama Saunggalah ini tercatat lagi dalam sejarah waktu Prabu Guru Darmasiksa bertahta di Saunggalah.
Kemudian Saunggalah ini diserahkan kepada putranya Sang Ragasuci, karena Prabu Darmasiksa pindah ke Pakuan.
Peristiwa Dalam tahun 1109 C (1197 M), Prabu Darmasiksa, sebelum berangkat/pindah ke Pakuan, menobatkan dulu Rajaputra Ragasuci menjadi penguasa di Saunggalah.
Galuh 27 1097 – 1219 Caka, 122 tahun, Rakeyan Saunggalah
Sunda 25
Sunda 26
Sunda 27
Sunda 28
Sunda 29 1092 – 1115 Caka, 23 tahun, Bratamanggala
1115 – 1179 Caka, 64 tahun, Purana
1179 – 1196 Caka, 17 tahun, Dangiang Wasita
1196 – 1209 Caka, 13 tahun, Winduraja
1209 – 1243 Caka, 34 tahun, Suryanagara
Saunggalah 1109 – 1219 Caka, 110 tahun, Ragasuci
Kala 1092 – 1115 Caka (1181 – 1203 Masehi) = 23 tahun
Wilayah Sunda 25
Nama Bratamanggala, putera Prabu Arya Santika
Istri
Anak Dewi Miayangwangi, bersuami Sang Raja Purana
Kala 1104 Caka (1192 Masehi)
Peristiwa Sundapura menjadi tempat pertemuan perdamaian antara Sriwijaya dan Kadiri, atas permintaan dengan surat dari Maharaja Cina. Pertemuan dipimpin oleh Duta Cina.
Kala 1115 – 1179 Caka (1203 – 1265 Masehi) = 64 tahun
Wilayah Sunda 26
Nama Sang Raja Purana
Istri Dewi Miayangwangi, putri Prabu Bratamanggala
Anak 1 Dewi Antini, diperisteri oleh Prabu Citrangganda
2 Prabu Resi Danghyang Wasita, dijadikan ratu wilayah Sunda
3 Prabu Windujaya, menjadi ratu wilayah Sunda meng¬gantikan kakaknya
Kala 1146 – 1186 Caka (1233 – 1272 Masehi) = 40 tahun
(perkiraan menurut perhitungan dari data lain)
Wilayah Kuningan, Saunggalah
Nama Rahiyang Jayagiri, Rahiyang Jayadarma, putra Darmasiksa
Istri Dyah Lembu Tal, Dewi Singamukti Lembu Tal, putri Ranggawuni dan Dewi Mahisa Campaka dari Tumapel, adik raja Kretanagara, Singasari
Anak Raden Wijaya, Jayawisnuwardana, pendiri Majapahit, lahir 1167 Caka (1254 Masehi)
Wafat Rahiyang Jayadarma tidak pernah menjadi raja, karena wafat dalam usia 40 tahun
Catatan Setelah sang suami meninggal, Dyah Lembu Tal dan putranya kembali ke Singasari
Data Raden Wijaya, lahir 1167 Caka (1254 Masehi), jadi kira-kira Rahyang Jayagiri menikah dengan Lembu Tal tahun 1166 Caka (1253 Masehi). Bila Rahyang Jayagiri menikah dalam usia 20 tahun, maka meninggal dalam tahun 1166 + 20 = 1186 Caka, dan dilahirkan kira-kira tahun 1166 – 20 = 1146 tahun
Kala 1179 – 1196 Caka (1265 – 1282 Masehi) = 17 tahun
Wilayah Sunda 27
Nama Wasita
Gelar Prabu Resi Danghyang Wasita
Istri -
Anak -
Kala 1196 – 1209 Caka (1282 – 1294 Masehi) = 13 tahun
Wilayah Sunda 28
Nama Prabu Windujaya
Istri
Anak Dewi Sutirta, bersuami Prabu Suryanagara, Sunda 29
Kala 1209 – 1243 Caka (1294 – 1327 Masehi) = 34 tahun
Wilayah Sunda 29
Nama Suryanagara
Istri Dewi Sutirtha, puteri Prabu Windujaya
Anak Ganapati, Sunda 30
Kala 1219 – 1225 Caka (1304 – 1310 Masehi) : 6 tahun.
Penobatan di SUNDA-GALUH – XIX – , Pusat di Saunggalah.
Nama asal Rakeyan Saunggalah
Gelar Maharaja Ragasuci
Permesuri Dara Puspa, putri Trilokyaraja Mauliwarmadewa, raja Melayu Darmasraya. Ia adalah adik Dara Kencana, istri Kertanagara, raja Singasari. Dara Puspa adalah adik Tribuwana, buyut Adityawarman.
Anak Citraganda atau Sang Lumahing Tanjung, kemudian menjadi ratu di Pakuan menggantikan ayahnya.
Catatan 1097 – 1219 Caka (1181 – 1304 Masehi) = 122 tahun, Saunggalah
1219 – 1225 Caka (1304 – 1310 Masehi) = 6 tahun, SUNDA-GALUH – XVIII -
Mangkat Setelah wafat dalam tahun 1225 C (1310 M), disebut Prabu Lumahing Taman.
Galuh 28 1219-1225 Caka, 6 tahun, Citragana
Sunda 29 1209-1243 Caka, 34 tahun, Suryanagara
Kala 1225 – 1233 Caka (1310 – 1318 Masehi). = 8 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – XX – , ibukota di Pakuan.
Nama Citraganda
Gelar Sang Lumah ing (yang dipusarakan di) Tanjung
Istri Dewi Antini, putri Prabu Purana, Sunda 26
Anak Prabu Linggadéwata atau Sang Lumah ing (yang dipusarakan di) Kikis
Catatan 1219 – 1225 Caka (1304 – 1310 Masehi) = 6 tahun, Saunggalah
1225 – 1233 Caka (1310 – 1318 Masehi) = 8 tahun, SUNDA-GALUH – XX -
Galuh 29 1225 – 1233 Caka, 8 tahun, Linggadewata
Sunda 29 1209 – 1243 Caka, 34 tahun, Suryanagara
Kala 1233 – 1255 Caka (1318 – 1339 Masehi). = 22 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – XXI -
Nama Prabu Linggadéwata
Gelar Sang Lumah ing (yang dipusarakan di) Kikis
Istri -
Anak Ratu Umalestari atau Déwi Santika, isteri Prabu Ajiguna Linggawisesa
Catatan 1225 – 1233 Caka (1310 – 1318 Masehi). = 8 tahun, Saunggalah
1233 – 1255 Caka (1318 – 1339 Masehi). = 23 tahun, SUNDA-GALUH – XXI -
Galuh 30 1233 – 1255 Caka, 22 tahun, Ajiguna Linggawisesa
Sunda 29
Sunda 30
Sunda 31 1209 – 1243 Caka, 34 tahun, Suryanagara
1243 – 1254 Caka, 11 tahun, Ganapati
1254 – 1272 Caka, 18 tahun, Arya Kulon
Kala 1243 – 1254 Caka (1327 – 1338 Masehi) = 11 tahun
Wilayah Sunda 30
Nama Prabu Ganapati
Istri
Anak Arya Kulon, beristri Dewi Kiranasari
Kala
Wilayah Galuh
Nama Raden Suryadewata
Istri
Anak
kelak menurunkan raja-raja Talaga
Kala 1254 – 1272 Caka (1338 – 1355 Masehi) = 18 tahun
Wilayah Sunda 31
Nama Arya Kulon
Istri Dewi Kiranasari
Anak 1 Dewi Laralisning, isteri Prabu Maharaja Linggabuwana.
2 Prabu Palasara, Sunda 32. Ia meninggal tanpa seorang putera,
3 Prabu Linggatunggal, Sunda 33, menggantikan kakaknya
Kala 1255 – 1262 Caka (1339 – 1346 Masehi) = 7 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – XXII – , pusat di Kawali
Nama Prabu Ajiguna Linggawisesa
Gelar Sang lumah ing (yang dipusarakan di) Kiding
Istri Ratu Umalestari atau Déwi Santika
Anak 1 Prabu Ragamulya Luhur Prabawa, atau Sang Aki Kolot
2 Déwi Kiranasari, isteri Prabu Arya Kulon, Sunda 31
3 Raden Surya¬déwata, ratu wilayah Galuh, ia kelak menurunkan raja raja Talaga.
Catatan 1233 – 1255 Caka (1318 – 1339 Masehi), 23 tahun, Saunggalah
1255 – 1262 Caka (1339 – 1346 Masehi), 7 tahun, SUNDA-GALUH – XXII -
Galuh 31 1255 – 1262 Caka, 7 tahun, Ragamulya
Sunda 31 1254 – 1272 Caka, 18 tahun, Arya Kulon
Kala 1261 Caka (1345 Masehi).
Lahir Diah Pitaloka alias Citraresmi (gugur di Bubat).
Ayahnya Prabu Linggabuana, yang gugur di Bubat.
Ibunya Dewi Laralisning
Catatan nama Diah Pitaloka ialah pemberian dari kakeknya.
nama Citraresmi ialah pemberian dari ayahnya.
Kala 1262 – 1272 Caka (1346 – 1356 Masehi), 10 tahun
Kerajaan SUNDA-GALUH – XXIII – , pusat di Kawali.
Nama Prabu Ragamulya Luhur Prabawa
Gelar Sang Aki Kolot
Istri -
Anak 1 Linggabuwana atau Sang mokteng (yang meninggal di) Bubat, Sang Prabu Wangi
2 Bunisora
3 Prabu Surendrabuwanaloka
Catatan 1255 – 1262 Caka (1339 – 1346 Masehi) , 7 tahun, Saunggalah
1262 – 1272 Caka (1346 – 1356 Masehi), 10 tahun, SUNDA-GALUH – XXIII -
Galuh 32 1262 – 1272 Caka, 10 tahun, Linggabuwana
Sunda 31 1254 – 1272 Caka, 18 tahun, Arya Kulon
Kala 1270 Caka (1354 Masehi).
Lahir Wastukancana.
Ayahnya Prabu Linggabuana, yang gugur di Bubat (1279 C).
Ibunya Dewi Laralisning
Catatan kakaknya ialah Diah Pitaloka yang gugur di Bubat.
Kala 1272 – 1279 Caka (1356 – 1363 Masehi) = 7 tahun
dari : 14s Palguna(5) 1272 Caka (22 April 1356 Masehi)
hingga : 13k Badra (11) 1279 Caka (16 Agustus 1363 Masehi), Rebo Wage
Kerajaan SUNDA-GALUH – XXIV -, pusat di Kawali
Nama Prabu Maharaja Linggabuwana
Gelar Sang lumah ing (yang meninggal di) Bubat, atau disebut juga Sang Prabu Wangi
Istri Déwi Laralisning, puteri Prabu Arya Ku¬lon
Anak 1 Déwi Citrares¬mi, Dyah Pitaloka, lahir tahun 1261 Caka ( 1345 Masehi)
2 Niskala Wastu Kancana, lahir tahun 1270 Caka ( 1354 Masehi).
3 Ratna Parwati, bersuami Su¬rendra, prabu Sunda 34
Catatan 1255 – 1262 Caka (1339 – 1346 Masehi) = 7 th, sebagai adipati pada masa kakeknya, ialah Prabu Ajiguna
1262 – 1272 Caka (1346 – 1356 Masehi) = 10 tahun, putera mahkota, Sunda 33
1272 – 1279 Caka (1356 – 1362 Masehi) = 7 tahun, SUNDA-GALUH – XXIV -
Pasundabubat Prabu Maharaja Linggabuwana dan putrinya, Dyah Pitaloka disertai sejumlah pengiringnya meninggal di Bubat, Wilwatikta. Pada mulanya, Bre Prabu Wilwatikta Hayam Wuruk, mengi¬nginkan puteri dari Sunda, yaitu Dewi Citraresmi atau Dyah Pitaloka . Patih Mada diutus untuk mengundang orang Sunda. Menurut perkiraan orang Sunda, undangan itu akan mengawinkan puteri itu dengan Prabu Wilwatikta. Pada waktu Prabu Maharaja Sunda dan puteranya bersama sekalian pengiringnya telah tiba di ibukota Wilwatikta, oleh Sang Patih Mada, puteri Sunda itu hanya dianggap sebagai persembahan kerajaan Sunda kepada raja Wilwatikta. Oleh karena itu Prabu Maharaja Sunda tidak mau menerima dan murkalah dia akhirnya. Hal itu mengakibatkan pecah pertempuran di Bubat antara kesatuan bersenjata pengawal Prabu Maharaja Sunda dengan angkatan bersenjata Wilwatikta yang sangat besar, yang dipimpin oleh Patih Mada. Akhirnya orang-orang Sunda yang banyaknya tidak seberapa, semuanya tewas tidak bersisa. Dyah Pitalokapun bunuh diri demi kehormatan dan kesucian bangsa dan negara. Sejak waktu itu nama Sunda, Prabu Maharaja Linggabuwana, dan Diah Pitaloka menjadi sangat harum namanya, dan Prabu Maharaja Linggabuwana disebut Prabu Wangi.
Peristiwa Pasunda Bubat itu terjadi pada tahun 1279 Caka, bulan Badra tanggal 13 paro gelap (13k Badra (11) 1279 Caka = 16 Agustus 1363 Masehi, Rebo, Wage).
Mangkat Sang Prabu Wangi namanya yang lain, karena namanya termashur harum. Orang orang Sunda dan Galuh yang ada di bumi Jawa Barat sangat memuja¬nya. Karena ia dianggap sebagai prajurit yang gagah berani. Ia meninggal sebagai bunga ne¬gara. Demikian juga sekalian pengiringnya, juga puterinya.
Prabu Maharaja Linggabuwana dan semua pengiringnya, juga pu-terinya, sekaliannya tewas di Bubat, Wilwatikta.
Peristiwa Pasunda Bu¬bat itu pada hari bulan 13 paro-gelap, mangsa Badrawada, 1279 Caka (13k-11-1279 Caka = 16 Agustus 1363 Masehi), Rabu Wage/Pahing.
Galuh 32 1272 – 1279 Caka, 7 tahun, Bunisora
Sunda 32 1272 – 1279 Caka, 7 tahun, Palasara
Kala 1272 – 1279 Caka (1355 – 1362 Masehi) = 7 tahun
Wilayah Sunda 32
Nama Prabu Palasara
Istri
Anak Tidak berputra
Kala 1279 Caka (1363 Masehi)
Tanggal : 13 kresnapaksa, Badramasa 1279 Caka
(13k-11-1279 C, 16-08-1363 M, 05 Hapit 0764 Hijrah)
Hari : Rabu Wage/Pahing
Peristiwa Perang Bubat.
Catatan Prabu Linggabuwana, Diah Pitaloka alias Citraresmi (18 th) telah gugur dalam Perang Bubat bersama seluruh orang SUNDA-GALUH yang mengantarkan, ialah :
Tumenggung Laranggung, Mantri Sohin, Mantri Gempong Lotong, Ki Panji Melong Sakti, Ki Panghulu Sura, Mantri Saya, Ki Rangga Kaweni, Mantri Usus, ialah pengawal raja. Yang lainnya ialah Senapati Sutrajah, Mantri Siring, Ki Jagatsaya, Ki Wirayuda, Ki Nakoda Braja, Ki Nakoda Bule, Ki Jurwastra, Ki Sebrang Keling, Ki Supitkelingking, para pengiring putri Citraresmi.
Saat terjadi perang Bubat, Wastukancana baru berusia 9 tahun. Maka kerajaan dilanjutkan oleh Mangkubumi yang bernama Bunisora, adik Prabu Linggabuana. Jadi ia adalah pamannya Wastukencana.
Penjelasan Penyebabnya ialah ulah Gajah Mada yang bernafsu menaklukkan Sunda, sesuai dengan sumpah palapanya. Tetapi ternyata tidak berhasil, malah nama Sunda menjadi lebih harum dan kuat. Sebaliknya nama Gajah Mada menjadi sangat buruk dan hina.
Kala 1279 – 1293 Caka (1356 – 1376 Masehi) = 14 tahun
14 tahun, 5 bulan dan 15 hari.
Kerajaan SUNDA-GALUH – XXV -
Nama Hyang Buniso¬ra atau Mangkubumi Suradipati
Gelar Prabu Batara Guru, Sang Adiparamartha, Jayadéwabrata, juga disebut Batara Guru di Jampang, Sang Lumah ing (yang meninggal di) Geger Omas
Istri Déwi Laksmiwati
Anak 1 Raden Giridéwata, atau Kyageng Kasmaya, menjadi ratu wilayah Cire¬bon Girang; dilahirkan pada tahun 1269 Caka.
2 Raden Brata¬legawa, lahir 1272 Caka
3 Ratu Banawati, menjadi ratu wilayah di bumi Galuh; lahir 1274 Caka
4 Déwi Mayangsari, lahir 1276 Caka, diperisteri oleh Prabu Niskala Wastu Kancana
Catatan Pada waktu peristiwa di Bubat itu (1279 Caka), Niskalawastu Kancana baru berusia 9 tahun. (= lahir 1270 Caka). Ia hidup dan ting¬gal bersama pamannya, Sang Bunisora
Catatan 1272 – 1279 Caka (1356 – 1362 Masehi) , 7 tahun, Galuh 33
1279 – 1293 Caka (1362 – 1376 Masehi), 14 tahun, SUNDA-GALUH – XXIV -
Wafat 1293 Caka (1376 Masehi), Bunisora wafat di Geger Omas
Galuh 34 1279 – 1293 Caka, 14 tahun, Wastukancana, usia 9 – 23 tahun
Sunda 33
Sunda 34 1279 – 1289 Caka, 10 tahun, Linggatunggal
1289 – 1304 Caka, 15 tahun, Surendrabuwanaloka
Data dari hasil perhitungan:
Bunisora wafat hari Rabu Wage/Pahing, tanggal 13 kresnapaksa, bulan Margasira (4) tahun 1294 Caka (13k-04-1294 Caka = 12 Agustus 1377 Masehi)
________________________________________
perhitungan dari data diatas :
tahun bulan hari
Bubat 1279 11 13 Kresnapaksa
Bunisora 14 5 15 +
jumlah 1293 16 28
perhitungan 1 <—-15s + 13k
1293 17 13k
perhitungan 1 <——– 12
tanggal 1294 5 13k kresnapaksa
Angka ini menunjukkan tanggal 13 kresnapaksa, bulan ke 5 ialah Palguna tahun 1294 Caka, pada hari Kamis Pon/Legi (13k-Palguna (5) 1294 Caka = 10 September 1377 Masehi).
Tanggal ini adalah hari wafatnya Prabu Bumisora dan tanggal penobatan Wastukencana menjadi Prabu.
________________________________________
Kala 1279 – 1289 Caka (1362 – 1372 Masehi) = 10 tahun
Kerajaan Sunda 33
Nama Linggatunggal
Istri
Anak
Kala
Kerajaan Cirebon
Nama Giridewata, lahir 1269 C, wafat 1358 C, putra Bunisora, usia 89 tahun
Gelar Ki Gedeng Kasmaya
Istri Ratna Kirana, putri Ganggapermana, ratu Carbon
Anak
Catatan Salah seorang keturunan Raksadewa, raja Indraprahasta ialah raja Carbon yang bernama Ganggapermana, sejaman dengan Linggabuana dan Bunisora, malah menjadi besanan. Karenanya kelak menjadi penguasa Carbon.
Kala
Kerajaan
Nama Bratalegawa, lahir 1272 Caka, putra Bunisora
Gelar Haji Baharudin atau Haji Purwa
Istri menikah dengan wanita Islam di Gujarat
Anak Hadijah, menjadi istri Sech Datuk Kahfi.
Kala
Kerajaan ratu wilayah di bumi Galuh
Nama Ratu Banawati, lahir 1274 C, putri Bunisora
Istri
Anak
Kala 1294 – 1397 Caka (1377 – 1478 Masehi) : 103 tahun.103 tahun, 5 bulan dan 15 hari.
Tanggal : 13k Palguna (5) 1294 Caka (10 September 1377 Masehi)
Hari : Kamis Pon/ Legi
Kerajaan SUNDA-GALUH – XXVI – , pusat di KawaliKeraton : Surawisesa di Galuh
Nama Prabu Niskala Wastu Kancana, lahir 1270 Caka, usia 23 – 127 tahun
Gelar Prabu Resiguru Dewatabuwana Tunggaldewa.Resigu¬ru Déwatabuwana, Ratu Déwata, Sang lumah ing Nusalarang
Istri 1 Ratna Sar¬kati, Lara Sarkati (19 th.), putri Resi Susuk Lampung.(nikah tahun 1290 C, Wastukancana berusia 20 th.
Anak 1 Haliwungan, lahir 1291 C, Pangeran Lampung, Susuktunggal, raja Sunda Pakuan 35
Istri 2 Déwi Mayangsari, lahir 1276 Caka ( 1360 M)., putri Galuh 33, Prabu Suradipati (Bunisora), nikah tahun 1293 C, Wastukancana berusia 23 th.
Anak 2 Ningrat Kancana, lahir 1294 C, mangkubumi di Kawali, dengan gelar Mangkubumi Surawisesa. Lalu menjadi raja di Galuh Pakuan (35) dengan gelar Dewaniskala3 Surawijaya Sakti, menantu Gedeng Kasmaya. Diangkat menjadi penguasa di Singapura. Karena tak berputra, Singapura diteruskan oleh adiknya yang bernama Gedeng Tapa.
4 Gedeng Sindang Kasih, diangkat di Sindang Kasih menjadi jurulabuan (syahbandar). Putrinya bernama Ambetkasih bersuami putra Dewaniskala, yang kelak meneruskan kedudukan sang ayah dengan gelar Sri Baduga di Pajajaran.
5 Gedeng Tapa, diangkat di daerah Kuningan me rangkap menjadi mangkubumi di Singapura. Kemudian ia menjadi penguasa Singapura dan juru labuan dengan gelar Jumajan Jati setelah Surawijaya dan Gedeng Sindang wafat. Putrinya bersuami Ratu Pajajaran yang melahirkan putra yang bernama Walangsungsang, pendiri Cirebon.
Catatan 1 pada usia¬nya 20 tahun, ia memperisterikan Ratna Sar¬kati, 19 tahun, puteri Brahmana Susuk¬lampung, dari Suma¬tera bagian selatan.2 pada tahun 1293 Caka ( 1376 M), ia beristeri lagi dengan Déwi Mayangsari, 17 th
puteri Prabu Suryadipati atau Hyang Bunisora
Catatan 1279 – 1293 Caka (1362 – 1376 Masehi), 14 tahun1293 – 1397 Caka (1376 – 1477 Masehi) = 104 tahun, SUNDA-GALUH – XXVI -
Mangkat Wastukencana wafat di Nusalarang, Sang lumah ing Nusalarang13s Srawana (10) 1397 Caka, Jumat Kaliwon/Pon (26 Desember 1477 M).
Wastukancana dinobatkan dalam usia 24 tahun.
13k Margasira (4) 1294 Caka (12 Agustus 1377 Masehi), Rabu Wage/Pahing
Memegang keprabuan selama 103 tahun 5 bulan dan 15 hari, ia berusia lebih dari 127 tahun. Dengan perkataan lain ia dilahirkan tahun 1397-127 = 1270 C
Galuh 35 1293 – 1393 Caka, 100 tahun, Ningratkancana, bawahan SUNDA-GALUH – XXVI -1393 – 1404 Caka, 11 tahun, Dewa Niskala, merdeka tanpa SUNDAGALUH
Sunda 34Sunda 35 1289 – 1304 Caka, 15 tahun, Surendra1304 – 1393 Caka, 100 tahun, Susuktunggal, bawahan SUNDA-GALUH – XXVI -
1393 – 1404 Caka, 11 tahun, Dewa Niskala, merdeka tanpa SUNDA-GALUH
perhitungan selanjutnya :
tanggal bulan tahun
tanggal awal 13 kresnapaksa 5 1294
tambah 15 5 103
jumlah 28 9 1397
15s + 13k
pembetulan - 15 . —————-> + 1
hasil ahir 13 kresnapaksa 10 1397
Jadi Prabu Niskala Wastukencana wafat tanggal 13 kresnapaksa, Srawanamasa, 1397 Caka,
hari Sabtu Pon/Legi (13k-10-1397 Caka = 10 Januari 1478 Masehi)
Wastukancana dinobatkan dalam usia 24 tahun. Memegang keprabuan selama 103 tahun 5 bulan dan 15 hari, jadi ia berusia lebih dari 127 tahun. Dengan perkataan lain ia dilahirkan dalam tahun 1397 – 127 = 1270 Caka.
Kala 1289 – 1304 Caka (1372 – 1386 Masehi) = 15 tahun
Kerajaan Sunda 34
Nama Surendra
Gelar Surendrabuwanaloka
Istri Ratna Parwati, adik Ratna Sarkati, isteri Prabu Niskalawastu Kancana
Anak Dewi Baramuncilarang
Kala 1293 – 1404 Caka (1376 – 1484 Masehi) = 111 tahun
Kerajaan Galuh 35
Nama Ningrat Kancana, lahir 1294 Caka
Gelar Surawisesa, Dewaniskala
Istri
Anak 1 Sri Baduga Sang Ratu Jayadewata
2 Prabu Ningratwangi, ratu wilayah Galuh
Catatan Mangkubumi Surawisesa di Kawali
raja di Galuh Pakuan dengan gelar Dewaniskala
Kala 1304 – 1404 Caka (1386 – 1484 Masehi) = 100 tahun
Wilayah Sunda 35
Nama Susuktunggal, Haliwungan, lahir 1291 C
Gelar Prabu Dewatmaka, Pangeran Lampung Susuktunggal
Istri 1 Dewi Baramuncilarang, putri Surendra
Anak 1 Dewi Mayangsunda, isteri Sri Baduga Ratudewata, raja Pakwan Pajajaran.
2 Adipati Kroda, bupati Sunda Kalapa, dari tahun 1404 – 1434 Caka = 30 tahun
Istri 2
Anak 1 Sang Wudubasuraga, ratu wilayah Tanjung.
2 Sang Pulunggana, ratu wilayah Gunung Batu
Kala
Kerajaan Singapura.
Nama Surawijaya Sakti
Gelar menantu Gedeng Kasmaya
Anak tak berputra
diteruskan oleh adiknya yang bernama Gedeng Tapa.
Kala
Kerajaan Sindang Kasih menjadi jurulabuan (syahbandar).
Nama Gedeng Sindang Kasih
Istri Ambetkasih bersuami putra Dewaniskala
Anak gelar Sri Baduga di Pajajaran.
Kala
Kerajaan Singapura
Nama Gedeng Tapa
Gelar Jumajan Jati
Istri Putrinya bersuami Ratu Pajajaran
Anak Walangsungsang, pendiri Cirebon.
Surawijaya dan Gedeng Sindang wafat, Kemudian ia menjadi penguasa Singapura dan juru labuan
Kala 1397 Caka (1477 Masehi)
Mangkat Wastukencana wafat di Nusalarang, Sang lumah ing Nusalarang
Sabtu Pon/Legi, 13k Srawana (10) 1397 Caka (10 Januari 1478 Masehi)
Wastukancana dinobatkan dalam usia 24 tahun.
Kamis Pon/ Legi, 13k Palguna (5) 1294 Caka (10 September 1377 Masehi)
Memegang keprabuan selama 103 tahun 5 bulan dan 15 hari, ia berusia 127 tahun. Dengan perkataan lain ia dilahirkan tahun 1397-127 = 1270 Caka (1353 Masehi)
Kala
Wilayah Gunung Batu, wilayah Sunda
Nama Sang Pulunggana
Istri Dewi Nalamsari, isteri ratu wilayah Panggowakan, yaitu Adipati Jasanagara
Anak
Kala 1404 – 1443 Caka (1484 – 1521 Masehi) = 39 tahun
Wilayah Pajajaran 1
Nama Sri Baduga Ratudewata
Gelar Prabu Gurudewataprana Sri Baduga Maharaja Ratuhaji
Sang Lumahing Rancamaya (yang meninggal di Rancamaya)
Istri 1 Dewi Mayangsunda
Anak 1 Prabu Surawisesa
2 Sang Surasowan, bupati Banten Pasisir
Istri 2
Anak 1 Dipati Suranggana, ratu wilayah Wahanten Girang
2 Tumenggung Jayamanggala, adipati Pakwan
1434 Caka (1512 Masehi), raja Pajajaran, Sri Baduga Maharaja Ratu Jayadewata mengirim perutusan ke Malaka dengan tujuan untuk mengadakan perjanjian persahabatan dengan penguasa orang Portugis. Perutusan raja Pajajaran dipimpin oleh putera mahkota Kerajaan Pajajaran, yaitu Sang Ratu Sanghyang Surawisesa. Ia pada waktu itu menjadi ratu wilayah Kalapa Pasisir.
21 Agustus 1522 Masehi = 06k-10-1443 Caka Perjanjian damai antara Pajajaran dengan Portugis
Wafat 1443 Caka (1522 Masehi), Sri Baduga wafat, dimakamkan di Rancamaya.
Kala
Wilayah Wahanten Girang
Nama Dipati Suranggana,
Gelar Kyai Bagus Molana
Istri
Anak Anak menantunya semua memeluk agama Islam.
Kala 1404 – 1434 Caka = 30 tahun
Wilayah Sunda Kalapa
Nama Dipa¬ti Kalapa Pasisir, Adipati Kroda, Dipati Kranda, bupati Sunda Kalapa
Istri
Anak 1 Sariyah namanya, ia diperisteri oleh pedagang kaya dari Perlak Baroh di Swarnabumi (Pulau Sumatera) sebelah utara, yaitu Kyai Arya Baroh namanya. Kyai Arya Baroh tiba di Sunda bersama perngikutnya dengan membawa kekayaan; emas, perak, perhiasan, batu permata, berbagai benda dan yang lainnya pula; juga guru-guru agama Islam dari Malaka, Pasai, Perlak dan juga dari negara seberang
2 Dipati Kranda, yaitu bupati Sunda Kalapa, ialah Adipati Surakreta nama¬nya.
Adipati Surakreta, ialah suami Dewi Surawati, adik Surawisesa
Setelah Adipati Kranda meninggal, Putra Mahkota Surawisesa, putera Sri Baduga menggantikannya sebagai Adipati Sunda Kalapa, dengan gelar penobatan Ratu Sanghyang Surawisesa Jayengrana, 1434 – 1443 Caka = 9 tahun
Setelah Surawisesa menjabat raja, bupati Sunda Kalapa ialah Adipati Surakreta
Kala 1404 – 1423 Caka (1484 – 1502 Masehi) = 19 tahun
Wilayah Galuh 36
Nama Prabu Ningratwangi, adik Sri Baduga
Istri
Anak 1 Prabu Jayaningrat, ratu Galuh 37
2 Brataningrat, menteri di Pakwan Pajajaran, juga sebagai gandar negara
Kala 1423 – 1470 Caka (1502 – 1548 Masehi) = 47 tahun
Wilayah Galuh 37
Nama Prabu Jayaningrat
Istri
Anak
Ia meninggal pada waktu berperang melawan serbuan angkatan bersenjata Pakungwati, Cirebon. Sejak waktu itu Kerajaan Galuh ada di bawah Kerajaan Cirebon.
Kala 1443 – 1457 Caka (1521 – 1535 Masehi) = 14 tahun
Wilayah Pajajaran 2
Nama Prabu Sanghyang Surawisesa
Istri
Anak
21 Agustus 1522 Masehi = 06k-10-1443 Caka perjanjian damai dengan Portugis.
1444 Caka, perutusan Portugis tiba di kerajaan Pajajaran dan melanjutkan perjanjian persahabatan antara raja Pajajaran dengan Portugis, dengan membuat “padrao”, ialah
dibuat tulisan pada tugu batu sebagai tanda-perjanjian persahabatan. Kedua belah pihak menulis namanya pada surat perjanjian persahabatan, ialah dari utusan Portugis para pembesarnya 8 orang dan dari kerajaan Pajajaran 4 orang, di antaranya, yaitu Raja Pajajaran Prabu Surawisesa, menteri negara ialah Sang Menteri Brataningrat, Sang Adipati Jayamanggala dan Sang Adipati Surakreta.
Selanjutnya, Prabu Surawisesa pada tahun 1455 Caka, tanggal 7 paro-terang, bulan Badrapada (Senin Manis /Wage, di bulan purnama tanggal 07s- 11-1455 Caka (27-04-1534 Masehi), Prabu Surawisesa mengadakan selamatan srada (atas) meninggal ayahnya, Sri Sang Ratu Jayadewata ialah Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakwan Pajajaran. Pada waktu itu, ia membuat tulisan pada batu.
Dua tahun kemudian, ialah pada tahun 1457 Caka (1535 Masehi) Prabu Surawisesa meninggal
Kala 1434 – 1449 Caka (1513 – 1527 Masehi) = 15 tahun
Wilayah Sunda Kalapa
Nama Adipati Surakreta
Gelar Sang Lumahing Kalapa (yang meninggal di Kalapa)
Istri Dewi Surawati, adik Surawisesa
Anak
Adipati Sunda Kalapa, yaitu Adipati Surakreta, dengan prameswarinya dan bersama para pengiringnya tewas. Angkatan bersenjata Sunda Kalapa hanya sedikit sisa yang tewas, mereka melarikan diri, menuju ke ibukota Pakwan Pajajaran. Dengan demikian angkatan bersenjata Sunda Kalapa semua telah terdesak dan wilayah itu menyerah. Adapun Adipati Sunda Kalapa Sang Arya Surakreta atau Sang Lumahing Kalapa (yang meninggal di Kalapa)
Kala 1404 – 1468 Caka (1484- 1546 Masehi) = 64 tahun, bawahan Demak
1468 – 1490 Caka (1546 – 1567 Masehi) = 22 tahun, merdeka, lepas dari Demak
Wilayah Cirebon
Nama Tan Go Wat
Gelar Sarif Hidayatulah, Susuhunan Gunug Jati
Istri
Anak
Susuhunan Jati mengutus dutanya kepada Sultan Demak dengan maksud ialah agar Sultan Demak merebut wilayah yang terletak sepanjang pantai laut Jawa Barat sebelah utara, karena tidak lama lagi Portugis akan datang memberi bantuan kepada raja Pajajaran.
Sultan Demak memerintahkan adik iparnya ialah Senapati (Panglima) Bintoro, yaitu Padillah namanya,(ia) menyelidiki ke Banten, Sunda Kalapa dan sejumlah wilayah lainnya di bumi Jawa Barat, dengan tujuan melihat keadaan wilayah itu dan menemui Pangeran Hasanudin di Banten dan santri-santri yang bersembunyi dan dalam kesulitan di beberapa tempat. Sang Padillah bersama para pengiringnya tiba di Jawa Barat sebagai pedagang. Ia berkeliling kota, perkampungan dan daerah pelabuhan, dengan berdagang berjenis-jenis barang, berbagai perhiasan dan lainnya lagi. Seberapa bulan kemudian, ia kembali ke Demak dan singgah sementara di Cirebon. Selanjutnya kepada Susuhunan Jati diberitahu mengenai hasil kerjanya di Jawa Barat dan hasrat Sultan Demak untuk menyerang Jawa Barat sebelah utara. Selanjutnya. Padillah kembali ke Demak.
Selanjutnya pada tahun 1448 Caka (1526 Masehi), angkatan bersenjata Demak dan angkatan bersenjata Cirebon termasuk juga angkatan bersenjata ratu-ratu wilayah yang mengungsi ke Cirebon banyaknya angkatan bersenjata Demak dan Cirebon adalah 1967 orang, siap siaga, dengan membawa berbagai senjata, menuju negeri Banten.
Angkatan bersenjata itu dipimpin oleh panglima perang ialah Padillah dengan sejumlah orang perwira Demak lainnya. Sedang dari Cirebon, yang menjadi Panglima perang ialah Pangeran Cirebon, Dipati Keling dan Dipati Cangkwang. Setelah tiba di Banten, angkatan bersenjata Demak, dan Cirebon menyerang tempat kedudukan adipati Banten, yang termasuk wilayah Kerajaan Pajajaran. Selanjutnya pecah perang, pertempuran berkecamuk. Pada waktu itu di negeri Banten sedang kacau-balau, (pengacaunya) dipimpin oleh Pangeran Sabakingkin, putera Susuhunan Jati. Pangeran Sabakingkin atau Pangeran Hasanudin bersama para pengiringnya, yaitu para siswanya ikut menyerbu angkatan bersenjata Banten.
Akhirnya seluruh kadipaten Banten kalah dan dikuasai oleh angkatan bersenjata Muslim. Oleh Susuhunan Jati, Pangeran Sabakingkin ditunjuk menjadi bupati Banten dengan gelar Pangeran Hasanudin.
Setahun berikutnya, angkatan bersenjata Demak dan Cirebon yang banyaknya 1452 orang di bawah pimpinan Panglima Perang Padillah dan perwira-perwira Demak, kemudian Pangeran Cirebon, Dipati Keling dan Dipati Cangkwang menuju ke timur, menyerbu Sunda Kalapa. Selanjutnya pecahlah perang, berkecamuk pertempuran.
Adipati Sunda Kalapa, yaitu Adipati Surakreta namanya, dengan prameswarinya dan bersama para pengiringnya tewas. Angkatan bersenjata Sunda Kalapa hanya sedikit sisa yang tewas, mereka melarikan diri, menuju ke ibukota Pakwan Pajajaran.
Setelah Sunda Kalapa dikuasai angkatan bersenjata Muslim, maka oleh Susuhunan Jati kemudian Panglima Perang Padillah ditunjuk jadi bupati Sunda Kalapa.
Wilayah yang ditaklukan
1) Ratu Kalapa Dalem atau Kalapa Barat, yaitu Kyai Arya Baroh.
2) Ratu Tanjung, yaitu Kyai Wudubasuraga
3) Ratu Ancol, yaitu Kyai Ngajirasa
4) Ratu Wahanten Girang, Adipati Suranggana, disebut juga Kyai Bagus Molana.
5) Ratu wilayah Simuang, yaitu Sang Arya Suraprasa
6) Ratu wilayah Gunung Batu, yaitu Sang Arya Pulunggana
7) Ratu wilayah Saung Agung, yaitu Ratu Hyang Banaspati
8) Ratu wilayah Rumbut, yaitu Sang Arya Sukara
9) Ratu Wilayah Gunung Ageung, yaitu Tumenggung Linggageni
10) Ratu wilayah Gunung Banjar, yaitu Sang Prabu Walahar
11) Ratu wilayah Padang, yaitu Sang Adipati Patala
12) Ratu Wilayah Panggawokan, yaitu Prabu Yasanagara
13) Ratu wilayah Muntur, yaitu Sang Arya Wirasakti
14) Ratu wilayah Hanum, yaitu Arya Senawati Bimajaya
15) Ratu wilayah Pagerwesi, yaitu Sang Arya Nuludada
16) Ratu wilayah Medang Kahiyangan, yaitu Prabu Darmayana
Kemudian pada tahun 1450 Caka (1523 Masehi), angkatan bersenjata Muslim dan Sunda Kalapa, yaitu angkatan bersenjata Demak dan Cirebon juga angkatan bersenjata dari Kuningan menyerbu angkatan bersenjata Galuh, yang telah berkumpul di wilayah Rajagaluh. Kemudian pecah pertempuran antara angkatan bersenjata Muslim dari Demak, Cirebon dan Kuningan beserta ratu-ratu wilayah yang memeluk agama Islam melawan angkatan bersenjata Galuh, yang dipimpin oleh Prabu Galuh Jayaningrat dan dipati wilayah Rajagaluh Arya Kiban. Kalahlah perang mereka. Semenjak itu wilayah Galuh utara ada di bawah kuasa Pakungwati, Cirebon. Pada waktu itu Pangeran Pasarean oleh ayahnya, ialah Susuhunan Jati dijadikan penguasa kerajaan Cirebon sebagai penguasa yang mewakili Susuhunan Jati.
Lantaran wilayah Talaga menjadi tempat kedudukan ratu-ratu wilayah lain yang memusuhi Cirebon dan menjadi tempat berkumpulnya angkatan bersenjata Galuh, sisa yang tewas, maka kemudian Kerajaan Talaga disergap oleh angkatan bersenjata Cirebon, Demak, dan Kuningan. Pecah pertempuran. Angkatan bersenjata Talaga terdesak dan wilayah itu menyerah kepada Cirebon. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1451 Caka (1529 Masehi). Bahkan hingga tahun 1453 Caka (1531 Masehi) berlangsung pertempuran dengan ratu-ratu wilayah di Jawa Barat, yang (berhasil) direbut oleh angkatan bersenjata Muslim. Selanjutnya, terjadi pertempuran antara angkatan bersenjata Muslim melawan angkatan bersenjata Pakwan Pajajaran.
Akhirnya dapat diselesaikan dengan perundingan antara raja Sunda Pajajaran dengan Susuhunan Jati. Selanjutnya, kedua belah pihak membuat perjanjian perdamaian, tidak saling menyerang, saling mengasihi, berbimbingan tangan, karena terikat hubungan kekeluargaan, agar hubungan itu hendaknya janganlah sampai putus. Adapun perjanjian yang mengakhiri peperangan itu (terjadi) pada tanggal 14 paro-terang, bulan Asada tahun 1453 Caka (Selasa, 18 Juni 1531 Masehi).
Kala 1490 – 1492 Caka (1567 -1569 Masehi) = 2 tahun
Wilayah Cirebon
Nama Padillah Khan
Gelar Faletehan, Taragil
Istri Ratu Ayu, puteri Susuhunan Jati, Cirebon, janda Pangeran Sabrang Lor
Anak
Istri Ratu Pembayun, adik Pangeran Trenggono atau Sultan Demak ketiga
Anak
Padillah, negeri asalnya, ialah negeri Pasai di Swarnabumi (Pulau Sumatera) sebelah utara.
Ratu Ayu adalah puteri Susuhunan Jati, Cirebon, janda Pangeran Sabrang Lor atau Sultan Demak kedua, yang tewas di dalam waktu berperang melawan Portugis di negeri Pasai
Setelah Sunda Kalapa dikuasai angkatan bersenjata Muslim, maka oleh Susuhunan Jati kemudian Panglima Perang Padillah ditunjuk jadi bupati Sunda Kalapa. Beberapa bulan kemudian pada tahun itu juga, perahu Portugis dari negeri Pasai tiba di Sunda Kalapa. Mereka tidak mengetahui, bahwa Sunda Kalapa telah dikalahkan oleh orang Muslim. Selanjutnya pecahlah, pertempuran antara angkatan bersenjata Portugis dengan angkatan bersenjata Muslim. Anggota angkatan bersenjata Portugis banyak yang tewas dan kalahlah mereka. (Jumlah anggota) angkatan bersenjata sisa yang tewas tidak seberapa. Mereka melarikan diri menuju perahu mereka dan berlayar kembali ke negeri Pasai.
Kala
Wilayah Adipati Banten
Nama
Istri
Anak Sang Arya Surajaya
Nyai Ratu Kawunganten, istri Susuhunan Jati, ibu Pangeran Hasasudin.
Kala 1441 – 1448 Caka (1519 – 1526 Masehi) = 7 tahun
Wilayah Adipati Banten
Nama Sang Arya Surajaya
Istri
Anak
Adipati Banten ialah Sang Arya Surajaya bersama para pengiringnya dan kaum kerabatnya melarikan diri ke hutan lebat, mengungsi ke ibukota Pakwan Pajajaran.
Akhirnya seluruh kadipaten Banten kalah dan dikuasai oleh angkatan bersenjata Muslim. Oleh Susuhunan Jati, Pangeran Sabakingkin ditunjuk menjadi bupati Banten dengan gelar Pangeran Hasanudin.
Kala 1457 – 1465 Caka (1535 – 1543 Masehi) = 8 tahun
Wilayah Pajajaran 3
Nama Prabu Ratu Dewata, Dewata Buwana
Gelar
Istri Dewi Sekarkedaton, adik Adipati Wiratala atau Ratu Sanghyang
Anak Dewi Sekarwangi, bersuami Sang Prabu Sakti Mangabatan
Istri putera Adipati Surakreta
Anak Dewi Sekarwangi
pada tahun 1465 Caka (1543 Masehi) angkatan bersenjata Banten dipimpin oleh Pangeran Hasanudin juga, bersama puteranya, menyerbu ibukota Kerajaan Pajajaran. Kemudian pecah pertempuran. Banyak anggota angkatan bersenjata Pajajaran yang tewas.
Demikian pula Ratu Dewata, tewas, juga Adipati Wiratala atau Ratu Sanghyang dan ratu wilayah Sarendet ialah Adipati Darmabuwana, yaitu adik Prabu Ratu Dewata. Dan sejumlah para pendeta yang ada di Ciranjang dibunuh, pendeta di Jayagiri, pendeta di Sumadang dan pendeta Sang Munding Rahiyang serta banyak pula menteri, patih, hamba raja, pembesar kerajaan, dan prajurit pengawal tewas dalam waktu berperang.
Kala 1465 – 1473 Caka (1543 – 1550 Masehi) = 8 tahun
Wilayah Pajajaran 4
Nama Sang Prabu Sakti Mangabatan, menantu Dewata Buwana
Gelar
Istri Dewi Sekarwangi, puteri Prabu Ratu Dewata
Anak Prabu Nilakendra atau disebut juga sang penguasa di Majaya
Wafat Prabu Ratu Sakti tewas di Pangpelangan
Kala 1473 – 1489 Caka (1550 – 1566 Masehi) = 16 tahun
Wilayah Pajajaran 5
Nama Prabu Nilakendra atau disebut juga sang penguasa di Majaya
Gelar
Istri
Anak Nusiya Mulya atau Raga Mulya atau Prabu Suryakancana
Lantaran ia kalah perang, akibatnya is tidak tinggal di ibukota kerajaan, beberapa orang ratu wilayah yang ada di Kerajaan Pajajaran terdesak semuanya.
Kala 1489 – 1501 Caka (1566 – 1578 Masehi) = 12 tahun
Wilayah Pajajaran 6
Nama Nusiya Mulya atau Raga Mulya atau Prabu Suryakancana
Gelar
Istri
Anak
Ia juga tidak tinggal di ibukota Pakwan atau Pulasari.
Setelah Pangeran Hasanudin meninggal, selanjutnya digantikan oleh puteranya, Pangeran Yusup. Akhirnya ibukota kerajaan musnah di dunia oleh pasukan Banten, pimpinan Pangeran Yusup, pada tanggal 11 paro-terang, bulan Wesakha, tahun 1501 Caka (11s-07-1501 Caka = 21 Agustus 1578 M), Kamis Pon / Legi
Pada waktu itu, raja Cirebon ialah Panembahan Ratu.
* * *
Artikel terkait :
Kerajaan Salakanagara
Kerajaan Tarumanagara
Kerajaaan Indraprahasta
Kerajaan Kendan
Kerajaan Galuh
Kerajaan Sunda
Wangsa Sanjaya
Kerajaan Saunggalah
Kerajaan Sumedang Larang
Kerajaan Pajajaran
Ki Sunda di Tatar Sunda
Menapaki Perjalanan Sunda
Prasasti Batu Tulis Bogor
Perbedaan Batu Tulis, Petilasan & Makam
Kebon Raya Bogor
Musik – Ayun Ambing
Musik – Kacapi Suling
19 Jul
Kerajaan Saunggalah
Posted by Shangkala in HISTORY, ART & CULTURE NUSANTARA. Leave a Comment
Oleh : Ali Sastraamidjaja
Kerajaan Saunggalah
0645 – 1262 Caka = 617 tahun candra, 0748 – 1346 Masehi = 598 tahun surya
Kala 0645 – 0696 Caka (0748 – 0797 Masehi) = 51 tahun.
Penobatan di Saunggalah 1
Nama Demunawan (77-128th)
Gelar Seuweukarma, Rahyangtang Kuku, Sang Resiguru Demunawan
Istri Dewi Sangkari, putri Sang Pandawa alias Wiragati, raja Kuningan.
Anak 1. Tambakwesi (0-51th).
2. Tambakbaya, kelak menjadi ahli menulis pada lontar, diantarnya hal sejarah
Peristiwa Dalam tahun 645 C (748 M), Sang Pandawa alias Sang Wiragati, raja Kuningan, turun tahta dan menjadi resiguru di Layuwatang, mandala bekas pertapaan Rajaresi Dewaraja Sura Liman Sakti raja Kendan II.
Catatan Setelah Pandawa turun tahta, Sempakwaja mendirikan kerajaan Saunggalah, mendirikan istana di Saunggalah dan mengangkat putranya, Demunawan sebagai Prabunya di bekas kerajaan Kuningan.
Penjelasan Demunawan ialah putra ke 2 Rababu dan Sempakwaja
Wafat 0696 Caka (0797 Masehi) Demunawan wafat dalam usia 128 th; jadi lahir 0568 Caka
Kala 0696 – 0747 Caka (0797 – 0847 Masehi) = 51 tahun.
Penobatan di Saunggalah 2
Nama Tambakwesi (51-102th).
Istri -
Anak Sang Kretamanggala
Kala 0747 – 0000 Caka (0847 – 0000 Masehi) = tahun.
Penobatan di Saunggalah 3
Nama Sang Kretamanggala
Istri -
Anak 1 Déwi Kencanawangi, bersuami Sang Manarah
2 Déwi Kencanasari, bersuami Sang Banga
————————————————————————————————————
————————————————————————————————————–
————————————————————————————————————
——————————————————————————————————–
Kala 1079 – 1097 Caka (1168 – 1186 Masehi) : 18 tahun.
Penobatan di Saunggalah
Nama asal Prabu Guru Dharmasiksa
Nama nobat Sang Pramartha Mahapurusa atau Prabu Sanghyang Wisnu.
Istri 1 putri Darma Ageng
Anak 1 Rahyang Saunggalah/Ragasuci/Lumahing Taman,
beristri Dara Pusta, putri ke 2 Darmasraya, Melayu
Putri ke 1 ialah Dara Kencana, diperistri oleh Prabu Kretanegara, Singasari
Cucu 1.1 Citragana, beristri Antini, putri sulung Prabu Purana, Prabu Sunda
Istri 2 Dewi Supraba Wijayottunggadewi, putri penguasa Sriwijaya, keturunan Sanggranawijayottunggawarman, Sri Maharaja Sanggramaawijayottunggawarman
Anak 2 Rakeyan Jayagiri/Jayadarma (wafat pada usia 40 th.)
Dijodohkan dengan putri Mahisa Campaka dan Ranggawuni dari Tumapel Jawa Timur yang bernama Dyah Lembu Tal alias Dyah Singamurti.
Cucu 2.1 Nararya Sanggramawijaya / Jaka Sususruh alias Raden Wijaya, pendiri dan raja pertama kerajaan Majapait (Wilwatikta).
Istri 3 putri Saunggalah
Anak 3 Purana (lahir tahun 1090 Caka, 1179 Masehi)
Beristri Mayangwangi, putri Bratamanggala.
Cucu 3.1 Dewi Antini, bersuami Citragana, putra Ragasuci, putra mah-kota.
3.2 Wasita, Prabu Sunda, mengganti ayahnya.
3.3 Winduraja, Prabu Sunda, mengganti kakaknya
Catatan Karena usia Sang Prabu yang sangat panjang, lebih dari 120 tahun, maka selama Indungpoe ke X ini, di SUNDA-GALUH hanya dijabat oleh seorang Prabu.
1097-1109 C ( 12 tahun): Berkedudukan di Saunggalah
1109-1219 C (110 tahun): Berkedudukan di Pakuan
Prabu Dharmasiksa bertahta di Pakuan, di keraton yang dibangun oleh Prabu Tarusbawa yang diberi nama Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati.
Lalu diperluas dengan bangunan-bangunan baru.
Catatan 1079 – 1097 Caka (1168 – 1186 M) = 18 tahun, di Saunggalah
1097 – 1109 Caka (1186 – 1198 M) = 12 tahun, SUNDA-GALUH – XVIII – di Saunggalah,
1109 – 1219 Caka (1198 – 1304 M) = 110 tahun, SUNDA-GALUH – XVIII – di Pakuan
Kala
Wilayah Melayu Dharmasraya (Jambi)
Nama Trailokyaraja Maulibusanawarmadewa
Istri putri Raja Syangka
Anak 1 Tribuwanaraja Mauliwarmadewa
2 Dara Kencana, bersuami Kretanagara, raja Singasari
3 Dara Puspa, bersuami Rakreyan Saunggalah, Sang Prebu Ragasuci
Kala 1097 – 1219 Caka (1168 – 1304 Masehi) = 122 tahun
1097 – 1109 Caka (1186 – 1198 Masehi) = 12 tahun, dibawah pengawasan sang ayah
1109 – 1219 Caka (1198 – 1304 Masehi) = 110 tahun
Kerajaan Saunggalah
Nama Rahyang Saunggalah
Gelar Prabu Ragasuci, Sang Lumah ing (yang meninggal di) Taman
Istri Dara Puspa, putri Trilokyaraja Mauliwarmadewa, raja Melayu Darmasraya, di Sumatra.. Ia adalah adik Dara Kencana, istri Prabu Kertanagara, raja Singasari.
(Dara Puspa adalah adik Tribuwana, buyut Adityawarman.)
Anak Citragana, beristri Dewi Antini, putri Prabu Purana, Sunda 26
Prabu Citragandha, atau Sang Lumah ing (yang meninggal di) Tanjung
Catatan Setelah Prabu Darmasiksa wafat, diganti oleh Sang Ragasuci selama 6 tahun.
1109 – 1219 Caka (1198 – 1304 Masehi), 110 tahun, Saunggalah
1219 – 1225 Caka (1304 – 1310 Masehi), 6 tahun, SUNDA-GALUH – XIX -
Mangkat Setelah wafat dalam tahun 1225 C (1310 M), disebut Prabu Lumahing Taman.
Kala
Wilayah Saunggalah
Nama Rakreyan Jayagiri atau Rakreyan Jayadharma
Istri Dyah Lembu Tal alias Dyah Singamurti, putri Mahisa Campaka dan Ranggawuni dari Tumapel Jawa Timur
Anak Raden Wijaya, dengan gelar Sang Nararya Sanggramawijaya, pendiri dan raja pertama kerajaan Majapahit atau Wilwatikta
Catatan Setelah Rakreyan Jayadharma meninggal dalam usia 40 tahun, sang istri serta putranya pulang ke Tumapel / Singasari
————————————————————————————————————–
Kala 1219 – 1225 Caka (1304 – 1310 Masehi), 6 tahun
Kerajaan Saunggalah
Nama Prabu Citragandha
Gelar Sang Prabu Citranggada Buwanaraja, Sang Lumah ing (yang dipusarakan di) Tanjung
Istri Dewi Antini, putri Prabu Purana, Sunda 26
Anak Prabu Linggadéwata atau Sari Lumah ing (yang meninggal di) Kikis
Catatan 1219 – 1225 Caka (1304 – 1310 Masehi), 6 tahun, Saunggalah
1225 – 1233 Caka (1310 – 1318 Masehi). = 8 tahun, SUNDA-GALUH – XX -
Kala 1225 – 1233 Caka (1310 – 1318 Masehi). = 8 tahun
Kerajaan Saunggalah
Nama Prabu Linggadéwata
Gelar Sang Lumah ing (yang meninggal di) Kikis
Istri -
Anak Ratu Umalestari atau Déwi Santika, diperisteri oleh Prabu Ajiguna Linggawisesa
Catatan 1225 – 1233 Caka (1310 – 1318 Masehi). = 8 tahun, Saunggalah
1233 – 1255 Caka (1318 – 1339 Masehi). = 23 tahun, SUNDA-GALUH – XXI -
Kala 1233 – 1255 Caka (1318 – 1339 Masehi). = 23 tahun
Kerajaan Saunggalah
Nama Prabu Ajiguna Linggawisesa
Gelar Sang lumah ing (yang mening¬gal di) Kiding
Istri Ratu Umalestari atau Déwi Santika
Anak 1 Prabu Ragamulya Luhur Prabawa, atau Sang Aki Kolot
2 Déwi Kiranasari namanya diperisteri oleh Prabu Arya Kulon, Sunda
3 Raden Surya¬déwata, ratu wilayah Galuh, ia kelak menurunkan raja raja Talaga.
Catatan 1233 – 1255 Caka (1318 – 1339 Masehi). = 23 tahun, Saunggalah
1255 – 1262 Caka (1339 – 1346 Masehi) = 7 tahun, SUNDA-GALUH – XXII -
Kala 1255 – 1262 Caka (1339 – 1346 Masehi) = 7 tahun
Kerajaan Saunggalah
Nama Prabu Ragamulya Luhur Prabawa
Gelar Sang Aki Kolot
Istri -
Anak Prabu Surendrabuwanaloka nama penobatannya, ia men¬jadi ratu wilayah Sunda, lama-nya 15 tahun, tahun 1289 Caka (1372 Masehi) hingga tahun 1304 Caka (1387 Masehi).
Catatan 1255 – 1262 Caka (1339 – 1346 Masehi) , 7 tahun, Saunggalah
1262 – 1272 Caka (1346 – 1356 Masehi), 10 tahun, SUNDA-GALUH – XXIII -
* * *
Artikel terkait :
Kerajaan Salakanagara
Kerajaan Tarumanagara
Kerajaaan Indraprahasta
Kerajaan Kendan
Kerajaan Galuh
Kerajaan Sunda
Wangsa Sanjaya
Kerajaan Sumedang Larang
Kerajaan Pajajaran
Ki Sunda di Tatar Sunda
Menapaki Perjalanan Sunda
Prasasti Batu Tulis Bogor
Perbedaan Batu Tulis, Petilasan & Makam
Kebon Raya Bogor
Musik – Ayun Ambing
Musik – Kacapi Suling
19 Jul
Wangsa Sanjaya
Posted by Shangkala in HISTORY, ART & CULTURE NUSANTARA. Leave a Comment
Oleh : Ali Sastraamidjaja
Kala 0605 Caka
Lahir Sang Jamri, Sanjaya
Ayah Sena, Prabu Bratasenawa (usia 22 th), Galuh
Ibu Dewi Sanaha, Kalingga
Tokoh 623 Caka, pergi ke kerajaan Sunda, menjadi ahli perang
625 Caka , menikah dengan Sekar Kancana, putri Sunda
645 Caka, Prabu di Sunda 2, penerus dari Tarusbawa
645 Caka, Prabu di Galuh 5, merebut dari Purbasora
654 Caka, Prabu Medang 1 di bumi Mataram, (Kalingga diganti nama menjadi Medang di Mataram)
Wafat 676 Caka, Sanjaya wafat di Medang, dalam usia 71 tahun
Adapun Rakyan Sanjaya putera raja Bratasennawa namanya.
Raja Bratasennawa puteranya Sang Mandiminyak, raja kerajaan Galuh di bumi Jawa Barat. Demikianlah, asal riwayatnya menurut tulisannya sang mahakawi, mengenai pertaliannya raja-raja Medang di bumi Mataram di tengah Pulau Jawa, sebuah pulau yang sangat dikagumi oleh sekalian penduduk.
Segala pemujaan dewa ada di situ. Di tengah bumi Pulau Jawa ada dua wangsa besar, yaitu wangsa Sanjaya dan wangsa Sailendra. Adapun wangsa Keling dan sejumlah wangsa lain lagi ada juga di situ.
Begini asal mula riwayat nenek moyang wangsa Sanjaya.
Sang Resiguru Sempakwaja tinggal di Galunggung wilayahnya Ia beristerikan pohaci Rababu namanya, seorang wanita yang sangat mempesona rupanya, bagaikan bulan penuh tanggal 14 paruh bulan terang, demikian hal ihwal kecantikannya.
Adik Sempakwaja, ialah Prabhu Mandiminyak namanya, menjadi raja di Galuh di bumi Jawa Barat. Pada waktu Sang Mandiminyak usianya remaja dijadikan putera mahkota. Ia dengan pohaci Rababu saling jatuh cinta. Oleh karena itu, Sang Mandiminyak dengan pohaci Rababu bersetubuh, karena keduanya telah benar-benar cinta, dan tidak diketahui oleh suaminya.
Kemudian pohaci Rababu mengandung, lalu melahirkan seorang putera laki-laki yaitu Sang Senna namanya. Sesungguhnya dari perkawinan pohaci Rababu dengan Sang Sempakwaja telah lebih dahulu berputera dua orang laki-laki, di antaranya masing-masing ialah Sang Demunawan namanya dan Sang Purbasora namanya.
Selanjutnya, Sang Mandiminyak ialah Sang Kumara kerajaan Galuh menikah dengan Dewi Parwati namanya. Adapun Dewi Parwati Itu puteri Dewi Sima namanya, rajarani di kerajaan Keling di bumi tengah Pulau Jawa. Dewi Sima menjadi ratu pada tahun 596 Caka (700 Masehi), menggantikan suaminya ialah Prabhu Kartikeyasingha, atau yang wafat di Gunung Mahameru gelarnya yang lain. Kerajaan ini bersahabat akrab dengan Maharaja Cina. Duta kerajaan Keling ada di sana, duta kerajaan Cina.ada di sini. Prabhu Kartikeyasingha telah dua kali mengirimkan dutanya pembesar-pembesar kerajaan ke kerajaan Cina, pertama pada tahun 570 Caka (674 Masehi), kedua pada tahun 588 Caka (692 Masehi), yaitu pada permulaan Sang Prabhu memerintah kerajaan.
Adapun asal mula wangsanya Sang Prabhu ialah dari negeri Bharata bagian selatan. Ayahnya, Sang Prabhu Keling, pada waktu memerintah kerajaan 8 tahun yang lalu, yaitu pada tahun 562 Caka (667 Masehi) dan pada tahun 554 Caka (657 Masehi) mengirim dutanya ke kerajaan Cina, karena itu juga duta kerajaan Cina datang ke sini. Dari perkawinan Sang Prabhu Kartikeyasingha dengan Dewi Sima, berputera 2 orang wanita dan laki laki, masing-masing ialah yang wanita Dewi Parwati diperisteri oleh Sang Mandiminyak dari Galuh, yang laki laki Sang Narayan namanya.
Sesudahnya Dewi Sima wafat pada tahun 617 Caka (720 Masehi), kemudian kerajaan dibuat dua wilayah kerajaan, di antaranya ialah yang wanita, Dewi Parwati, di sebelah utara, yang laki-laki, Sang Narayan, di sebelah selatan. Sang Mandiminyak, suami Dewi Parwati, tidak menggantikan di situ, karena ia menjadi raja di kerajaan Galuh.
Dari pernikahan Prabhu Mandiminyak dengan Dewi Parwati berputeralah seorang wanita, Dewi Sannaha namanya. Kemudian Dewi Sannaha diperisteri oleh Sang Bratasennawa, putera Sang Mandiminyak dengan Pohaci Rababu, istri Sang Sempakwaja. Dari pernikahan Sang Bratasennawa dengan Dewi Sannaha berputeralah laki-laki ialah Sanjaya, yang memperoleh gelar penobatan Sang Prabhu Sanjaya Ksatra Bhamaprakramayuddhenipuna Bratasennawaputra. Sang Sanjaya pertama-tama menjadi raja di Jawa Barat lamanya 9 tahun. Kemudian pada tahun 654 Caka (756 Masehi) hingga tahun 697 Caka (798 Masehi) ia menjadi raja di Jawa Tengah bumi Pulau Jawa. Adik Dewi Parwati ialah Sang Narayan menjadi raja di wilayah selatan pada tahun 617 Caka (720 Masehi) hingga 664 Caka (766 Masehi). Setelah Prabhu Narayan wafat, selanjutnya digantikan oleh puteranya ialah Sang Prabhu Dewa Singha namanya.
Namun kedua kerajaan itu ada di bawah kekuasaan Prabhu Sanjaya. Adapun negara di bagian tengah Pulau Jawa itu, terkenal namanya dengan sebutan kerajaan Medang di bumi Mataram. Untuk pertama kalinya nama Medang berasal pada masa Sanjaya memerintah di bagian tengah bumi Pulau Jawa. Pada waktu itu Sang Prabhu Dewa Singha memerintah wilayah selatan yang tunduk di bawah kekuasaan Sanjaya. Di situ Sanjaya menjadi raja selaku mahaprabhu, karena sekalian raja raja tetangga di Jawa Tengah dan Jawa Timur di bawah perintah Sanjaya.
Beberapa tahun yang telah lalu, raja-raja Jawa Barat dikalahkan oleh Sanjaya, bahkan beberapa kerajaan di Swarnabhumi dan Sanghyang Hujung dan kerajaan lainnya lagi ditundukkan oleh Sanjaya. Banyaklah keturunannya di Pulau Jawa menjadi raja, ada yang menjadi rakyan mahamentri, ada yang menjadi pranarajya, pembesar kerajaan, begitulah ada yang berdiam di Swarnabhumi, di Sanghyang Hujung, Yawana, negri Bharata; negeri Cina, melahirkan keturunan di sana ia banyaklah memperoleh kemenangan pada waktu berperang.
Angkatan bersenjatanya terdiri dari orang Sunda dan orang Jawa, yang dibawa olehnya sepanjang mereka setia dengan bersenjata lengkap menyerang musuh dengan berani. Tetapi buruknya Sanjaya bertabiat angkuh, gemar merebut kekuasaan raja yang lain, kemudian ditundukkan olehnya, tetapi raja yang setia tunduk kepadanya, lalu diangkat menjadi raja kembali.
Sanjaya disebut raja Pulau Jawa.
Demikianlah, setelah ia membunuh Prabhu Galuh Sang Purbasora di medan perang. Sejak waktu itu ia menjadi raja di kerajaan Galuh. Sementara itu, lalu negara Galuh bertambah besar termasuk Sunda dan Jawa wilayahnya.
Adapun Prabhu Sanjaya nenek-moyangnya berasal dari Sunda Keling, karena moyang dari ibunya dari Keling, ialah wangsa Kalingga, sedangkan moyang dari ayahnya dari Sunda¬ Galuh ialah wangsa Sunda. Pamannya, Prabhu Dewa Singha putera Sang Prabhu Narayana, menjadi raja wilayah selatan menggantikan ayahnya.
________________________________________
Permulaan berdiri kerajaan Mataram senantiasa rukun berdampingan dengan kerajaan Keling, (kemudian menjadi) terganggu, demikian yang menyebabkan persahabatan satu sama lain (jadi) saling bermusuhan yaitu Sang Prabhu Wirawairimathana, Raja Gandhara dari Sanghyang Hujung Mendini dan wangsanya yaitu wangsa Sailendra, wangsa ini selalu berkeinginan menguasai seluruh kerajaan yang ada di Nusantara dan Sanghyang Hujung Mendini Ia datang di Pulau Jawa dengan membawa angkatan bersenjata yang besar serta lengkap persenjataannya. Kedatangan mereka dengan naik beberapa perahu besar, kemudian berhenti di pinggir laut Jawa Tengah.
Orang banyak melihat kesatuan angkatan bersenjata, yang baru tahu gempar kebingungan, banyak yang melarikan diri dengan gemas hatinya. Tetapi angkatan bersenjata yang datang tidak mengganggu rakyat, kelihatan mereka ramah kepada orang biasa.
Kala 0638 – 0645 Caka (0741 – 0747 Masehi) = 7 tahun
Kerajaan Galuh 4
Nama Sang Purbasura, (usia 73 – 80 th), putra sulung Sempakwaja
Nama gelar Prabu Purbasura Jayasakti Mandraguna
Istri 1 putri Ki Balangantrang. Ia mangkat muda tanpa anak
Istri 2 Citrakirana, putri sulung Padmahariwangsa, prabu Indraprahasta 13, kakak Wiratara
Anak Wijayakusuma
Peristiwa Karena merasa lebih berhak menjadi Prabu Galuh, maka tahta kerajaan direbut dari Sena. Waktu merebut kekuasaan dari Sena, Purbasora dibantu oleh Indraprahasta
Gugur Purbasura gugur waktu Galuh diserang dan tahta kerajaan direbut oleh Sanjaya (Sunda) tahun 0645 Caka (0747 Masehi) , karena ayahnya diusir dan kerajaan direbut.
Kala 0645 Caka (0747 Masehi)
Perisriwa Sunda menyerang Galuh
Karena Rahiyang Sanjaya rencananya ingin memukul Sang Purbasura, disebabkan ayahnya ialah Sang Senna memberi batuan kesatuan bersenjata Medang Mataram lengkap dengan senjata dan segala alat perlengkapan. Maka kesatuan bersenjata itu menjadi sangat besar. Yang merupakan gabungan dari kerajaan Sunda dan kera¬jaan Medang Mataram dari Jawa Tengah, lengkap dan kuat dipimpin oleh Rahiyang Sanjaya. Selanjutnya Rahiyang Sanjaya dengan membawa angkatan bersenjata Sunda dan Medang Mataram, mereka ada yang mengenakan baju besi, ada yang menunggang kuda, ada yang menunggang gajah, ada yang naik pedati, ialah pasukan berpedati, kecuali yang mempersiapkan keretanya. Mereka semua memegang bermacam-macam senjata, lengkap dengan berjenis jenis alat perlengkapan perang.
Nobat dibunyikan, sebagai pengumuman, bahwa semua pasukan diperintahkan menyerang para prajurit Galuh di ibukota Galuh, yang diperintah oleh Prabhu Purbasura Jayasakti Mandraguna gelar penobatan¬nya. Selanjutnya angkatan bersenjata Rahiyang Sanjaya serempak menuju ibukota Galuh. Mereka menyerang bagaikan celeng jantan mendesak. Angkatan bersenjata Rahiyang Sanjaya menyerbu dengan tiba tiba pada waktu malam hari. Pada waktu itu angkatan bersenjata Galuh, semua¬nya sedang tidur. Oleh karena itu mereka terkejut, bahwa mu¬suh telah tiba di istana. Kemudian ada yang masuk istana, ada yang menyerbu tempat tinggal para menteri, para pejabat, panglima dan pasukan pengawal raja. Pecahlah pertempuran antara angkatan bersenjata yang dipimpin oleh Rahiyang Sanjaya dengan angkatan bersenjata Galuh Prabhu Purbasura bersama Panglima Surabhairawa dan Patih Balangantrang. Pada waktu itu, tampaklah mereka bertempur desak mendesak, bergumul, sa¬ling gocoh, kejar mengejar. Pasukan bersenjata Sunda melejit maju mendesak pasukan bersenjata Galuh, yang baru bangun tidur. Ibukota telah dikelilingi oleh pasukan bersenjata Medang Mataram dari sebelah timur dan selatan. Pasukan bersenjata Sunda dari sebelah barat dan utara.
Kesatuan bersenjata Galuh yang baru bangun tidur, mereka terkejut, bahkan banyak yang berpakaian tidur, tidak sempat melarikan diri. Ada yang memukul dengan gada, ada yang ber¬tempur, ada yang melawan, juga ada yang melarikan diri, bersembunyi, ada yang melarikan diri, tidak tentu yang dituju. Mereka mengalami kejadian yang tidak diduga¬-duga di Galuh, juga ada yang penuh keberanian. Pasukan bersenjata Galuh kacau-balau, di ibukota panik. Pada waktu itu diperlukan bantuan dan angkatan bersenjata Galuh telah banyak yang mati. Patih Anggada, ialah patih kerajaan Sunda, cucu Tarusbawa, usianya masih muda, tetapi cakap bertempur. Ia senantiasa menjaga dan menahan pasukan bersenjata Galuh yang melarikan diri. Juga men¬jaga pasukan bersenjata Galuh yang menyerbu dari belakang. Patih kerajaan Galuh, yaitu Patih Balangatrang tidak mampu melindungi Sang Prabhu Purbasura, karena musuh tiba dan menyerang tidak putus putusnya dan seperti air bah bunyinya, tampaklah istana telah menjadi medan pertempuran.
Patih Balangantrang melarikan diri, bersembunyi dan berkeliaran di dalam hutan bersama sejumlah hamba sahaya¬nya. Akhirnya Sang Purbasura berhasil dibunuh oleh Rahiyang Sanjaya pada waktu berkelahi. Angkatan bersenja¬ta kerajaan Galuh telah kalah dan banyak yang mati, yang tertangkap dan ada yang melarikan diri, bersembunyi. Sekaliannya terusir ketakutan dan ada yang luka luka. Angkatan bersenjata Sunda dan angkatan bersenjata Medang Mataram peroleh kemenangan perangnya.
Selanjutnya Rahiyang Sanjaya menjadi raja Galuh pada tahun Caka yang telah lampau, 645, bulan Caitra, tanggal 14 paro gelap (14k-6-0645 Caka =11 Feb.0748 Masehi).
Semenjak waktu itulah Rahiyang Sanjaya atau Maharaja Harisdharma menjadi raja Sunda dan Galuh.
Kala 0645 – 0654 Caka (0748 – 0756 Masehi) = 9 tahun
Penobatan tanggal: 14k Caitra (6) 0645 Caka (11 Feb 0748 Masehi) menjadi raja Galuh 5
Kerajaan Sunda (2) – Galuh (5), tanpa Saunggalah
Nama Rahiyang Sanjaya (usia 42 – 49 th)
Gelar Maharaja Harisdharma
Istri Sekar Kancana atau Teja Kancana, putri Sunda Sembada, Cucu Tarusbawa
. Menikah tahun 625 Caka
Anak Tamperan
Rahiyang Tamperan atau Raden Barmawijaya, lahir 626 Caka, usia 19-28 tahun
Istri 2 Dewi Sudhiwara, Teja Purnapana, cucu Sang Narayana
Anak Dyah Sangkara, Panangkaran, Panaraban
Catatan Senjak itu Rahiyang Sanjaya menjadi raja Sunda dan Galuh.
Setelah peristiwa itu, Rahiyang Sanjaya tinggal di ibu kota kerajaan Sunda. Sedangkan kerajaan Galuh dikuasakan kepada Prabu Permanadikusuma, cucu Prabhu Purbasura, sebagai raja taklukan kerajaan Sunda
Sang Patih Anggada sebagai duta patih atau wakil raja, ialah penguasa yang memberi perintah kepada ratu ratu taklukan, wakil pejabat kerajaan kepada ratu ratu wilayah
Kemudian wakil Rahiyang Sanjaya ialah puteranya sendiri dari isterinya, puteri Sunda, wakil penguasa itu ialah Raden Anom Barmawijaya atau Rahiyang Tamperan
Peristiwa 645 Caka, Sanjaya merebut Kerajaan Galuh. Prabhu Purbasura gugur
pada tanggal 04k Caitra (6) 645 Caka (27 Juli 0748 Masehi), Sabtu Manis/Wage, Sanjaya menjadi raja Galuh.
645 – 654 Caka, Sanjaya menjadi maharaja di Kerajaan Sunda dan Galuh
654 – 676 Caka, Sanjaya menjadi raja Medang di Bhumi Mataram di Jawa Tengah.
0645 – 0654 caka ( 0748 – 0756 Masehi) = 9 tahun, Rahiyang Tamperan jadi ratu wilayah Sunda
Kala 0591 – 0645 Caka (0695 – 0748 Masehi) = 54 tahun
Penobatan Ahad Pon/manis, 09s Yesta (8), 0591 Caka (31 Okt 0695 Masehi)
Kerajaan Sunda 1 (setelah Tarumanagara 12 diganti nama menjadi Sunda)
Nama Sang Tarusbawa
Gelar Sri Maharaja Tarusbawa Darmawaskita Manunggaljaya Sunda Sembawa
Istri Déwi Manasih atau Dewi Minawati; putri Linggawarman, cucu Nagayawarman
Dewi Manasih Rajaputri, Widari Mayang Kancana
Anak Rakeyan Sunda Sembawa. Ia Meninggal muda, meninggalkan istri dan putri bernama Sekar Kancana atau Teja Kancana, ialah cucu Tarusbawa, yang bersuami Sanjaya
Penjelasan Sang Tarusbawa adalah prabu kerajaan Sunda Sembawa, bawahan Tarumanagara. Sang Prabu beristri Déwi Manasih atau Dewi Minawati, putri prabu Linggawarman, raja Tarumanagara. Karena tak punya anak lelaki, maka setelah meninggal, kerajaan dilanjutkan oleh menantu ialah Tarusbawa.
Setelah Tarusbawa menjadi raja Tarumanagara ke 13, nama kerajaan Tarumanagara diganti dengan nama Kerajaan Sunda.
Dan pusat pemerintahan, disebut Pakuwan, dipindahkan ke pedalaman (di Bogor kini sekitar situs Batu-tulis), pada lemah-duwur ialah lahan datar di atas bukit yang diapit oleh sungai berlereng curam yaitu Cisadane, Ciliwung dan Cipaku (anak sungai Disadane). Sebagai berkah, di tengan-tengah mengalir Dipakancilan yang kebagian hulunya bernama Ciawi. Pakuwan terlindung oleh lereng terjal pada ketiga sisinya. Hanya di bagian tenggara kota yang tanahnya datar. karena inilah di bagian ini didirikan benteng (kuta) selebar 7 m serta tinggi 4 m, yang di bagianatasnya diperkuat dengan batu (balay). Pada tepi luar kuta berbentuk parit (susukan), ialah galian tanah yang dipakai untuk pembuatan kuta. Selain itu juga mendirikan keraton yang diberi nama Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati
Peristiwa Mula-mula kerajaan Galuh ada dalam lingkungan Tarumanagara. Setelah diganti nama menjadi Sunda, setahun kemudian Galuh memisahkan diri dengan menetapkan batas pemisah ialah sungai Citarum. Galuh mendapat dukungan dari kerajaan Kalingga.
Peristiwa itu pada hari Rabu Pon (Legi), 14 suklapaksa, Caitramasa (6), tahun 0592 Caka (26 Agustus 0696 Masehi)
Catatan 0591 – 0592 Caka (0695 – 0696 Masehi) = 1 tahun, Sunda & Galuh (ex Tarumanagara)
0592 – 0645 Caka (0695 – 0748 Masehi) = 53 tahun, Sunda tanpa Galuh
Kala 0645 – 0654 Caka (0748 – 0756 Masehi) = 9 tahun
Penobatan Jumat Manis/Wage, 04 suklapaksa, Caitra (6), 0645 Caka (12 Juli 0748 Masehi)
Kerajaan Sunda 2
Nama Rahyang Sanjaya atau Sang Jamri (usia 40 – 49 th), lahir 605 Caka
Nama gelar Maharaja Harisdharmma Bhimaparakrama Prabhu Maheswa¬ra Sarwwajitasatru Yuddhanipurnnajaya.
Istri Déwi Tejakencana atau Déwi Sekarkencana, putri Sunda Sembada, cucu Tarusbawa
Anak Tamperan (usia 21 – 30 th), lahir tahun 624 Caka.
Penjelasan Mengenai Sanjaya, selengkapnya dapat dibaca dalam Sejarah Galuh (Indungpoe 6, tahun 601 – 720 Caka, atau abad 8-9 Masehi, tahun 700 – 899 Masehi)
Sanjaya, lahir tahun 0605 Caka (0708 Masehi), putra Sena (Galuh) dan Sanaha (Kalingga)
Dalam tahun 0623, Sanjaya uang baru berusia 18 tahun pergi ke Pakuan Sunda. Ia diterima dan dikawinkan dengan cucunya, ialah putri Sunda Sembada yang bernama Déwi Tejakencana atau Déwi Sekarkencana.
Prabu Tarusbawa sering menugaskan Sanjaya untuk menumpas perompak dan bajak laut yang berkeliaran di laut. Maka Sanjaya benar-benar menjadi ahli perang. Seluruh perombak dan pembajak ditaklukkan. Kerajaan-kerajaan pantai yang dikuasai oleh perompak, ditundukkan atau dibunuh bagi yang membangkang. Lalu putri raja diperistri, agar anaknya kelak menjadi penerus kerajaan. Mungkin semua kerajaan pantai laut Jawa bagian utara telah tunduk kepada Sanjaya.
Setelah Prabu Tarusbawa meninggal, kerajaan dilanjutkan oleh Prabu Sanjaya. Sanjaya menaruh dendam kepada Prabu Purbasora, yang telah merebut dan mengusir Sang Sena dari tahta kerajaan Galuh. Tak lama setelah Sanjaya menjadi raja Sunda, Tamperan diangkat jadi mangkubumi Sunda, sedangkan Sanjaya dilakukan penyerbuan ke Galuh, untuk membunuh Purbasora. Peristiwa ini terjadi dalam tahun 0645. Di waktu tengah malam, sergapan ke istana Galuh dilakukan serentak, untuk tidak terjadi perang besar, karena tujuannya hanya membunuh Prabu Purbasora. Sergapan ini berhasil membunuh Prabu Purbasora dan terbunuh pula para perjaga istana dan penghuni istana lainnya yang menghalangi. Maka sejak itu, kerajaan Galuh direbut oleh Sanjaya, dan pada hari Sabtu Manis, tanggal 04 kresnapaksa, Caitra 0645 Caka (27 Juli 0748 Masehi), Sanjaya menjadi Raja Galuh.
Tapi beberapa kerajaan yang tadinya menjadi bawahan Galuh, memisahkan diri dan bergabung dalam kerajaan baru yang diberi nama kerajaan Saunggalah, dipimpin oleh Resi Demunawan, adik Prabu Purbasora.
Selanjutnya Sanjaya menyerbu kerajaan Indraprahasta, karena pada waktu mengusir Sena, Indraprahasta membantu Purbasora. Indraptahasta yang didirikan tahun 0285 Caka (0398), pada jaman Salakanagara, dirata-bumikan (dalam tahun 0645 Caka = 0748 Masehi) oleh Sanjaya.
Kemudian menyerbu Kuningan. Tapi pihak Kuningan sudah mempersipkan dengan bergabungnya tiga kerajaan, Sang Wulan, Sang Tumanggal dan SangPandawa Wiraga di dekat sungai Kuningan. Pasukan Sanjaya menderita kekalahan, lalu kembali ke Galuh.
Selanjutnya dalam tahun 0653 Caka (0775 Masehi) diadakan perundingan.
Sanjaya menemui Sempakwaja di Galunggung. Sanjaya minta agar ratu galuh dipegang oleh Demunawan, adik Purbasora. Tapi permintaan itu ditolak. Mungkin karena menaruh curiga. Sanjaya dalam menghadapi pihak Galunggung, mendapat tekanan dari Sena, Sang Ayah, agar Sanjaya tetap bersikap hormat kepada Sempakwaja dan Demunawan. Ahirnya diputuskan, Sanjaya mengakui hak Demunawan menjadi Prabu Saunggalah, terlepas dari kerajaan Sunda. Galuh tetap dibawah Sunda.
Selanjutnya diangkat Permanadikusuma, cucu Purbasora, menjadi raja Galuh, bawahan Sunda, serta dijodohkan dengan Pangrenyep, putra Patih Sunda, Anggada. Patih Anggada diangkat menjadi pimpinan angkatan bersenjata di Galuh.
Sanjaya melanjutkan menundukkan kerajaan-kerajaan di Jawa, Swarnabumi dan yang lainnya hingga ke batas negri Cina (ialah kerajaan Kmer).
Setelah Resiguru Sempakwaja meninggal, diadakan perundingan baru di Galuh dalam tahun 0653 Caka (0746 Masehi. Perundingan dihadiri oleh : Prabu Sanjaya, Prabu Demunawan, Sang Iswara, para pembesar kerajaan, para pemuka agama, duta Prabu Sena, para duta dari Swarnabumi.
Hasil perundingan menetapkan, bahwa pulau Jawa dibagi dalam 4 wilayah, yaitu
1 Kalingga Utara, diserahkan oleh orang tuanya kepada Sanjaya
2 Sunda dan Galuh diserahkan kepada Tamperan
3 Galunggung dan Saunggalah diserahkan kepada Demunawan
4 Daerah sebelah timur Paralor Progo dan Cilotiran diserahkan kepada Iswara.
Catatan 0645 – 0654 Caka, (0747 – 0756 Masehi) = 9 tahun, Sunda (2)
0645 – 0654 Caka, (0747 – 0756 Masehi) = 9 tahun, Sunda (2) & Galuh (5)
0654 – 0676 Caka, 22 tahun, raja Medang di bumi Mataram
Galuh 6 0645 – 0654 Caka (0747 – 0756 Masehi) = 9 tahun, Prabhu Permanadikusuma
Sunda 3 0645 – 0661 Caka (0747 – 0756 Masehi) = 16 tahun, Tamperan
* * *
Artikel terkait :
Kerajaan Salakanagara
Kerajaan Tarumanagara
Kerajaaan Indraprahasta
Kerajaan Kendan
Kerajaan Galuh
Kerajaan Sunda
Kerajaan Saunggalah
Kerajaan Sumedang Larang
Kerajaan Pajajaran
Ki Sunda di Tatar Sunda
Menapaki Perjalanan Sunda
Prasasti Batu Tulis Bogor
Perbedaan Batu Tulis, Petilasan & Makam
Kebon Raya Bogor
Musik – Ayun Ambing
Musik – Kacapi Suling
18 Jul
Kerajaan Sunda
Posted by Shangkala in HISTORY, ART & CULTURE NUSANTARA. Leave a Comment
Oleh : Ali Sastraamidjaja
KERAJAAN SUNDA
Tahun 0591 – 1404 Caka (0695 – 1484 Masehi) = 813 tahun Candra (789 tahun Surya);
Jumlah Prabu 35 orang
Kala 0591 – 0645 Caka (0695 – 0748 Masehi) = 54 tahun
Penobatan Ahad Pon/manis, 09s Yesta (8), 0591 Caka (31 Okt 0695 Masehi)
Kerajaan Sunda 1 (setelah Tarumanagara 12 diganti nama menjadi Sunda)
Nama Sang Tarusbawa
Gelar Sri Maharaja Tarusbawa Darmawaskita Manunggaljaya Sunda Sembawa
Istri Déwi Manasih atau Dewi Minawati; putri Linggawarman, cucu Nagayawarman
Dewi Manasih Rajaputri, Widari Mayang Kancana
Anak Rakeyan Sunda Sembawa. Ia Meninggal muda, meninggalkan istri dan putri bernama Sekar Kancana atau Teja Kancana, ialah cucu Tarusbawa, yang bersuami Sanjaya
Penjelasan Sang Tarusbawa adalah prabu kerajaan Sunda Sembawa, bawahan Tarumanagara. Sang Prabu beristri Déwi Manasih atau Dewi Minawati, putri prabu Linggawarman, raja Tarumanagara. Karena tak punya anak lelaki, maka setelah meninggal, kerajaan dilanjutkan oleh menantu ialah Tarusbawa.
Setelah Tarusbawa menjadi raja Tarumanagara ke 13, nama kerajaan Tarumanagara diganti dengan nama Kerajaan Sunda.
Dan pusat pemerintahan, disebut Pakuwan, dipindahkan ke pedalaman (di Bogor kini sekitar situs Batu-tulis), pada lemah-duwur ialah lahan datar di atas bukit yang diapit oleh sungai berlereng curam yaitu Cisadane, Ciliwung dan Cipaku (anak sungai Disadane). Sebagai berkah, di tengan-tengah mengalir Dipakancilan yang kebagian hulunya bernama Ciawi. Pakuwan terlindung oleh lereng terjal pada ketiga sisinya. Hanya di bagian tenggara kota yang tanahnya datar. karena inilah di bagian ini didirikan benteng (kuta) selebar 7 m serta tinggi 4 m, yang di bagianatasnya diperkuat dengan batu (balay). Pada tepi luar kuta berbentuk parit (susukan), ialah galian tanah yang dipakai untuk pembuatan kuta. Selain itu juga mendirikan keraton yang diberi nama Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati
Peristiwa Mula-mula kerajaan Galuh ada dalam lingkungan Tarumanagara. Setelah diganti nama menjadi Sunda, setahun kemudian Galuh memisahkan diri dengan menetapkan batas pemisah ialah sungai Citarum. Galuh mendapat dukungan dari kerajaan Kalingga.
Peristiwa itu pada hari Rabu Pon (Legi), 14 suklapaksa, Caitramasa (6), tahun 0592 Caka (26 Agustus 0696 Masehi)
Catatan 0591 – 0592 Caka (0695 – 0696 Masehi) = 1 tahun, Sunda & Galuh (ex Tarumanagara)
0592 – 0645 Caka (0695 – 0748 Masehi) = 53 tahun, Sunda tanpa Galuh
Kala 0645 – 0654 Caka (0748 – 0756 Masehi) = 9 tahun
Penobatan Jumat Manis/Wage, 04 suklapaksa, Caitra (6), 0645 Caka (12 Juli 0748 Masehi)
Kerajaan Sunda 2
Nama Rahyang Sanjaya atau Sang Jamri (usia 40 – 49 t), lahir 605 Caka
Nama gelar Maharaja Harisdarma Bimaparakrama Prabu Maheswa¬ra Sarwwajitasatru Yudanipurnnajaya.
Istri Déwi Tejakencana atau Déwi Sekarkencana, putri Sunda Sembada, cucu Tarusbawa
Anak Tamperan (usia 21 – 30 t), lahir tahun 624 Caka.
Penjelasan Mengenai Sanjaya, dapat dibaca juga dalam Sejarah Galuh (Indungpoe 6, tahun 601 – 720 Caka, atau abad 8-9 Masehi, tahun 700 – 899 Masehi)
Sanjaya, lahir tahun 0605 Caka (0708 Masehi), putra Sena (Galuh) dan Sanaha (Kalingga)
Dalam tahun 0623, Sanjaya yang berusia 18 tahun pergi ke Pakuan Sunda. Ia diterima dan dikawinkan dengan cucun Tarusbawa, ialah putri Sunda Sembada yang bernama Déwi Tejakencana atau Déwi Sekarkencana.
Menumpas bajak laut Prabu Tarusbawa sering menugaskan Sanjaya untuk menumpas perompak dan bajak laut yang berkeliaran di laut. Maka Sanjaya benar-benar menjadi ahli perang. Seluruh perombak dan pembajak ditaklukkan. Kerajaan-kerajaan pantai yang dikuasai oleh perompak, ditundukkan atau dibunuh bagi yang membangkang. Lalu putri raja diperistri, agar anaknya kelak menjadi penerus kerajaan. Mungkin semua kerajaan pantai laut Jawa bagian utara telah tunduk kepada Sanjaya.
Sanjaya jadi raja lalu menyerbu Galuh Setelah Prabu Tarusbawa meninggal, kerajaan dilanjutkan oleh Prabu Sanjaya. Sanjaya menaruh dendam kepada Prabu Purbasora, yang telah merebut dan mengusir Sang Sena dari tahta kerajaan Galuh. Tak lama setelah Sanjaya menjadi raja Sunda, Tamperan diangkat jadi mangkubumi Sunda, sedangkan Sanjaya melakukan penyerbuan ke Galuh, untuk membunuh Purbasora. Peristiwa ini terjadi dalam tahun 0645. Di waktu tengah malam, sergapan ke istana Galuh dilakukan serentak, untuk tidak terjadi perang besar, karena tujuannya hanya membunuh Prabu Purbasora. Sergapan ini berhasil membunuh Prabu Purbasora dan terbunuh pula para perjaga istana dan penghuni istana lainnya yang menghalangi. Maka sejak itu, kerajaan Galuh direbut oleh Sanjaya, dan pada hari Sabtu Manis, tanggal 04 kresnapaksa, Caitra 0645 Caka (27 Juli 0748 Masehi), Sanjaya menjadi Raja Galuh.
Saunggalah berdiri Tapi beberapa kerajaan yang tadinya menjadi bawahan Galuh, memisahkan diri dan bergabung dalam kerajaan baru yang diberi nama kerajaan Saunggalah, dipimpin oleh Resi Demunawan, adik Prabu Purbasora.
Indraprahasta hancur Selanjutnya Sanjaya menyerbu kerajaan Indraprahasta, karena pada waktu mengusir Sena, Indraprahasta membantu Purbasora. Indraptahasta yang didirikan tahun 0285 Caka (0398 M), pada jaman Salakanagara, oleh Sanjaya dirata-bumikan dalam tahun 0645 Caka (0747 Masehi)
di Kuningan kalah Kemudian menyerbu Kuningan. Tapi pihak Kuningan sudah mempersipkan dengan bergabungnya tiga kerajaan, Sang Wulan, Sang Tumanggal dan Sang Pandawa Wiraga di dekat sungai Kuningan. Pasukan Sanjaya menderita kekalahan, lalu kembali ke Galuh.
Perundingan Selanjutnya dalam tahun 0645 Caka (0748 Masehi) diadakan perundingan. Sanjaya menemui Sempakwaja di Galunggung. Sanjaya minta agar ratu Galuh dipegang oleh Demunawan, adik Purbasora. Tapi permintaan itu ditolak. Mungkin karena menaruh curiga. Sanjaya dalam menghadapi pihak Galunggung, mendapat tekanan dari Sena, Sang Ayah, agar Sanjaya tetap bersikap hormat kepada Sempakwaja dan Demunawan. Ahirnya diputuskan, Sanjaya mengakui hak Demunawan menjadi Prabu Saunggalah, terlepas dari kerajaan Sunda. Galuh tetap dibawah Sunda.
Galuh bawahan Sunda Selanjutnya diangkat Permanadikusuma, cucu Purbasora, menjadi raja Galuh, bawahan Sunda, serta dijodohkan dengan Pangrenyep, putra Patih Sunda, Anggada. Patih Anggada diangkat menjadi pimpinan angkatan bersenjata di Galuh.
Penundukkan Sanjaya melanjutkan menundukkan kerajaan-kerajaan di Jawa, Swarnabumi dan yang lainnya hingga ke batas negri Cina, ialah kerajaan Kmer.
Perundingan baru Setelah Resiguru Sempakwaja meninggal (0651 Caka = 753 M), diadakan perundingan baru di Galuh dalam tahun 0653 Caka (0746 Masehi). Perundingan dihadiri oleh : Prabu Sanjaya, Prabu Demunawan, Sang Iswara, para pembesar kerajaan, para pemuka agama, duta Prabu Sena, para duta dari Swarnabumi.
Keputusan Hasil perundingan menetapkan, bahwa pulau Jawa dibagi dalam 4 wilayah, yaitu
1 Medang di Mataram, diserahkan oleh orang tuanya kepada Sanjaya
2 Sunda dan Galuh diserahkan kepada Tamperan
3 Galunggung dan Saunggalah diserahkan kepada Demunawan
4 Daerah sebelah timur Paralor Progo dan Cilotiran diserahkan kepada Iswara.
Catatan 0645 – 0654 Caka, (0747 – 0756 Masehi) = 9 tahun, Sunda (2)
0645 – 0654 Caka, (0747 – 0756 Masehi) = 9 tahun, Sunda (2) & Galuh (5)
0654 – 0676 Caka, 22 tahun, raja Medang di bumi Mataram
Galuh 6 0645 – 0654 Caka (0747 – 0756 Masehi) = 9 tahun, Prabu Permanadikusuma
Sunda 3 0645 – 0661 Caka (0747 – 0756 Masehi) = 16 tahun, Tamperan
Kala 0645 – 0654 Caka (0748 – 0756 Masehi) = 9 tahun
Kerajaan Sunda 3
Nama Tamperan (usia 21 – 30 t)
Nama gelar Bramawijaya
Catatan Sang Sanjaya melakukan perang untuk menundukkan lawannya terutama perompak dan bajak laut di laut Jawa sampai laut Cina.
Kala 0654 Caka (0756 Masehi)
Peristiwa Maharaja Sanjaya menugaskan Tamperan mendampingi prabu Galuh.
Kedatangan Tamperan ke Galuh ternyata tak disukai oleh warga Galuh. Malah Prabu Permanadikusuma pun memilih bertapa. Istana ditinggalkannya. Di Istana antara Tamperan dan Pangrenyep sering berduaan, karena dijauhi oleh warga Galuh. Ahirnya melahirkan bayi yang diberi nama Banga. Untuk menutupi aib ini, Tamperan menyuruh membunuh resi Permanadikusuma di pertamaan. Setelah dibunuh, sipembunuh dibunuh oleh Tamperan. Lalu Tamperan menjadi Raja Galuh. Maka sejak itu ia menjadi raja Sunda (3) dan Galuh (7)
Kala 0654 – 0661 Caka (0756 – 0763 Masehi) = 7 tahun
Kerajaan Sunda 3 & Galuh 7
Nama Tamperan (usia 30 – 37 t)
Nama gelar Bramawijaya
Istri 1 Pangrenyep (usia 28 – 35 t)
Anak Banga (usia 0-6 t), lahir tahun 0655 Caka
Istri 2 Naganingrum (usia 34 – 41 t)
Anak tiri Manarah (Ciung Wanara), (usia 14 – 21 t). Ia sering tinggal di baonya, Balangantrang
Peristiwa Lama-kelamaan ketahuan juga bahwa Banga adalah anak Tamperan. Maka warga Galuh makin marah dan dendam, ingin membalas kejahatan pembunuhan Permanadikusuma.
Ciung Wanara dipersiapkan oleh Demunawan untuk menggantikan kerajaan Galuh. Ia dilatih dan diceritai kejadian-kejadian di Galuh. Setelah dianggap cukup waktunya, suatu saat, waktu diadakan pesta sabung ayam, suasana dijadikan kesempatan untuk menyergap kekuatan Sunda yang ada di Galuh. Semua tempat penting secara sembunyi telah dikepung. Pada saat puncak keramaian, penyergapan serentak dilakukan, ialah di istana, di pusat perayaan, dan tenpat-penting lainnya, sehingga dalam seketika, Prabu Tamperan dan Pangrenyep dapat ditangkap. Lalu dimasukkan ke dalam penjara besi.
Rakyan Banga yang waktu itu dianggap masih kecil, tidak diperhatikan. Mula-mula Rakyan Banga bersembunyi di hutan, lalu bertemu dengan orang-orang Sunda lainnya di hutan yang juga melarikan diri. Banga menyuruh orang-orang untuk membawa surat ke Kerajaan Sunda, dan ke Prabu Sanjaya untuk minta bantuan.
Demunawan telah memperhitungkan akan datangnya bantuan dari kerajaan Sunda dan Medang. Maka di perbatasan dipersiapkan tentara yang cukup kuat untuk menghadang bantuan itu. Ketika bantuan datang di perbatasan, tanpa diduga telah disergap oleh tentara Galuh. Datang lagi yang dari Medang. Juga disergap di perbatasan.
Sementara pertempuran berlangsung, secara diam-diam Rakeyan Banga melepaskan Tamperan dan Pangrenyep dari penjara besi. Lalu berusaha lari ke hutan. Peristiwa itu tak lama ketahuan oleh Rakyan Manarah. Dengan mengerahkan tentaranya Rakyan Manarah mengejar yang lari ke hutan. Karena kemalaman, maka hutan dihujani panah. Baru keesokan harinya pengejaran dilanjutkan. Tapi yang diburu telah meninggal terkena hujan panah.
Pertempuran di perbatasan makin seru. Tapi tanpa diduga, Sang Resiguru Demunawan langsung turun tangan menghentikan peperangan dengan bijaknya. Pertempuran berhenti. lalu disusul dengan diadakan perundingan
Catatan 0645 – 0654 Caka (0747 – 0756 Masehi) = 9 tahun, Sunda
0654 – 0661 Caka (0756 – 0763 Masehi) = 7 tahun, Sunda & Galuh
Meninggal Tamperan dan Pangrenyep meninggal terbunuh dalam pemburuan di hutan Galuh.
Kala 0661 Caka (0763 Masehi)
Perundingan Kesepakatan dalam perundingan itu ialah bahwa bekas wilayah Tamperan dibagi dua. Kerajaan Sunda diserahkan kepada Rakeyan Banga, Kerajaan Galuh diserahkan kepada Rakeyan Manarah. Selain itu untuk mempererat persaudaraan, Manarah dan Banga dikawinkan kepada putri bersaudara keturunan Demunawan. Kakaknya bernama Dewi Kencanawangi dijodohkan dengan Rakeyan Manarah, adiknya yang bernama Dewi Kencanasari dijodohkan (kawin gantung, karena masih kecil) dengan Rakeyan Banga.
Kala 0661 – 0688 Caka (0763 – 0789 Masehi) = 27 tahun
Kerajaan Sunda 4
Nama Sang Banga, Rakeyan Banga, Arya Banga, Raden Kama Rasa, lahir 655 Caka, usia 6-33 t
Nama gelar Sang Prabu Kretabuwana Yasawiguna Hajimulya
Istri Déwi Kencanasari, cicit Demunawan
Anak 1 Rakeyan Medang, dibesarkan di Medang, di pamannya, Prabu Panangkaran
2 Sengara, kelak menjadi Patih di Sunda
Mangkat Banga mangkat pada tahun 0715 Caka (0815 M), dalam usia 61 tahun
Keterangan Rakeyan Medang selama 8 tahun berguru di Kerajaan Medang, dan tinggal di sana. Kemudian tiga tahun beliau menjadi rajamuda di Kerajaan Medang. Pada waktu itu Kerajaan Medang diperintah oleh Rakai Panangkaran
Adapun Rakeyan Banga, sesudah ayahnya wafat, ia menjadi raja kecil, karena pada masa itu ada beberapa buah raja wilayah yang masing-masing memerintah wilayah di bumi Sunda, karena mereka keturunan Sang Maharaja Tarusbawa juga. Tetapi sesudah 20 tahun, seluruh raja wilayah dikalahkan oleh Rakeyan Banga. Ia lamanya 7 tahun menjadi raja besar d bumi Sunda.
Kelak, banyak raja atau puteri Sunda keturunan Sang Banga menikah dengan raja-raja atau puteri Galuh, keturunan Sang Manarah, juga keturunan raja-raja atau puteri dari Saunggalah. Pada akhirnya kerajaan yang beberapa buah banyaknya itu menjadi satu, demikian juga istananya, bolak-batik ada di timur yaitu di Galuh, kemudian di barat ada di Sunda, senantiasa demikian pada akhirnya sampai lenyapnya kerajaan Pajajaran di bumi Jawa Barat.
Pada masa Rakeyan Banga menjadi raja di Jawa Barat ada banyak kerajaan kecil, tetapi semuanya di bawah perintah tiga kerajaan besar, yaitu
kerajaan Sunda, kerajaan Saunggalah, dan kerajaan Galuh.
Lama selanjutnya hanya dua kerajaan, ialah kerajaan Sunda dan Galuh.
Pada akhirnya hanya satu kerajaan, ialah kerajaan Pakwan Pajajaran hingga berdirinya
kerajaan Islam Cirebon dan Banten.
Kala 0688 – 0705 Caka (0789 – 0805 Masehi) = 17 tahun
Kerajaan Sunda 5
Nama Rakeyan Medang, putra Sunda (4)
Nama gelar Prabu Hulu Kujang.
Istri -
Anak Déwi Samata, diperistri oleh putra Galuh (9), Rahiyang Hujung Kulwan, Prabu Giling Wesi, yang kelak menjadi raja Sunda 6
Peristiwa dalam tahun 0701 Caka Rahiyang Hujung Kulwan menumpas perompak dan perampok dengan dibunuh, dibakar dan abunya dibuang ke laut
Sedangkan Rakeyan Medang, Sang Hulu Kujang, mula-mula berkuasa menjadi raja kecil, ialah raja wilayah lamanya 10 tahun, kemudian menjadi raja besar lamanya 7 tahun
Kala 0705 – 0717 Caka (0806 – 0817 Masehi) = 12 tahun
Kerajaan Sunda 6
Nama Rahiyang Hujung Kulwan, putra Galuh (9), Sang Mani Sri (Lutung Kasarung)
Nama gelar Prabu Giling Wesi
Istri Déwi Samata, puteri raja Sunda (5), Prabu Hulu Kujang, atau Rakeyan Medang
Anak Déwi Arista diper¬isteri oleh Rakeyan Diwus, Sunda 7
Kala 0717 – 0741 Caka (0817 – 0841 Masehi) = 24 tahun
Kerajaan Sunda 7
Nama Rakeyan Diwus
Nama gelar Prabu Pucuk Bumi Darmeswara
Istri Déwi Arista, putri Sunda (6)
Anak Rakeyan Wuwus
Kala 0741 – 0774 Caka (0841 – 0873 Masehi) = 33 tahun
Kerajaan Sunda 8
Nama Rakeyan Wuwus
Nama gelar Prabu Gajah Kulwan.
Istri Déwi Kirana, putri Galuh 11, Welengan, adik Prabu Linggabuwana, Galuh 12
Anak 1 Batara Danghyang Guru Wisuda. Galuh 14
2 Déwi Sawitri, isteri Rakeyan Windusakti. Sunda 9
Peristiwa Prabu Lingga Bumi meninggal, tidak berputera. Adiknya bersuami Prabu Wuwus; oleh karena itu takhta kerajaan Galuh selanjutnya diperintah oleh Rakeyan Wuwus. Itulah sebabnya, semenjak tahun 0774 Caka (0873 Masehi) Rakeyan Wuwus atau Prabu Gajah Kulwan men-jadi Maharaja Sunda dan Galuh. Dalam tulisan ini diistilahkan kerajaan SUNDA-GALUH. Yang pertama pusatnya di bumi Sunda, hingga tahun 0813 Caka (0910 Masehi). Dengan demikian ia menjadi raja lamanya 72 tahun
Sejak peristiwa ini selanjutnya SUNDA-GALUH tetap ada hingga berdirinya Pajajaran.
Catatan 0741 – 0774 Caka (0841 – 0873 Masehi) = 33 tahun, Sunda 8
0774 – 0813 Caka (0873 – 0910 Masehi) = 39 tahun, SUNDA-GALUH – I -
Peristiwa Setelah Rakeyan Wuwus meninggal, tahta kerajaan SUNDA-GALUH direbut oleh adik iparnya, ialah Arya Kedaton, putera Sang Welengan.
Galuh 14 0774 – 0817 Caka, 43 tahun, Wisuda
Sunda 9 0774 – 0817 Caka, 43 tahun, Windusakti
Kala 0774 – 0817 Caka (0873 – 0914 Masehi) = 43 tahun
Kerajaan Sunda 9
Nama Rakeyan Windusakti.
Gelar Prabu Déwa Ageung Jayeng Buwana
Istri Déwi Sawitri, putri Wuwus, Sunda 8
Anak 1 Rakeyan Kemuning Gading, Prabu Pucuk Wesi
2 Rakeyan Jaya Giri
Catatan 0774 – 0817 Caka (0873 – 0914 Masehi) = 43 tahun, Sunda 9
0817 – 0838 Caka (0914 – 0935 Masehi) = 21 tahun, SUNDA-GALUH – III -
Kala 0817 – 0838 Caka (0914 – 0935 Masehi) = 21 tahun
Kerajaan Sunda 10
Nama Rakeyan Jaya Giri
Gelar Prabu Wanayaga Jayabuwana
Istri -
Anak Déwi Ambawati, bersuami Watuageng, Sunda 11
Peristiwa Kedudukan Kamuning Gading, Maharaja SUNDA-GALUH -IV- , direbut oleh adiknya, ialah Jayagiri dalan tahun 0838 Caka (0934 Masehi)
Dalam tahun 0842 Caka (0938 Masehi), Galuh memberontak, memerdekakan diri
Catatan 0817 – 0838 Caka (0932 – 0935 Masehi) = 21 tahun, Sunda 10
0838 – 0842 Caka (0934 – 0938 Masehi) = 4 tahun SUNDA-GALUH – V -
0842 – 0864 Caka (0938 – 0960 Masehi) = 22 tahun. Sunda tanpa Galuh
Meninggal Jayagiri dibunuh oleh Prabu Jayadrata, diganti oleh menantunya Rakeyan Watu Ageng
Kala 0838 – 0864 Caka (0934 – 0960 Masehi) = 26 tahun
Kerajaan Sunda 11
Nama Watuageng, Watwagheng, Rahiyang Watu Ageung
Gelar Prabu Resi Atmya Darmahariwangsa.
Istri Déwi Ambawati, puterinya Rakeyan Jaya Giri
Anak -
Catatan 0864 – 0876 Caka (0960 – 0971 Masehi) = 12 tahun
0838 – 0864 Caka (0934 – 0960 Masehi) = 26 tahun, Sunda 12
0864 – 0876 Caka (0960 – 0971 Masehi) = 12 tahun, SUNDA-GALUH – VI -
Meninggal Watuageng meninggal dibunuh oleh Rahiyang Limbur Kencana
Kala 0864 – 876 Caka (0960 – 0971 Masehi) = 12 tahun
Kerajaan Sunda 12
Nama Rakeyan Limbur Kancana, putera.Rakeyan Kemuning Gading, Galuh 15)
Gelar Prabu Jayacita, Sang mokteng (yang meninggal di) Galuh Pakwan
Istri -
Anak 1 Rakeyan Sunda Sembawa
2 Déwi Somya, bersuami Prabu Wulung Gadung, Sunda 14
Peristiwa Pada waktu Rakeyan Limbur Kencana bersama sekalian pengikutnya sedang berada di Galuh Pakwan sebagai tamu kerajaan Galuh, yaitu Prabru Harimurti, pada waktu itulah Rake¬yan Limbur Kencana meninggal, karena dipanah oleh anak buah Déwi Amba¬wati, istri Watuageng yang dibunuh oleh Rakeyan Limbur Kencana. Ia disuruh oleh Déwi Ambawati dan juga disuruh membunuh Rakeyan Sunda Sembawa, tetapi tidak berhasil. Bahkan, Déwi Ambawati bersama sekalian pengikutnya termasuk pembunuh itu, semuanya berhasil di tangkap oleh Rakeyan Sunda Sembawa. Mereka semua, dihukum bunuh. Prabu Limbur Kencana, disebut Sang mokteng (yang meninggal di) Galuh Pakwan.
Catatan 0864 – 876 Caka (0972 – 0981 Masehi) = 12 tahun, Sunda 12
0876 – 0886 Caka (0971 – 0981 Masehi) = 10 tahun, SUNDA-GALUH – VII -
Meninggal Limbur Kencana, yaitu dipanah oleh anak buah Déwi Amba¬wati, istri Watuageng
Kala 0876 – 0886 Caka (0972 – 0981 Masehi) = 10 tahun
Kerajaan Sunda 13
Nama Rakeyan Sunda Sembawa, Pra¬bu Medang Gana
Nama gelar Pra¬bu Munding Ganawirya Tapakmanggala Jayasatru,
Sang lumah ing (yang meninggal di) hutan.
Istri setelah anak-anaknya meninggal, sang isteri pun kemudian meninggal pula.
Anak putera-puteranya dua orang, sekaliannya meninggal pada waktu masih kecil,
Peristiwa Pada tahun 0876 Caka (0972 Masehi), Rakeyan Sunda Sembawa membantu ayahnya merebut kekuasaan dari Prabu Watu Ageung, SUNDA-GALUH – VI – .
Oleh karena itu Prabu Wulung Gadung membalas dengan membunuh Rahiyang Sunda Sembawa, putera Rahiyang Limbur Kencana, yang membunuh Prabu Resi Atmya Darmahariwang¬sa, yaitu paman dan juga guru Pra¬bu Wulung Gadung. Dengan demikian Rahiyang Sunda Sembawa disebut Sang lumah ing (yang meninggal di) hutan.
Karena tak punya turunan, dilanjutkan oleh suami adiknya, ialah Wulung Gadung
Catatan 0876 – 0886 Caka (0971 – 0981 Masehi) = 10 tahun, Sunda 13
0886 – 0895 Caka (0981 – 0990 Masehi) = 9 tahun, SUNDA-GALUH – VIII -
Meninggal Rahiyang Sunda Sembawa dibunuh oleh Prabu Wulung Gadung, membalas terbunuh-nya Prabu Resi Atmya Darmahariwang¬sa
Kala 0886 – 0895 Caka (0981 – 0990 Masehi) = 9 tahun
Kerajaan Sunda 14
Nama Rakeyan Wana¬ Giri
Gelar Prabu Wulung Gadung Jayawiryagopara, Sang lumah ing (yang meninggal di) Jayagiri
Istri Déwi Somya, adik Rahiyang Sunda Sembawa, puteri Rahiyang Limbur Kencana.
Anak Rakeyan Gendang
Peristiwa Prabu Wulung Gadung (Sunda 14), bermak¬sud merebut kekuasaan Rahiyang Sunda Sembawa, dengan membalas membunuh putera Rahiyang Limbur Kencana itu, karena ialah yang membunuh Prabu Resi Atmya Darmahariwang¬sa, paman dan guru Pra¬bu Wulung Gadung.
Catatan 0886 – 0895 Caka, 9 tahun, Sunda 14
0895 – 0911 Caka (0990 – 1005 Masehi) = 16 tahun, SUNDA-GALUH – IX -
Kala 0895 – 0911 Caka (0981 – 0990 Masehi) = 16 tahun
Kerajaan Sunda 15
Nama Rakeyan Gedang
Gelar Prabu Brajawisesa, Sang lumah ing (yang me¬ninggal di) Winduraja
Istri Ratna Mangundari
Anak 1 Prabu Déwa Sanghyang, atau Sang lumah ing patapan (yang meninggal dipertapaan)
2 Déwi Rukmawati, diperisteri oleh Prabu Galuh 19 Linggasakti Jayawiguna
Catatan 0895 – 0911 Caka (0981 – 0990 Masehi) = 16 tahun, Sunda 15
0911 – 0934 Caka (1005 – 1028 Masehi) = 23 tahun, SUNDA-GALUH – X -
Kala 0911 – 0934 Caka (1005 – 1028 Masehi) = 23 tahun
Kerajaan Sunda 16
Nama Prabu Déwa Sanghyang
Gelar Sang lumah ing patapan (yang meninggal dipertapaan)
Istri -
Anak Sanghyang Ageung
Peristiwa Setelah Prabu Galuh (19) Ling¬ga Sakti meninggal, kekuasaan raja Galuh direbut oleh kakak iparnya, yaitu Prabu Déwa Sanghyang. Sejak tahun 0934 Caka (1028 Masehi) Galuh termasuk di bawah kekuasa¬an kerajaan SUNDA-GALUH
Catatan 0911 – 0934 Caka (1005 – 1028 Masehi) = 23 tahun, Sunda 16
0934 – 0941 Caka (1028 - 1034 Masehi) = 7 tahun, SUNDA-GALUH – XI -
Kala 0934 – 0941 Caka (1028 - 1034 Masehi) = 7 tahun
Kerajaan Sunda 17
Nama Sanghyang Ageung
Gelar Prabu Dewa Sanghyang Ageung, Sang Mokteng / Lumah ing Situ Sanghyang
Istri 1 -
Anak Sri Jayabupati, dilahirkan tahun 0903 Caka (0998 Masehi)
Istri 2 -
Anak Déwi Wredyasih, bersuami raja Wurawari
Catatan 0934 – 0941 Caka (1028 - 1034 Masehi) = 7 tahun, Sunda
0941 – 0952 Caka (1034 – 1045 Masehi) = 11 tahun, SUNDA-GALUH – XII -
Mangkat 0952 di Situ Sanghyang, maka disebut Sang Mokteng/Lumah ing Situ Sanghyang
Kala 0941 – 0952 Caka (1034 – 1045 Masehi) = 11 tahun
Kerajaan Sunda 18
Nama Sri Jayabupati (usia 38 – 49 t), dilahirkan tahun 903 Caka ( 998 Masehi)
Gelar Sang Prabu Ditya Maharaja, Sri Pa¬duka Haji,
Sri Jayabupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Cakalabuwana Mandale¬ swaranindita Harogowardana Wikramotunggadéwa.
Istri 1 Déwi Wulansari, putri Jawa Timur, adik Déwi Laksmi, isteri Prabu Erlangga; kedua putri ini adalah pu¬teri Sri Darmawangsa Tguh Anantawikramotungga¬déwa
Anak 1 Prabu Darmaraja Jayamanahen Wisnumurti Cakalasundabuwana
2 Senapati Suryalaga.
3 Dewi Nirmala, diperisteri oleh seorang pembesar, senapati dari wilayah Pulau Bali.
4 Dewi Sugara, diperisteri oleh seseorang dari Jawa Timur.
Istri 2 Déwi Sudi swarim puteri Sri¬wijaya
Anak 1 Sang Wirakusuma, menteri maritim Sunda; Ia beristeri puteri Melayu, Déwi Mutya
2 Wikramajaya, senapati angkatan laut kerajaan Sunda.
Istri 3 Batari Pretiwi, puteri Galuh 20, puteri Resiguru Darmasatyadéwa
Anak Batara Hyang Purnawijaya
Catatan 1 0923 – 0941 Caka, Sri Jayabupati, mangkubumi, panglima besar angkatan bersenjata, panglima angkatan laut Sunda 17
0941 – 0952 Caka, 11 tahun, Sunda 18
0952 – 0964 Caka, 12 tahun, SUNDA-GALUH – XIII -
Catatan 2 adik isteri Sri Jayabupati, yaitu Déwi Wredyasih, diperisteri oleh raja Wurawari.
Perjalanan 943 Caka ( 1036 Masehi), Sri Jayabupati bertamu ke Bali
962 Caka ( 1055 Masehi) Sri Jayabupati dengan isterinya, ialah puteri Galuh, Batari Pretiwi dan beberapa pembesar serta ratu-ratu wilayah bersama para pengiringnya berangkat ke kerajaan Galuh. Di sana Sri Jayabupati menjadi tamu terhormat ratu Galuh, Sang Rani Déwi Sumbadra.
Kala 0952 – 0964 Caka (1045 – 1057 Masehi) = 12 tahun
Kerajaan Sunda 19
Nama Sang Darmaraja
Gelar Prabu Darmaraja Jayamanahen Wisnumurti Cakala Sundabuwana, juga dia disebut Sang Lumah ing (yang meninggal di) Winduraja
Istri Ratna Surastri namanya, puteri raja wila¬yah Galuh, Prabu Arya Tunggal Ningrat
Anak 1 Prabu Langlangbumi, lahir 960 C (1053 M), me¬ninggal 1077 C (1167 M), usia 117 t.
2 Mangkubumi Darma¬nagara
3 Panglima Wirayuda
Catatan 0952 – 0964 Caka (1045 – 1057 Masehi) = 12 tahun, Sunda 19
0964 – 0987 Caka (1057 – 1079 Masehi) = 23 tahun, SUNDA-GALUH – XIV -
Peristiwa ada pemberontakan, tapi dapat ditumpas
Kala 0964 – 0987 Caka (1057 – 1079 Masehi) = 23 tahun
Kerajaan Sunda 20
Nama Prabu Lang¬langbumi, lahir 960 C (1053 M), usia 4 – 27 tahun
Gelar Sang Lumah ing (yang meninggal di) Kreta.
Istri Déwi Puspawa¬ti
Anak 1 Rakeyan Jayagiri, atau Prabu Menak¬luhur
2 Sang Cakranagara, menjadi mangkubumi kerajaan Sunda
Peristiwa melakukan banyak perjalanan untuk menjalin persahabatan
Mangkat me¬ninggal 1077 C (1167 M), usia 117 t.
Catatan 0964 – 0987 Caka (1057 – 1079 Masehi) = 23 tahun, Sunda 20
0987 – 1077 Caka ( 1079 – 1166 Masehi) = 90 tahun, SUNDA-GALUH – XV -
Kala 0987 – 1062 Caka (1079 – 1152 Masehi) = 75 tahun
Kerajaan Sunda 21
Nama Mangku¬bumi Darmanagara, adik Prabu Langlangbumi
Kala 1062 – 1077 Caka ( 1152 – 1167 Masehi) = 15 tahun
Kerajaan Sunda 22
Nama Rake¬yan Jayagiri
Gelar Prabu Menakluhur
Istri Ratna Satya
Anak Ratna Wisesa, diperisteri oleh Pra¬bu Darmakusuma
Catatan 1024 – 1042 Caka ( 1132 – 1150 Masehi) = 18 tahun, putera mahkota
1042 – 1062 Caka ( 1132 – 1152 Masehi) = 20 tahun, Panglima Angkatan bersenjata
1062 – 1077 Caka ( 1152 – 1167 Masehi) = 15 tahun, Mangkubumi, menggantikan
pamannya, yaitu Mangku¬bumi Darmanagara, adik Prabu Langlangbumi
1077 – 1079 Caka (1167 – 1169 Masehi) = 2 tahun, SUNDA-GALUH – XVI -
mangkubumi adik Rake¬yan Jayagiri, ialah Cakranagara, menjadi panglima menggantikan kakaknya.
Mangkat Prabu Menakluhur dan Mangkubumi Cakranagara meninggal dalam tahun yang sama
Kala 1077 – 1079 Caka (1167 – 1169 Masehi) = 2 tahun
Kerajaan Sunda 23
Nama Darmakusuma
Istri Ratna Wisesa, putri sunda 21, Jayagiri / Menakluhur
Anak Prabu Darmasiksa
Catatan 1077 – 1079 Caka (1166 – 1169 Masehi) = 2 tahun, Sunda 23
1079 – 1097 Caka (1069 – 1186 Masehi) = 18 tahun, SUNDA-GALUH – XVI -
Kala 1079 – 1092 Caka (1169 – 1181 Masehi) = 13 tahun
Kerajaan Sunda 24
Nama Adimurti
Istri -
Anak putri bersuami Sunda 25, Bratamanggala, putra Galuh 26, Arya Santika di Saunggalah
Kala 1092 – 1115 Caka (1181 – 1203 Masehi) = 23 tahun
Kerajaan Sunda 25
Nama Bratamang¬gala
Istri -
Anak Déwi Mayangwangi, bersuami Sang Raja Purana, Sunda 26
Catatan Prabu Bratamanggala adalah putera Prabu Arya Santika, Galuh 26
Kala 1115 – 1179 Caka (1203 – 1265 Masehi) = 64 tahun
Kerajaan Sunda 26
Nama Sang Raja Purana
Istri Déwi Mayangwangi, putri Bratamanggala, Sunda 25
Anak 1 Déwi Antini namanya, diperisteri oleh Prabu Citraganda, Galuh 28
2 Prabu Resi Danghyang Wasita, putra mahkota Sunda 27
3 Prabu Windura¬ja namanya, menjadi ratu wilayah Sunda 28 menggantikan kakaknya
Kala 1179 – 1196 Caka (1261 – 1282 Masehi) = 17 tahun
Kerajaan Sunda 27
Nama Prabu Resi Danghyang Wasita, putra Saunggalah, Purana Sunda 26
Istri -
Anak -
Kala 1196 – 1209 Caka (1282 – 1295 Masehi). = 13 tahun
Kerajaan Sunda 28
Nama Prabu Windura¬ja, putra Saunggalah, Purana Sunda 26
Istri -
Anak Déwi Surastri, bersuami Suryanagara, Sunda 29
Kala 1209 – 1243 Caka (1395 – 1328 Masehi) = 34 tahun
Kerajaan Sunda 29
Nama Prabu Suryanagara
Istri Déwi Surastri, Déwi Sutirta, puteri Prabu Winduraja, Sunda 28
Anak Ganapati
Kala 1243 – 1254 Caka (1328 – 1338 Masehi) = 11 tahun
Kerajaan Sunda 30
Nama Prabu Ganapati
Istri -
Anak 1 Prabu Ragamulya
2 Déwi Kiranawati diper¬isteri oleh Prabu Arya Kulon, Sunda 31
Kala 1254 – 1272 Caka (1338 – 1356 Masehi) = 18 tahun
Kerajaan Sunda 31
Nama Prabu Arya Kulon
Istri Déwi Kiranasari, Dewi Kiranawati, putri Sunda 30
Anak 1 Déwi Laralisning, diperisteri oleh Prabu Maharaja Ling¬gabuwana
2 Prabu Palasa¬ra, menjadi ratu wilayah Sunda 32, mengganti¬kan ayahnya
3 Prabu Linggatunggal, ia menjadi ratu wilayah Sunda 33
Kala 1272 – 1279 Caka (1356 – 1362 Masehi) = 7 tahun
Kerajaan Sunda 32
Nama Palasara
Istri -
Anak tidak berputra
Kala 1279 – 1289 Caka (1362 – 1372 Masehi) = 10 tahun
Kerajaan Sunda 33
Nama Linggatunggal
Istri -
Anak -
Kala 1289 – 1304 Caka (1372 – 1387 Masehi) = 15 tahun
Kerajaan Sunda 35
Nama Prabu Su¬rendra, putra Saunggalah, Ragamulya
Gelar Prabu Surendra Buwanaloka
Istri Ratna Parwati, adik Ratna Sarkati, istri Niskalawastu Kanca¬na
Anak Baramuncila¬rang namanya, usia¬nya baru 7 tahun. Waktu Baramuncilarang berusia 17 tahun, diperisteri oleh Prabu Susuktunggal
Catatan Setelah Prabu Su¬rendra meninggal, ia digantikan oleh keponakannya, yaitu Sang Susuktunggal
Kala 1304 – 1404 Caka ( 1387 – 1484 Masehi) = 100 tahun
Kerajaan Sunda 36
Nama Haliwungan, lahir 1291 Caka ( 1374 Masehi); usia 13 – 113 tahun
Gelar Prabu Susuktung¬gal, Prabu Déwa Atmaka
Istri Dewi Baramuncila¬rang
Anak 1 Déwi Mayangsunda, yang di¬ peristeri oleh Sri Baduga Ratudéwata, raja Pa¬kwan Pajajaran, ia putera Prabu Déwaniskala
2 Dipati Kranda, menjadi bupati Sunda Kalapa, lamanya 30 tahun, ialah dari tahun 1404 Caka ( 1484 Masehi) hingga tahun 1434 Caka ( 1513 Masehi).
Istri -
Anak 1 Sang Wudubasu, menjadi ratu wilayah Tanjung
2 Sang Pulunggana, menjadi ratu wilayah Gunung Batu. Puteri Sang Pulunggana, yaitu Déwi Nilamsari, diper¬isteri oleh ratu wila¬yah Pagawok, ialah Adipati Yasanaga¬ra
Catatan Haliwungan, lahir pada tahun 1291 Caka ( 1374 Masehi);
Pada waktu Sang Haliwungan usianya 13 tahun, ia diangkat sebagai raja muda Sunda.
Pada waktu itu, tahun 1304 Caka ( 1387 Masehi), dengan nama penobatan Prabu Susuktung¬gal, tetapi Prabu Susuktunggal dalam memerintah kerajaan Sunda itu bersama ibunya dan ka¬keknya, yaitu Brahma¬na Susuklampung, kare¬na ayahnya ialah Prabu Wastu Kancana, berdiam di keraton Su¬rawisesa, di bumi Ga¬luh
Peristiwa Dalam tahun 1404 Caka, Dewaniskala memperistri istri larangan, ialah keturunan Majapahit. Saudaranya, ialah Susuktunggal sangat marah atas peristiwa itu, sehingga akan terjadi penyerangan. Tapi oleh para penasehat (barisan Kolot) dianjurkan agar sabar dan diselesaikan dengan cara bijak.
Kebijakan yang diusulkan ialah, karena putra Galuh 35, Dewata Prana beristri putri Sunda 35, maka kedua orang tua agar meletakkan jabatannya dan menyerahkannya tahta kerajaan kepada keturunannya, yang kebetulan suami istri. Usul ini diterima dengan baik oleh semua pihak. Maka kerajaan baru didirikan dengan nama Pajajaran. Ibukotanya disebut Pakuan Pajajaran, di keraton Sunda yang mulai didirikan oleh Prabu Tarusbawa dalam tahun 0591 Caka
Mangkat Ia meninggal pada usia 113 tahun.
***
Artikel terkait :
Kerajaan Salakanagara
Kerajaan Tarumanagara
Kerajaaan Indraprahasta
Kerajaan Kendan
Kerajaan Galuh
Wangsa Sanjaya
Kerajaan Saunggalah
Kerajaan Sumedang Larang
Kerajaan Pajajaran
Ki Sunda di Tatar Sunda
Menapaki Perjalanan Sunda
Prasasti Batu Tulis Bogor
Perbedaan Batu Tulis, Petilasan & Makam
Kebon Raya Bogor
Musik – Ayun Ambing
Musik – Kacapi Suling
18 Jul
Kerajaaan Galuh
Posted by Shangkala in HISTORY, ART & CULTURE NUSANTARA. Leave a Comment
Oleh : Ali Sastraamidjaja
KERAJAAN GALUH
Tahun 0534 – 1404 Caka (0640 – 1484 Masehi) = 870 tahun Candra (844 tahun Surya);
Jumlah Prabu 35 orang
Kala 0534 – 0624 Caka (0640- 0727 Masehi) = 90 tahun
Kerajaan Galuh 1
Nama Wretikandayun (nama masih kanak-kanak sang Amara), Raden Daniswara (dani = kerbau); ; lahir 0513 Caka (0619 Masehi), usia 21 – 111 tahun
Gelar Maharaja Suradarma Jayaprakosa
Istri nama kanak Manawati, Manakasih, putri Resi Makandria;
nama remaja Pwahaci Bungatak Mangale ngale, Pwahaci Manawati
nama gelar Permeswari Déwi Candrarasmi.
Anak 1 Sang Jatmika, Rahyang Sempakwaja, resiguru Galunggung, lahir 542 C (639 M)
2 Sang Jantaka, Rahyang Kidul, Rahyang Wanayasa, resiguru Denuh, lahir 544 C (641 M)
3 Sang Jalantara, Rahyang Mandiminyak, putra mahkota Galuh, lahir 546 C (643 M)
Peristiwa Pada tanggal 14 suklapaksa Caitra (6) 0534 Caka, (19 Mei 0640 Masehi), Galuh mulai didirikan oleh Wretikandayun, di dalam wilayah kerajaan Tarumanagara.
Dalam tahun 0591 Caka, Tarumanagara diganti namanya menjadi Kerajaan Sunda. Setahun kemudian, tepatnya mulai tanggal 5 paro gelap bulan Asadha tahun 592 Caka; (05k, 09, 0592 Caka = 28 Nopember 0696 Masehi, Selasa Pahing/Kaliwon), Galuh memisahkan diri dari Kerajaan Sunda dan memerdekakan diri
Catatan 0534 – 0591 Caka (0640 – 0695 Masehi) = 57 tahun, usia 21 – 78, bawahan Tarumanagara
0591 – 0592 Caka (0695 – 0696 Masehi) = 1 tahun, usia 78 – 79, Galuh bawahan Sunda
0592 – 0624 Caka (0696 – 0727 Masehi) = 32 tahun, usia 79 – 111, Galuh mandiri, merdeka
Mangkat Selaku rajaresi di Menir, mangkat dalam usia 111 tahun pada taun 0624 Caka (0727 Masehi); berarti dilahirkan tahun 0513 Caka (0619 Masehi)
Nama Sang Surawana, Surawulan
Istri Sri Naragati
Anak Resi Makandriya atau Rahiyang Kebo¬ Wulan
Nama Resi Makandriya atau Rahiyang Kebo¬ Wulan
Istri Déwi Akasari Jabung atau Pwahaci Manjangandara
Anak nama kanak Manawati, Manakasih
nama remaja Pwahaci Bungatak Mangale ngale, Pwahaci Manawati
nama gelar Permeswari Déwi Candrarasmi.
Kala 0542 – 0651 Caka (0647 – 0753 Masehi) ,
lahir 0542 C, usia 109 tahun, wafat 0651 C
Wilayah Galuh di Galunggung
Nama Sang Jatmika, Rahi¬yang Sempakwaja
Gelar Resiguru Galunggung, Batara Dangiang Guru
Istri Pwahaci Rababu, Déwi Wulansari
Anak 1 Rahiyang Purbasura, lahir 0565 Caka (0670 M)
2 Rahiyang Demunawan, Sang Seuweukarma, lahir 0568 C (0673 M).
Skandal Mandiminyak dengan Rababu, dalam tahun 0583 Caka (0687 Masehi) melahirkan anak yang diberi nama Sang Sena atau Sang Bratasenawa
Catatan Karena giginya patah (semplak), maka ia tidak jadi raja, meski anak sulung
Kala 0544 Caka (0641 Masehi)
Wilayah Galuh di Denuh
Nama Sang Jantaka, lahir 0544 Caka (0641 Masehi)
Gelar Resiguru Wanayasa, Resiguru di Denuh, disebut Rahiyang Kidul
Istri -
Anak Balangantrang
Kala 0624 – 0631 Caka ( 0727 – 0734 Masehi) = 7 tahun
Kerajaan Galuh 2
Nama Mandiminyak atau Sang Jalantara, lahir 0546 Caka (0643 Maehi), usia 78 – 85 tahun
Gelar Prabu Suraghana, disebut juga Prabu Suradharmaputra
Istri Dewi Parwati, Dewi Pragawati , putri Ratu Dewi Sima, kerajaan Kalingga
Dewi Parwati tetap di Kalingga karena menjabat ratu Kalingga
Anak 1 dari Rababu bernama Sena atau Batarasena (usia 41 – 48 tahun)
2 dari Parwati bernama Sanaha (usia 36 – 43 tahun)
Peristiwa Adik kakak lain ibu ini dikawinkan dalam tahun 604 Caka (0707 Masehi)
Sena 21 th, Sanaha 16 th. Pasangan ini beranak Sanjaya (19 – 26 tahun)
Kala 0631- 0638 Caka (0734- 0741 Masehi) = 7 tahun
Kerajaan Galuh 3
Nama Sena, (usia 48 – 55 th)
Nama gelar Prabu Bratasenawa
Istri Dewi Sanaha
Anak Sang Jamri, Sanjaya, lahir 0605 Caka (0708 Masehi). usia 26 – 33 th
Peristiwa 0638 Caka, tahta kerajaan direbut oleh Sang Purbasura, putera Sempakwaja dan Pwaha¬ci Rababu. Sena sekeluarga dan kerabatnya terusir dan pergi ke ibunya di Medang
Kala 0638 – 0645 Caka (0741 – 0747 Masehi) = 7 tahun
Kerajaan Galuh 4
Nama Sang Purbasura, lahir 0565 Caka (0670 Masehi), usia 73 – 80 th, putra sulung Sempakwaja
Nama gelar Prabu Purbasura Jayasakti Mandraguna
Istri 1 putri Ki Balangantrang. Sang istri meninggal muda tanpa anak
Istri 2 Citrakirana, putri sulung Padmahariwangsa, prabu Indraprahasta 13, kakak Wiratara
Anak Wijayakusuma
Peristiwa Karena Purbasura merasa lebih berhak menjadi Prabu Galuh, maka tahta kerajaan direbut dari Sena. Sang Purbasura mendapat bantuan bala tentara dan senjata dari Kerajaan Indraprahasta, juga bala tentara Sriwijaya dari Pulau Sumatra. Oleh karena itu Sang Sena bersama pelayannya, keluarganya, dan beberapa raja wilayah dengan bala tentaranya mengungsi ke Jawa Tengah di Medang Mataram bersama istrinya Dewi Sannaha
Gugur tahun 0645 Caka (0747 Masehi) , Purbasura gugur waktu Galuh diserang dan tahta kerajaan direbut oleh Sanjaya (Sunda) karena ayahnya diusir dan kerajaan direbut.
Kala 0645 Caka (0747 Masehi)
Perisriwa Sunda menyerang Galuh
Setelah Prabu Tarusbawa wafat, diganti oleh Sanjaya menjadi raja Sunda. Sanjaya menaruh dendam kepada Purbasora, karena dulu telah merebut tahta Galuh dan mengusir Sena, ayahnya Sanjaya. Dendam ini diwujudkan dengan merencanakan perebut Galuh kembali dengan membunuh Purbasora.
Mla-mula Sanjaya pergi ke Denuh (sekarang di Tasikmalaya selatan) untuk menemui Rajaresi Wanayasa Rahyang Kidul. Maksudnya ialah agar Wanayasa bersedia membantu menggulingkan Purbasora dan diganti oleh Bimaraksa atau Balangantrang, putra sulung Resiguru Wanayasa. Tapi ia menolak. Ia memilih bersikap netral. Lalu Sanjaya berangkat ke Rabuyut Sawal dengan maksud yang sama.Setelah mendapat ijin, maka gunung Sawal dijadikan markas tentara untuk menyerang Galuh. Dengan angkatan bersenjata yang terlatih, maka pada tengah malam, angkatan bersenjata Sanjaya berhasil masuk ke keraton Galuh dan membunuh Prabu Purbasora. Dalam penyerbuan itu seluruh penghuni keraton gugur. Balangantrang yang juga menyaksikan kejadian ini dibiarkan lolos. Ia kemudian bermukim di Geger Sunten.
Kelak dari tempat ini menjadi bencana yang menimpa keluarga Sanjaya.
Selanjutnya Rahiyang Sanjaya menjadi raja Galuh pada tahun 0645 Caka, bulan Caitra, tanggal 14 paro gelap (14k-06-0645 Caka = 11 Feb.0748 Masehi).
Semenjak waktu itulah Rahiyang Sanjaya atau Maharaja Harisdharma menjadi raja Sunda dan Galuh.
Kala 0645 – 0654 Caka (0748 – 0756 Masehi) = 9 tahun
Penobatan tanggal: 14k Caitra (6) 0645 Caka (11 Feb 0748 Masehi) menjadi raja Galuh 5
Kerajaan Sunda (2) – Galuh (5), tanpa Saunggalah
Nama Rahiyang Sanjaya (usia 42 – 49 th)
Gelar Maharaja Harisdharma
Istri Sekar Kancana atau Teja Kancana, putri Sunda Sembada, Cucu Tarusbawa
Gelar istri Dewi Tejakencana Hayupurnawangi
Anak Tamperan
Catatan Sejak itu Rahiyang Sanjaya menjadi raja Sunda dan Galuh.
Setelah peristiwa itu, Rahiyang Sanjaya tinggal di ibu kota kerajaan Sunda. Sedangkan kerajaan Galuh dikuasakan kepada Prabu Permanadikusuma, cucu Prabu Purbasura, sebagai raja bawahan kerajaan Sunda
Sang Patih Anggada sebagai duta patih atau wakil raja, ialah penguasa yang memberi perintah kepada ratu ratu taklukan, wakil pejabat kerajaan kepada ratu ratu wilayah
Kemudian wakil Rahiyang Sanjaya ialah puteranya sendiri dari isterinya, puteri Sunda, wakil penguasa itu ialah Raden Anom Barmawijaya atau Rahiyang Tamperan
654 Caka (756 Masehi), kekuasaan Sanjaya di Jawa Barat dibaginya dua kawasan, antaranya sebagian kepada uwanya ialah wilayah Saunggalah, sebagian lagi diberikan kepada puteranya, Rakeyan Tamperan, yang memerintah Sunda dan Galuh wilayahnya
———————————————————————————————————-
———————————————————————————————————
Kala 0645 – 0654 Caka (0747 – 0756 Masehi) = 9 tahun
Kerajaan Galuh 6
Nama Permanadikusuma, cucu Prabu Purbasora
Nama gelar Ki Hajar Sukaresi, Resi Sajalajalasakti
Istri 1 Déwi Naganingrum atau Déwi Manduwangi
Anak Ciyung Wanara, Sang Mana¬rah atau Raden Surottama
Istri 2 Déwi Pangrenyep
Catatan Mula-mula Sang Patih Anggada (ayah Dewi Pangrenyep) sebagai duta patih atau wakil raja, utusan kerajaan Sunda.
Kemudian Tamperan diangkat jadi Panglima Angkatan Bersenjata Sunda di Galuh
Peristiwa Permanadikusuma sedang bertapa di pertapaan. Masarakat Galuh tak suka dikuasai oleh Sunda. Maka orang-orang Sunda di Galuh dijauhi; juga Tamperan dan Pangrenyep.
Skandal Karena dijauhi oleh orang-orang Galuh, Tamperan dan Pangrenyep sering berduaan di istana. Lama-kelamaan hubungan menjadi mesra dan ahirnya melahirkan anak yang diberi nama Banga
Mangkat Untuk menutupi kelahiran Banga, Permanadikusuma, di petapaan, dibunuh oleh suruhan Tamperan, lalu si pembunuh dibunuh oleh Tamperan, untuk mangambil muka. Tapi lama-kelamaan terbongkar juga kecurangan Tamperan itu.
Kala 0654 – 0661 Caka (0756 – 0763 Masehi) = 7 tahun
Kerajaan Galuh 7 & Sunda 3
Nama Tamperan
Gelar Raden Barmawijaya, Sang mokteng rana (yang me¬ninggal di medan perang)
Istri 1 Déwi Pangrenyep
Anak Raden Kamarasa atau Rahiyang Banga
Istri 2 Déwi Naganingrum
Anak tiri Sang Manarah, putra Permanadikusuma, senantiasa tinggal di rumah moyangnya, yaitu Ki Balangantrang di dukuh Geger Sunten, yang dahulu menjadi patih Galuh. Sang Manarah diceritai kejadian di Galuh. Selanjutnya diajari keprajuritan dan keperwiraan. Ahirnya sang Manarah merebut takhta kerajaan Galuh.
Catatan 0645 – 0654 Caka (0747 – 0756 Masehi) = 9 tahun, Sunda 3
0654 – 0661 Caka (0756 – 0763 Masehi) = 7 tahun, Sunda 3 & Galuh 7
Mangkat Tamperan dan Déwi Pangrenyep lari dan bersembunyi di hutan. Pengejaran oleh pasukan Manarah dihentikan karena hari mulai malam. Tapi sebelum pulang, pasukan Manarah menghujani hutang dengan panah. Esok harinya pengejaran dilanjutkan, di hutan ditemukan mayat Tamperan dan Dewi Pangrenyep penuh dengan anak panah.
Setelah melalui perundingan, dalam tahun 661 Caka (763 Masehi) bekas wilayahnya dibuat dua kerajaan lagi, yaitu Sunda dan Galuh, batasnya Tarumanadi atau Citarum
Kala 0661 Caka (0763 Masehi)
Peristiwa Perebutan kekuasaan Galuh dari Tamperan oleh Sang Manarah
Sang Manarah meminta bantuan dan perlin¬dungan dari moyangnya Ki Balangantrang. Ia melindunginya dan diberi bantuan angkatan bersenjata yang lengkap senjatanya. Angkatan bersenjata itu pada waktu yang lampau adalah angkatan bersenjata Galuh, anak buah Prabu Purbasura, mereka melarikan diri dan bersembunyi di dalam hutan dan ada juga yang melarikan diri ke kerajaan Sunda. Demikian juga Sang Wulan, Sang Tumang¬gal dan Sang Pandawa dari Kuningan bermaksud memberi perlindungan dan bantuan kesatuan bersenjata yang besar. Mereka berharap akan menyerang Sang Tamper¬an dan angkatan bersenjata Sanjaya, yang datang dari Jawa Tengah. Selanjutnya ikut menjaga kerajaan Galuh.
Pada masa Sang Raja¬ muda Raden Kamarasa atau Rahiyang Banga mengadakan sabungan ayam di tegalan, banyak orang hadir dari tempat lain. Demikian juga, ayam Sang Manarah minta disuruh bersabung. Di la¬pangan istana tampak ramai oleh warga masyarakat dari tempat tempat lain, anggota angkatan bersenjata, pejabat istana, war¬ga masyarakat, laki perempuan dari golongan rendah, menengah dan tinggi ada di situ. Terlihat ayam Sang Banga senantiasa menang dalam perkelahiannya. Sang Tamperan dengan isterinya ada di istana. Semua tempat tinggal anggota angkatan bersenjata, istana dan balairung, tempat pertarungan ayam telah dikelilingi oleh angkatan bersenjata Patih Balangantrang dengan Sang Manarah. Bahkan ibukota, rumah para menteri, para pejabat dan perwira pasukan, semua telah dijaga dan dikelilingi oleh angkatan bersenjata Sang Manarah dengan cara diam diam, bersembunyi tak terlihat.
Tiba tiba istana Galuh telah dikepung, kemudian angkatan bersenjata Sang Manarah, yang dipimpin oleh Patih Balangan¬trang menyerbu serempak datang langsung menyerang istana Galuh. Angkatan bersenjata Sang Manarah ada di balairung, lalu menyergap angkatan bersenjata yang menjaga Sang Banga, yang ada di tempat penyabungan ayam. Banyak anggota angkatan bersenjata Sang Banga mati, disebabkan mereka dibunuh dari belakang. Maka pecahlah pertempuran. Di istana tampak bergu¬mul di antara anggota angkatan bersenjata dari Sunda, Galuh dan angkatan bersenjata dari Medang dipimpin oleh Prabu Tamperan dengan angkatan bersenjata Geger Sunten, Kuningan, Saunggalah dan angkatan bersenjata dari sejumlah ratu wilayah, yang memberi bantuan kepada Sang Manarah dan yang semuanya dipimpin oleh Patih Balangantrang, Sang Wulan, Sang Tumanggal dan Sang Manarah. Pada waktu itu istana Galuh Pakwan menjadi medan pertarungan, riuh dan ramai. Akhirnya angkatan bersenjata Sang Tamperan kalah dan ditundukkan semuanya pada waktu per¬tempuran itu serta banyak yang mati. Anggota angkatan bersenjata sisa yang mati ditawan gementar ketakutan dan banyak yang luka luka. Prabu Tamperan beserta Déwi Pangrenyep ditawan di penjara besi. Pada waktu pertempuran ber¬kecamuk, Sang Banga dengan sejumlah perwira pasukan, menteri dan sejumlah hamba sahayanya meryingkir, berbondong bondong masuk ke dalam hutan.
Kemudian Sang Banga memerintahkan Panglima Wiraloka beserta 3 orang hamba sahayanya menjadi duta kerajaan Galuh berangkat ke kerajaan Medang di Jawa Tengah dengan maksud untuk memberi tahu perihal berbagai kejadian di istana Galuh dengan membawa surat kepada Rahiyang Sanjaya dari cucunya ialah Sang Banga. Sedangkan menteri Sunda, Sang Nandaka diperintahkan untuk memberi tahu kepada Patih Amangkubumi Anggada di istana kera¬jaan Sunda, serta membawa surat dari Sang Banga yaitu piutnya (sang cucu) dengan tujuan agar dikirim angkatan bersenjata Sunda yang besar untuk menyerang ang¬katan bersenjata Galuh, yang dipimpin oleh Sang Manarah bersama Patih Balangantrang. Selanjutnya di malam hari dengan diam diam Sang Banga bersama beberapa orang hamba sahayanya melarikan diri bersembunyi tiba di penjara besi, lalu ia membebaskan ayah dan ibunya keluar dari penjara besi. Sedang-kan anggota kesatuan bersenjata penjaga penjara besi, dua orang telah dibunuh dengan dibokong, tidak ribut.
Sang Manarah kemudian mengetahui, bahwa Sang Tamperan bermaksud melarikan diri, maka terjadilah perkelahian pada waktu itu. Tampaklah dekat penjara besi Sang Manarah berperang tanding dengan Sang Tamperan. Sang Manarah hampir kalah, karena ia jatuh bangun. Sang Manarah bermaksud mengikuti Sang Prabu Tamperan, yang melarikan diri dengan isterinya beserta patih¬nya. Tetapi Sang Banga kemudian menyerang, mengakibatkan keduanya bertempur dan bertanding dengan senjata. Yang melarikan diri dikejar oleh kesatuan bersenjata Sang Manarah, kemudian dipanah. Akhirnya Prabu Tamperan tewas dipanah, demikian juga isterinya, Déwi Pangrenyep serta patih pengawal sang prabu semuanya tewas kena panah. Sedangkan Sang Banga akhirnya tertawan bersama hamba sahayanya. Pada waktu itu Sang Manarah marah hatinya disebabkan peristiwa itu. Kemudian Sang Banga di¬ tampar mukanya oleh Sang Manarah.
Selanjutnya sebelum mencapai tujuannya, menteri kerajaan ialah Sang Nanda beserta para pengikutnya beberapa orang menuju Galuh, pada waktu angkatan bersenjata Sunda datang di hutan yang menjadi batas negara Galuh dan Sunda. Mereka semuanya telah dikelilingi, kemudian tertangkap oleh Sang Tumanggal dan kesatuan bersenjata Sang Wulan yang menjaga batas wilayah Galuh sebelah barat semuanya tawanan dibawa ke istana Galuh.
Setelah Rahiyang Sanjaya membaca surat dari cucunya itu, ialah Sang Banga, hatinya sangat marah. Kemudian angkatan bersenjata Medang Mataram yang sangat besar datang langsung ke kerajaan Galuh untuk berperang. Angkatan bersenjata yang sangat besar perlengkapannya dijadikan 4 pasukan besar, masing masing diberi nama, yaitu Tomarasakti dipimpin oleh Rahiyang Sanjaya Pasukan besar yang bernama Samberjiwa dipimpin oleh sang putera mahkota, ialah Rakai Panangkaran Pasukan besar ketiga bernama Bairawamamuk dipimpin oleh Panglima Jagatbairawa. Pasukan besar yang keempat, bernama Batarakroda dipimpin oleh Panglima Langlangsebrang. Pasukan besar itu, jika menyerbu menjadi satu, seperti masa yang lampau, ketika Rahi-yang Sanjaya menyerang kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa dan ne-gara negara seberang, semua kalah oleh angkatan bersenjata ini.
Selanjutnya segera Rahiyang Sanjaya menyerbu ibukota Galuh Pakwan dengan memba¬wa angkatan bersenjata leng¬kap. Pasukan besar pertama Tomarasakti namanya dipimpin oleh Rahiyang Sanjaya jumlah selu-ruhnya beberapa orang maju seperti celeng jantan berlari menyerbu musuh, tetapi setibanya di perbatasan daerah Galuh, kesatuan bersenjata Sang Tumanggal, Sang Wulan, Sang Pandawa, Sang Manarah dan sekalian kesatuan bersenjata ratu wilayah di bumi Galuh yang besar jumlah seluruhnya menyongsong kedatangan angkatan bersenjata perta-ma, yang dipimpin oleh Rahiyang Sanjaya. Angkatan bersenjata Galuh yang sangat besar serempak menyerbu dan menyerang angkatan bersenjata Sanjaya, yang baru tiba. Pada waktu itu terjadilah pertempuran, akhirnya perang berkecamuk, kejar mengejar, pukul memukul. Pada waktu angkatan bersenjata yang dipimpin oleh Rahiyang Sanjaya hampir kalah, namun kebetulan tibalah kesatuan bersenjata Medang Mataram yang besar lengkap persenjataannya. yang dipimpin oleh putera mahkota Sang Panangka¬ran, berhasrat menyerang angkatan bersenjata Galuh yang telah dikelilingi oleh angkatan bersenjata, pasukan besar kedua, yang bernama Samberjiwa. Pasukan bersenjata Sang Panangkaran yang besar itu banyaknya enam kali lebih banyak dari seluruh angkatan bersenjata Galuh. Pada waktu itu angkatan bersenjata Galuh, Sunda, Kuningan dan angkatan bersenjata ratu ratu banyak yang luka dan banyak yang takut melihat angkatan bersenjata Medang kedua, yang disebut Samberjiwa, banyaknya tidak terhitung. Sungguh sungguh angkatan bersenjata Medang yang besar itu selalu menang dalam berperang, karena terlatih. Sudah menundukkan kerajaan kerajaan di bumi Pulau Jawa dan kerajaan kerajaan yang ada di tanah seberang sana.
Sementara pasukan bersenjata Sang Panangkaran tiba dan berhasrat untuk menyerbu, pada waktu itu datanglah Sang Resiguru Demunawan dengan beberapa orang dari golongan resi dan golongan pendeta. Sang Resiguru Demunawan bersama para pengikutnya datang untuk menghentikan semua orang yang sedang berperang. Dengan kepandaian yang sangat tinggi dan sangat mulia Sang Resiguru Demunawan melerai yang sedang bertempur di medan perang de¬ngan hasil yang memuaskan. Pada waktu itu Resiguru Demunawan, seorang tua, yang usianya 93 tahun Caka. Dengan demikian, angkatan bersenjata dari Medang yang sangat besar yang kedua tiba, dipimpin oleh Sang Panangkaran berhenti tidak terus menyerbu angkatan bersenjata Galuh. Demikian juga, pasukan besar Medang yang ketiga, bernama Bairawamamuk, tiba dari utara, jumlah seluruhnya sangat banyak dipimpin oleh Panglima Jagatbairawa, berhenti tidak meneruskan menyerbu. Demikian juga pasukan besar Medang yang keempat, bernama Batarakroda, dipimpin oleh Panglima Langlangsebrang namanya. Pasukan bersenjata yang sangat mahir berperang, datang dari selatan berhenti, tidak mene¬ruskan menyerang.
Lalu semuanya, berbagai golongan orang orang terkemuka, para menteri kerajaan, raja, panglima pasukan, putera mahkota, pejabat ke¬rajaan, sang tumenggung, sang juru, sang ganan, patih raja, ratu-ratu wilayah, wakil mangkubumi, golongan resi, golongan pendeta, sang pameget, sang dipati, wedana, sang arya, sang manguri (pejabat istana) dan sejumlah yang lain lagi. Semuanya berkumpul dan bermusyawarah di dalam istana Galuh dan dipimpin oleh Sang Resiguru Demunawan atau Sang Seuweukarma.
Kala 0661 Caka (0763 Masehi)
15s Palguna (5) 0661 Caka (08 Juli 0763 Masehi)
Tempat di istana Galuh
Damai Akhirnya hasil musyawarah itu, di antaranya, ialah :
1 Pertama, mangakhiri permusuhan di antara mereka yang berperang dan saling memaafkan,mengadakan perjanjian persahabatan, berbimbingan tangan, saling tolong menolong dan saling beri bantuan.
2 Kedua, janganlah mengadakan pembalasan di antara mereka, disebabkan mereka itu adalah berasal dari nenek moyang yang sama. Mereka adalah satu keluarga dan permusuhan di antara satu ke¬luarga haruslah dihentikan. Semua anggota angkatan bersenjata yang ditawan supaya dibebaskan.
3 Ketiga, apabila terjadi pertentangan di antara mereka, supaya diakhiri dengan perdamaian melalui perundingan. Serta diharapkan persaudaraan dan hubungan kekerabatan, kaum keluarga, janganlah putus, harus silih asih, janganlah membinaCakan atau menundukkan negeri yang lain, di antara mereka masing masing. Diharapkan saling menyayangi.
4 Keempat, tatacara pemberi kuasa atau penguasa, yaitu negeri Sunda, batasnya ialah dari sungai Citarum ke barat, yang diangkat menjadi raja yang berkuasa adalah Raden Kamarasa atau Rahiyang Banga, atau cucu Rahiyang Sanjaya, atau putera Rahiyang Tamperan. la menjadi raja Sunda dengan gelar penobatan Prabu Kretabuwana Yasawiguna Hajimulya.
5 Kelima, selanjutnya negeri Galuh, atau kerajaan Galuh Pakwan, dari sungai Citarum ke timur, yang menjadi raja yang berkuasa ialah Raden Surottama, atau Rahiyang Manarah, dengan gelar penobatan Prabu Jayaprakosa Mandhaleswara Cakalabuwana.
6 Keenam, sedangkan Resiguru Demunawan menjadi Prabu Resiguru Saunggalah di bumi Galuh atau Saunggalah dijadikan daerah bebas dari pajak, yaitu wilayah agama dijadikan wilayah merdeka. Dan Rahiyang Sanjaya telah menjadi raja Medang di bumi Mataram, yang ada di Jawa Tengah.
7 Ketujuh, sekalian perdagangan dan yang menangkap ikan diizinkan secara terbuka. Penjagaan pantai laut oleh angkatan bersenjata masing masing dan menjadi batas wilayah kerajaan, mulai di tepi laut sebelah utara sampai tepi laut sebelah selatan dijaga bersama sama.
8 Kedelapan, kemudian tempat ibadat atau kuil dan tempat penyembahan harus bersama sama dihormati dan segala benda benda yang diperlukan segala golongan tertentu atau rakyat kebanyakan. Janganlah ditindas di dalam melaksanakan pemujaan berbagai agamanya, yaitu kuil, biara, pertapaan dan yang lainnya lagi harus diberi kebebasan dan mendapat bantuan, uang, harta benda dan yang lain lain
9 Kesembilan, adat kebiasaan dari warga masyarakat pri¬bumi dilindungi bersama sama, untuk keperluan bagi tujuan ilmu pengetahuan, yang lainnya harus diberi bantuan kesatuan bersenjata dengan perlengkapannya.
10 Kesepuluh, mengenai wilayah atau tempat tinggal Resiguru Demun-awan, karena daerahnya dianggap daerah merdeka, maka harus dihormati oleh mereka semua.
Selanjutnya janganlah ada yang berkhianat terhadap perjanjian kaum keluarga. Hendaklah sejalan dengan peraturan Yang Tunggal. Semoga kita semua berbahagia dan sejahtera dan dilimpahi kejayaan serta kekuasaan untuk kita semua, hingga sekalian anak cucu kita, pada waktu yang akan datang.
Dengan demikian mereka sekalian yang turut bermusyawarah terma¬suk Rahiyang San¬jaya dan semua pemu¬ka wilayah, pem¬besar, pejabat kerajaan, para panglima, sangat terdorong untuk bekerja sama dengan perasaan senang. Kemudian mereka menulis namanya masing-¬masing dalam surat perjanjian kaum keluarga. Surat perjanjian dibuat dua buah; sebuah ditu¬lis dengan bahasa dan aksara Sunda Ku¬no diberikan kepada Resiguru Demunawan. Dan sebuah lagi ditulis dengan bahasa dan aksara Jawa Kuno, diberikan kepada Rahiyang Sanjaya.
Adapun mereka yang menulis namanya masing-masing, ialah :
1. Resiguru Saunggalah, Sang Demunawan.
2. Raja Medang Mataram, Rahiyang Sanjaya.
3. Raja Galuh, Rahiyang Manarah.
4. Raja Sunda, Rahiyang Banga.
Dan yang dijadikan saksi perjanjian kaum keluarga, juga ditulis namanya, masing masing, ialah :
1. Putera Mahkota Medang Mataram, Sang Panangkaran.
2. Patih Galuh yang tua, Patih Balangantrang
3. Panglima kerajaan Sunda, Sang Wiraloka.
4. Panglima kerajaan Medang Mataram, Sang Jagat¬ bairawa.
5. Menteri kerajaan Sunda, sebagai wakil mangkubumi kerajaan Sunda, Sang Nandaka.
6. Panglima kerajaan Galuh, Sang Kretayuddha.
7. Panglima kerajaan Medang Mataram dan dari negeri seberang, ialah Panglima Langlangsebrang.
Demikian juga pejabat keagamaan, masing masing :
1. Sang Dharmadhyaksa usuran agama Siwa.
2. Sang Dharmadhyaksa urusan agama Wisnu.
3. Sang Dharmadhyaksa urusan agama Buddha.
Adapun peristiwa dan semua hasil perundingan di istana Galuh perihal perjanjian kaum keluarga itu ditulis oleh sang yukta (menteri perhubungan) kerajaan Galuh, yaitu Sang Tambakbaya namanya, adik Sang Tambakwesi, keduanya putera Resiguru Demunawan.
Perjanjian kaum keluar¬ga itu ditulis pada tahun 661 Caka, bulan Phalguna (5), tanggal 15 paro terang (15s-5-0661 C = 08 Juli 0763 Masehi).
Upacara penutup Kemudian diadakan upacara penutup dengan upacara pernikahan
Raja Galuh Sang Manarah dinikahkan dengan Dewi Kancanawangi;
Raja Sunda Sang Banga dinikahkan dengan Dewi Kancanasari.
Dewi Kancanawangi dan Dewi Kancanasari itu, adalah putri Kretamanggala
Kretamanggala putra Sang Tambakwesi,
Sang Tambakwesi putra Sang Demunawan, dari Saunggalah. Nitiswari di kerajaan Pasir Batang Anu Girang
Tiga hari setelah perjanjian kaum keluarga dibuat, kemudian mereka kembali ke negerinya masing masing.
Duaratus orang kesatuan bersenjata diambil dari pasukan bersenjata Sang Panangkaran diperintahkan oleh Sang Sanjaya untuk tinggal di kerajaan Sunda, sementara waktu, dengan maksud melindungi kerajaan Sunda, yang dirajai oleh Sang Banga. Kesatuan bersenjata Medang itu dipimpin oleh Panglima Muda, Sang Suratara namanya, yang lainnya kembali ke timur.
—————————————————————————————————————
Kala 0661 – 0705 Caka (0763 – 805 Masehi) = 44 tahun
Kerajaan Galuh 8 (Galuh dan Kejawanan)
Nama Sang Manarah atau Sang Surottama – Prabu Tapa Ageung
Gelar Prabu Jayaprakosa Mandaleswara Salakabuwana
Istri Déwi Kencana Wangi, puteri Sang Kretamanggala, Nitiswari di kerajaan Pasir Batang Anu Girang
Anak Déwi Puspa Sari, diperisteri oleh Sang Manisri
Pantun 1 Purbararang, 2 Purbaendah, 3 Purbadewata, 4 Purbakancana, 5 Purbamanik,
6 Purbaleuwih; atau nama lainnya ialah : Purba Sari , Nyi Mas Purba Sari Ayu Wangi, ia diperistri oleh Lutung Kasarung atau Guru Minda
Kala 0705 – 0721 Caka (0805 – 0821 Masehi) = 16 tahun
Kerajaan Galuh 9
Nama Sang Manisri (pantun : Lutung Kasarung)
Nama gelar Prabu Dharma Sakti Wirajayeswara
Julukan Sang Guru Minda, karena ia sangat berpengalaman dalam mengadukan biri-biri di tengah alun-alun dan senantiasa memperoleh kemenangan.
Istri Déwi Puspa Sari (Purba Sari, menurut lakon Pantun)
Anak 1 Rahiyang Hujung Kulwan, kelak menjadi raja Sunda (6)
2 Sang Tari Wulan, putra mahkota Galuh 10
Keterangan Menurut juru carita dari Galuh, Sang Manisri itu disebut. dengan nama Sang Guruminda, karena beliau pandai dalam anga dwoken menyamar di tengah-tengah pertemuan, dan senantiasa memperoleh kemenangan.
Kala 0721 – 0728 Caka (0821 – 0828 Masehi) = 7 tahun
Kerajaan Galuh 10
Nama Sang Tari Wulan
Nama gelar Prabu Kretayasa Déwa Kusaleswara
Istri Déwi Saraswati namanya, puteri Saunggalah, buyutnya senapati Galuh, Sang Kretayuddha. Dan Sang Kretayuddha adalah cucu Resiguru Demunawan.
Anak Sang Welengan, putra mahkota Galuh 11
Kala 0728 – 0735 Caka (0828 – 0835 Masehi) = 7 tahun
Kerajaan Galuh 11
Nama Sang Welengan
Nama gelar Prabu Brajanagara Jayabuwana
Istri 1 Déwi Sapita, puteri dari Jawa Tengah
Anak 1 Prabu Linggabuwana, putra mahkota Galuh 12
2 Déwi Kirana namanya. Ia menjadi isteri Rakeyan Wuwus, Sunda 8
3.Déwi Widyasari, diperistri oleh Arya Kedaton
Istri 2 Déwi Haraka.
puteri menteri laut kerajaan Sunda, yaitu Sang Mantri Baruna namanya. Sang Mantri Baruna adalah putera Patih Sengara. Sang Patih Sengara adalah patih kerajaan Sunda, ia adik Rakeyan Medang. Keduanya putera Sang Banga dengan Déwi Ken¬cana Sari.
Anak Sang Arya Kedaton
beristeri dengan Déwi Widyasari namanya, adik isteri Rakeyan Wuwus
________________________________________
________________________________________
Kala 0735 – 0774 Caka (0835 – 0873 Masehi) = 39 tahun
Kerajaan Galuh 12
Nama Prabu Linggabuwana, Lingga Bumi
Istri -
Anak tidak punya keturunan.
Peristiwa Karena tak berputra, tahta diwariskan kepada Wuwus, suami adik Linggabumi
Kala 0774 – 0813 Caka (0873 – 0910 Masehi) = 39 tahun
Kerajaan Galuh 13 & Sunda 8
Maharaja SUNDA-GALUH – I -
Nama Wuwus, raja Sunda 8
Peristiwa menerima warisan tahta istrinya, karena istrinya ialah adik Linggabuwana
Jadi sejak 0774 Caka, Sunda dan Galuh berada di satu tangan. Artinya Wuwus menjadi Maharaja SUNDA-GALUH – I – , 0774 – 0813 Caka
Kemudian sebagai raja lokal diangkat anaknya dan menantunya
Catatan 0741 – 0774 Caka, 33 tahun, selaku raja Sunda 8
0774 – 0813 Caka, 39 tahun, selaku maharaja SUNDA-GALUH – I -
Galuh 14 0774 – 0817 Caka, Rakeyan Wisuda
Sunda 9 0774 – 0817 Caka, Rakeyan Windusakti, suami Dewi Sawitri, putri Wuwus, Sunda 8
Kala 0774 – 0817 Caka (0873 – 0914 Masehi) = 43 tahun
Kerajaan Galuh 14
Nama Wisuda (putra Wuwus, Sunda)
Batara Danghyang Guru Wisuda
Istri Déwi Sundara
Anak 1 Sang Jayadrata
2 Dewi Kamalasari, bersuami Limburkancana, Sunda 12
Peristiwa Jayadrata bermaksud memisahkan kekuasaan negara Galuh dari kekuasaan kerajaan Sunda
Kala 0817 – 0835 Caka (0914 – 0932 Masehi) = 18 tahun
Kerajaan Galuh 15
Nama Rakeyan Kemuning Gading
Gelar Prabu Pucuk Wesi, atau Sang mokteng (yang meninggal di) Hujung Cariang.
Istri -
Anak Rakeyan Limbur Kencana
Catatan 0817 – 0835 Caka (0914 – 0932 Masehi) = 18 tahun, Galuh 15
0835 – 0838 Caka (0932 – 0935 Masehi) = 3 tahun, Sunda-Galuh IV
Kala 0835 – 0871 Caka (0932 – 0967 Masehi) = 36 tahun
Kerajaan Galuh 16 / merdeka
Nama Sang Jayadrata
Nama gelar Prabu Jayadrata Bimaparakrama
Istri -
Anak Harimurtti
Peristiwa Galuh berontak, menyerang kesatuan bersenjata Sunda yang berada di Galuh. Kesatuan bersenjata Galuh menang.
Sejak itu, kerajaan Galuh berdiri bebas, sebagai kerajaan yang merdeka, tidak berada di bawah kekua¬saan kerajaan Sunda, atau yang lainnya
Rakeyan Jaya Giri meninggal, karena dibunuh oleh Prabu Jayadrata, ialah kakak ipar Rakeyan Limbur Kencana, putera Rakeyan Ke¬muning Gading, yang takhta kerajaannya direbut oleh adiknya yaitu Rakeyan Jaya Giri.
Catatan 0835 – 0842 Caka (0932 – 0938 Masehi) = 7 tahun, Galuh 16
0842 – 0871 Caka (0939 – 0967 Masehi) = 29 tahun, Galuh 16 merdeka
Mangkat Sang Jayadrata pun di¬ bunuh oleh senapati kerajaan Sunda, Sang Sura Geni
Kala 0871 – 0888 Caka (0967 – 0983 Masehi) = 17 tahun
Kerajaan Galuh 17
Nama Prabu Harimurtti
Istri -
Anak Sang Arya Galuh
Kala 0888 – 0910 Caka (0983 – 1004 Masehi) = 22 tahun
Kerajaan Galuh 18
Nama Sang Arya Galuh
Gelar Prabu Yuddhanagara
Istri -
Anak 1 putri,bersuami Déwa Sanghyang, Sunda 16
2 Lingga Sakti, Galuh 19
Kala 0910 – 0934 Caka (1004 – 1028 Masehi) = 24 tahun
Kerajaan Galuh 19
Nama Lingga Sakti
Gelar Prabu Linggasakti Jayawiguna
Istri Déwi Rukmawati
Anak Resiguru Dharmasatyadéwa
Peristiwa Setelah Prabu Galuh Ling¬ga Sakti meninggal, kekuasaan raja Galuh direbut oleh kakak iparnya, yaitu Prabu Déwa Sanghyang, sejak itu pada tahun 934 Caka (=1028 Masehi) Galuh dan pedesaan disekitarnya termasuk di bawah kekuasa¬an kerajaan Sunda
Kala 0934 – 0949 Caka (1028 – 1042 Masehi) = 15 tahun
Kerajaan Galuh 20 (dibawah Sunda)
Nama Prabu Resiguru Dharma¬satyadéwa
Istri -
Anak 1 Batari Prethiwi, menjadi isteri Sri Jayabupati, putera Prabu Sanghyang Ageung
2 Déwi Sumbadra
Kala 0949 – 0987 Caka (1042 – 1079 Masehi) = 38 tahun
Kerajaan Galuh 21
Nama Déwi Sumbadra
Gelar Ratu Galuh Déwi Sumbadra
Suami -
Anak Arya Tunggalningrat
Kala 0987 – 1013 Caka (1079 – 1104 Masehi) = 26 tahun.
Kerajaan Galuh 22
Nama Prabu Arya Tunggalningrat
Istri -
Anak Déwi Ratna Surastri, diper¬isteri oleh raja Sunda, Pra¬bu Dharmaraja
Cucu Dewi Ratna Surastri berputra Langlangbumi
Langlangbumi, lahir 960 C (1053 M), me¬ninggal 1077 C ( 1167 M)
Kala 1013 – 1033 Caka (1104 – 1124 Masehi). = 20 tahun
Kerajaan Galuh 23
Nama Batara Hyang Purnawijaya
Gelar Sang Resiguru Dhatara Hyang Pur¬nawijaya, Sang Resi Galunggung,
Istri -
Anak 1 Déwi Puspawati, bersuami Sang Langlangbumi
2 Dewi Citrawati, bersuami Resiguru Sudakarmawisesa
Peristiwa Dewi Citrawati, sangat mabuk cinta terhadap sang teruna Sang Langlangbumi
Kala 1033 – 1074 Caka ( 1124 - 1164 Masehi) = 41 tahun
Kerajaan Galuh 24 / Galunggung
Nama Dewi Citrawati, lahir 973 C (1066 M), pernikahan pada tahun 993 Caka ( 1085 Masehi)
Gelar Batari Hyang Janawati
Suami Resiguru Sudakarmawisesa, dilahirkan pada tahun 965 Caka ( 1058 Masehi)
Anak 1 Batara Danghyang Guru Darmawiyasa
2 Panglima Galuh, Sang Kusumajaya
Peristiwa Dewi Citrawati, sangat mabuk cinta terhadap sang teruna Sang Langlangbumi, tapi sang teruna menikah dengan kakaknya. Dewi Citrawati sangat kecewa , lalu marah.
Ia mempersiapkan perlawanan terhadap Sunda. Dibuatnya benteng, yang selesai pada
tanggal 13 paro terang, bulan Badra (11), tahun 1033 Caka, (13s-11-1033 Caka =29 Nov 1124 Masehi). Lalu memperkuat dan memperbanyak prajurit
———————————————————————————————-
Kala 1074 – 1079 Caka (1164 – 1168 Masehi) = 5 tahun
Kerajaan Galuh 25, ibukota di Kuningan / Saunggalah
Nama Batara Danghyang Guru Darmawijaya
Gelar Batara Danghyang Guru Galunggung
Istri -
Anak Arya Santika
Kala 1079 – 1097 Caka (1168 – 1186 Masehi) = 18 tahun
Kerajaan Galuh 26
Nama Arya Santika
Istri -
Anak Bratamanggala, beristri putri Adimurti, Sunda 24
Kala 1097 - 1219 Caka (1186 – 1304 Masehi) = 122 tahun
1109 – 1219 Caka (1198 – 1304 Masehi) = 110 tahun
Kerajaan Galuh 27 / Saunggalah
Nama Rahyang Saunggalah
Gelar Prabu Ragasuci, Sang Lumah ing (yang meninggal di) Taman
Istri Dara Puspa, putri Trilokyaraja Mauliwarmadewa, raja Melayu Darmasraya (Jambi), di Sumatra. Ia adalah adik Dara Kencana, istri Prabu Kertanagara, raja Singasari.
(Dara Puspa adalah adik Tribuwana, buyut Adityawarman.)
Anak Citragana, beristri Dewi Antini, putri Prabu Purana, Sunda 26
Prabu Citragana, atau Sang Lumah ing (yang meninggal di) Tanjung
Catatan 1097 – 1109 Caka (1186 – 1198 Masehi), 12 tahun, dibawah pengawasan sang ayah
1109 – 1219 Caka (1198 – 1304 Masehi), 110 tahun, Saunggalah
1219 – 1225 Caka (1304 – 1310 Masehi), 6 tahun, SUNDA-GALUH – XIX -
Setelah Prabu Darmasiksa wafat, diganti oleh Sang Ragasuci selama 6 tahun.
Mangkat Setelah wafat dalam tahun 1225 C (1310 M), disebut Sang Lumahing Taman.
Kala 1219 – 1225 Caka (1304 – 1310 Masehi) = 6 tahun
Kerajaan Galuh 28 / Saunggalah
Nama Citragana
Istri Dewi Antini, putri Prabu Purana, Sunda 26
Anak Linggadewata
Kala 1225 – 1233 Caka (1310 – 1318 Masehi) = 8 tahun
Kerajaan Galuh 29 / Saunggalah
Nama Linggadewata
Istri -
Anak -
Kala 1233 – 1255 Caka (1318 – 1339 Masehi) = 22 tahun
Kerajaan Galuh 30 / Saunggalah
Nama Ajiguna Linggawisesa
Istri Ratu Uma Lestari dengan nama lengkap Déwi Santika
Anak 1 Prabu Ragamulya Luhur Prabawa atau Aki Kolot
2 Déwi Kirana namanya, diperisteri oleh Prabu Arya Kulon
3 Raden Suryadéwata
Catatan banyak kerajaan kerajaan kecil dan besar yang berdiri, kira kira, lebih dari limabelas kerajaan yang berkuasa. Kerajaan itu ada yang termasuk kerajaan wilayah bawahan kerajaan Galuh Pakwan, ada juga yang menjadi kerajaan yang berdiri sendiri, ialah sebagai tidak termasuk kerajaan yang berdiri sendiri, ialah sebagai kerajaan merdeka, kekuasaannya tidak termasuk kerajaan Sunda, atau kerajaan Galuh.
Catatan Demikianlah perinciaannya: Sang Prabu Linggadéwata, atau sang mokteng (yang mangkat di) Kikis namanya yang lain. Baginda menjadi raja Galuh lamanya 22 tahun, ialah dari tahun 1233 Caka ( 1318 Masehi) hingga tahun 1255 Caka ( 1339 Masehi). Sang Prabu berputera beberapa orang, wanita dan laki laki. Salah seorang di antaranya, yang tertua wanita, ialah Sri Ra¬tu Uma Lestari namanya, beliau diperisteri oleh Sang Prabu Ajiguna Linggawisesa atau sang mokteng (yang mangkat di) Kiding namanya yang lain. Dalam pernikahannya Prabu Ajiguna dengan Ratu Uma Lestari, berputera beberapa orang, laki laki dan wanita. Dua orang di antaranya ialah, pertama Prabu Ragamulya Luhur Prabawa, atau Sang Aki Kolot namanya yang lain. Putera kedua ialah Raden Suryadéwata atau sang mokteng (yang mangkat di) wanaraja (hutan raja) di bumi Galuh namanya yang lain. Baginda mangkat pada waktu berburu binatang di tengah hutan. Kemudian putera pertama, ialah Prabu Ragamulya menggantikan ayahnya menjadi raja Jawa Barat selama 10 tahun, ialah dari tahun 1262 Caka ( 1346 Masehi) hingga tahun 1272 Caka ( 1355 Masehi). Baginda berputera beberapa orang, dua o¬rang di antaranya, yaitu; Pertama, Prabu Maharaja Lingga¬ buwana, atau sang mokteng (yang mangkat di) Bubat namanya yang lain. Kedua, Mangkubumi Suradhipati, atau sang mok-teng (yang mangkat di) Gegeromas nama¬nya yang lain.
Kala 1255 – 1262 Caka (1339 – 1346 Masehi) = 7 tahun
Kerajaan Galuh 31 / Saunggalah
Nama Ragamulya
Gelar Prabu Ragamulya Luhur Prabawa
Istri -
Anak Prabu Maharaja Linggabuwana, atau sang lumah ing (yang mangkat di) Bubat, atau disebut Prabu Wangi
Kala 1262 – 1272 Caka (1346 – 1356 Masehi) = 10 tahun
Kerajaan Galuh 32 di Kawali
Nama Prabu Maharaja Linggabuwana
Gelar Sang lumah ing (yang meninggal di) Bubat, atau disebut juga Sang Prabu Wangi
Istri Déwi Laralisning, puteri Prabu Arya Ku¬lon
Anak 1 Déwi Citrares¬mi, atau Dyah Pitaloka. Ia dilahirkan tahun 1261 Caka ( 1345 Masehi);
2 Niskalawastu Kancana namanya. la dilahirkan pada tahun 1270 Caka ( 1354 Masehi).
3 Ratna Parwati, bersuami Su¬rendra, prabu Sunda
Catatan 1255 – 1262 Caka (1339 – 1346 Masehi) = 7 th, sebagai adipati pada masa kakeknya, ialah Prabu Ajiguna
1262 – 1272 Caka (1346 – 1355 Masehi) , 10 th, Sunda 33, rajamuda, wakil raja.
1272 – 1279 Caka (1355 – 1362 Masehi) , 7 th, SUNDA-GALUH – XXIV
Mangkat Sang Prabu Wangi namanya yang lain, karena namanya termashur harum. Orang orang Sunda dan Galuh yang ada di bumi Jawa Barat sangat memuja¬nya. Karena ia dianggap sebagai prajurit yang gagah berani. Ia meninggal sebagai bunga ne¬gara. Demikian juga sekalian pengiringnya, juga puterinya.
Prabu Maharaja Linggabuwana dan semua pengiringnya, juga pu¬terinya, sekaliannya tewas di Bubat, Wilwatikta.
Peristiwa Pasunda Bu¬bat itu pada hari Selasa Pon/legi, tanggal 13 paro-gelap, mangsa Badra, 1272 Caka (13k-11-1272 Caka = 15 Oktober 1356 Masehi).
Kala 1272 – 1279 Caka (1356 – 1362 Masehi) = 7 tahun
Kerajaan Galuh 33
Nama Hyang Buniso¬ra atau Mangkubumi Suradipati
Gelar Prabu Batara Guru, Sang Adhiparamartha, Jayadéwabrata, juga disebut Batara Guru di Jampang, Sang Lumah ing (yang meninggal di) Geger Omas
Istri Déwi Laksmiwati
Anak 1 Raden Giridéwata, atau Kyageng Kasmaya, menjadi ratu wilayah Cire¬bon Girang; dilahirkan pada tahun 1269 Caka ( 1353 Masehi).
2 Raden Brata¬logawa, lahir 1272 Caka (1355 Masehi)
3 Ratu Banawati, menjadi ratu wilayah di bumi Galuh; lahir 1274 Caka (1367 Masehi)
4 Déwi Mayangsari, lahir tahun 1276 Caka ( 1359 Masehi), diperisteri oleh Prabu Niskala Wastu Kancana .
Catatan Pada waktu gugur di Bubat (1272 Caka = 1356 Masehi), putera Prabu Maharaja Ling¬gabuwana, yaitu Niskala Wastu Kancana baru saja berusia 9 tahun; (jadi dilahirkan tahun 1263 Caka (1347 Masehi). Ia hidup dan ting¬gal bersama pamannya
Catatan 1272 – 1279 Caka (1356 – 1362 Masehi) , 7 tahun, Galuh 33
1279 – 1293 Caka (1362 – 1376 Masehi) , 14 tahun, SUNDA-GALUH – XXV -
Kala 1279 – 1293 Caka (1356 – 1376 Masehi) = 14 tahun
Kerajaan Galuh 34
Nama Prabu Niskala Wastu Kancana
Gelar Resigu¬ru Déwatabuwana, Hatu Déwata,
Sang lumah ing (yang me¬ninggal di) Nusalarang
Istri 1 Ratna Sar¬kati
Pada usia¬nya 20 tahun, ia memperisterikan Ratna Sar¬kati 19 tahun, putera Brahmana Susuk¬lampung, dari Suma¬tera bagian selatan.
Anak Haliwungan namanya, pada tahun 1291 Caka ( 1374 Masehi); Pada waktu Sang Haliwungan usianya 13 tahun, ia diangkat sebagai raja muda Sunda oleh ayahnya. Pada waktu itu, tahun 1304 Caka ( 1387 Masehi), dengan nama penobatan Prabu Susuktung¬gal, tetapi Prabu Susuktunggal dalam memerintah kerajaan Sunda Pa¬kwan itu bersama ibunya dan ka¬keknya, yaitu Brahma¬na Susuklampung, kare¬na ayahnya berdiam di keraton Su¬rawisesa, di bumi Ga¬luh
Istri 2 Déwi Mayangsari, putri Prabu Suradhipati.lahir pada tahun 1276 Caka ( 1360 Masehi).
Pada tahun 1293 Caka ( 1376 Masehi), ia beristeri lagi dengan Déwi Mayangsari 17 th, puteri Prabu Suryadhipati, atau Hyang Bunisora
Anak Sang Ningratkancana; pada usia 23 tahun, ialah pada tahun 1317 Caka ( 1399 Masehi) ia diangkat menjadi ratu wilayah Galuh, dengan nama peno¬batan Prabu Déwaniskala. Ia sebagai raja muda di bawah ayahnya, hingga tahun 1397 Caka ( 1476 Masehi)
Catatan kerajaan Sunda a¬tau disebut Pakwan Pajajaran, yaitu Jawa Barat sebelah barat di bawah kekuasaan Sang Haliwungan atau Sang Susuktunggal nama¬nya yang lain dengan na¬ma penobatannya Prabu Déwa Atmaka
kerajaan Galuh di bawah kekuasaan Sang Prabu Ningratkancana atau Prabu Déwanis¬kala namanya yang lain, putera Prabu Niskalawastu Kancana dari isterinya, Déwi Mayangsari, putri Prabu Suradhipati.
1279 – 1293 Caka (1356 – 1376 Masehi) , 14 tahun, Galuh 34
1293 – 1397 Caka (1376 – 1477 Masehi) = 104 tahun, SUNDA-GALUH – XXVI -
Galuh 35 1293 – 1404 Caka, 111 tahun, Ningratkancana
Sunda 35
Sunda 36 1289 – 1304 Caka, 15 tahun, Surendrabuwanaloka
1304 – 1404 Caka, 100 tahun, Susuktunggal
Kala 1393 – 1404 Caka (1473 – 1484 Masehi) = 11 tahun
Kerajaan Galuh
Nama Sang Ningratkancana
Gelar Prabu Déwaniskala
Istri -
Anak 1 Sri Baduga Maharaja, Sang Ratu Jaya¬déwata namanya yang lain, ia menjadi maharaja Jawa Barat lamanya 39 tahun. Ia¬lah dari tahun 1404 Caka ( 1484 Masehi) hingga tahun 1443 Caka ( 1521 Masehi). Dengan nama penobatan Prabu Guru Déwataprana Sri Badu¬ga Maharaja Ratu Haji di Pakwan Pajajaran. Kemudian disebut Sang lumah ing (yang meninggal di) Rancamaya.
2 Prabu Ningratwangi namanya, menjadi ratu wilayah Galuh lamanya 19 tahun, ialah dari tahun 1404 Caka ( 1484 Masehi) hingga ta¬hun 1423 Caka ( 1502 Masehi).
Keterangan Sang Ningratkancana; pada usia 23 tahun, ialah pada tahun 1317 Caka ( 1399 Masehi) ia diangkat menjadi ratu wilayah Galuh, dengan nama peno¬batan Prabu Déwaniskala. Ia sebagai raja muda di bawah ayahnya, hingga tahun 1397 Caka ( 1476 Masehi)
Peristiwa Dalam tahun 1404 Caka, Dewaniskala memperistri istri larangan, ialah keturunan Majapahit. Saudaranya, ialah Susuktunggal sangat marah atas peristiwa itu, sehingga akan terjadi penyerangan. Tapi oleh para penasehat (barisan Kolot) dianjurkan agar sabar dan diselesaikan dengan cara bijak.
Kebijakan yang diusulkan ialah, karena putra Galuh 35, Dewata Prana beristri putri Sunda 35, maka kedua orang tua agar meletakkan jabatannya dan menyerahkannya tahta kerajaan kepada keturunannya, yang kebetulan suami istri. Usul ini diterima dengan baik oleh semua pihak. Maka kerajaan baru didirikan dengan nama Pajajaran. Ibukotanya disebut Pakuan Pajajaran, di keraton Sunda yang mulai didirikan oleh Prabu Tarusbawa dalam tahun 0591 Caka
* * *
Artikel terkait :
Kerajaan Salakanagara
Kerajaan Tarumanagara
Kerajaaan Indraprahasta
Kerajaan Kendan
Kerajaan Sunda
Wangsa Sanjaya
Kerajaan Saunggalah
Kerajaan Sumedang Larang
Kerajaan Pajajaran
Menapaki Perjalanan Sunda
Ki Sunda di Tatar Sunda
Ki Sunda di Tatar Sunda-Indonesia
Prasasti Batu Tulis Bogor
Perbedaan Batu Tulis, Petilasan & Makam
Kebon Raya Bogor
Musik – Ayun Ambing
Musik – Kacapi Suling
17 Jul
Kerajaan Kendan & Medangjati
Posted by Shangkala in HISTORY, ART & CULTURE NUSANTARA. Leave a Comment
Oleh : Ali Sastraamidjaja
Kendan & Medangjati
0448 – 0534 Caka = 86 tahun candra ; 0556 – 0639 Masehi = 83 tahun surya
Kala 0448 – 0490 Caka (0556 – 0597 Masehi)42 tahun
Kerajaan Kendan 1, bawahan Tarumanagara
Nama Resiguru Manikmaya
Gelar Sang Maharsiguru Manikmaya, Sang Resiguru
Asal-usul Negeri asalnya, ialah Bharatawarsa (India) sebagai tanah airnya, tempat ia dilahirkan
Ia berkelana yang ahirnya sampai ke Jayasinghapura, ibukota Tarumanagara (6).
Istri 1 Déwi Tirthakancana, puteri Sri Maharaja Suryawarman, raja Tarumanagara 7
Anak Rajaputra Suraliman, panglima besar angkatan bersenjata Tarumanagara.
Istri 2 Déwi Sanwara
Anak Sri Naragati atau Sri Narawati diperisteri oleh Sang Surawana atau Si Uwur¬-uwur
Catatan Sang Surawana adalah siswa Sang Resiguru Manikmaya. Kemudian diambil menjadi menantu Sang Resiguru. Disebabkan Sri Naragati menanggung derita dan sangat cinta kepada sang teruna Surawulan
Sri Naragati, Sri Narawati bersuami Surawana, Sang Sudhira, Si Uwur-uwur (pekerjaan Sang Surawana, yaitu tiap hari mencari ikan (di) batas hutan atau rawa. Setelah itu, dia menjadi nelayan di laut dan sungai bersama-sama ayahnya dan saudaranya. Sang Surawana yang semula disebut Si Uwur-uwur Sagara, karena ganti pekerjaan (menjadi) pencari burung, kemudian disebut Manuk Si Uwur-uwur )
Keterangan Adapun Resiguru Manikmaya asal mulanya dari negeri Bharata. Sudah beberapa negeri dan wilayah didatangi olehnya, serta tinggal di sana, kemudian berangkat lagi pindah ke negeri lain. Negeri itu di antaranya Pulau Simhala, negeri Gauda, Hujungmendini, Pulau Sumatra, Pulau Bali, Jawa Timur. Akhirnya tiba di Jawa Barat dan tinggal di situ, di ibukota Kerajaan Taruma ialah Jayasinghapura.
Sang Resiguru Manikimaya ahli agama, pandai bicara, serta sifatnya sangat (baik), beliau dijadikan kepala pendeta di ibukota Tarumanagara. Tidak lama antaranya, resiguru Manikmaya oleh Sri Maharaja Suryawarman diberi hadiah daerah, yaitu wilayah Kendan namanya, lengkap dengan pembantunya, wadwamawastra. Sang Resiguru dijadikan raja Kendan, sebagai raja wilayah Kerajaan Tarumanagara. Kepada menantunya Sri Maharaja juga memberikan berbagai perlengkapan raja yang baik. Begitu juga sejumlah pakaian, mahkota raja dan permaisuri, serta senjata pembesar, pegawai-pegawai raja, pejabat raja. Bahkan seluruh barang dan bermacam-macam makanan, bermacam-macam kendaraan yaitu kereta gajah, kuda, ternak sapi, kambing, anjing, juga burung, ayam, dan macam macam yang lainnya lagi. Seluruh raja wi¬layah di Jawa Barat semuanya (diberi) tahu dengan Surat oleh Sri Maharaja Tarumanagara bahwa Raja resiguru Kendan adalah menantuku, lindungilah olehmu semua, janganlah ditolak menantuku olehmu; dan lagi Resiguru Manikmaya merupakan Brahmana (yang) sempurna mantranya dan beliau telah ternama dalam keagamaan. Siapa yang menolak, memukul kepada Raja resiguru Kendan dibunuh, dan kerajaannya dihancurkan. sedangkan keturunan, sanak saudara serta keluarga raja resiguru Kendan dijadikan pembesar kerajaan, dan jabatan pejabat kerajaan, hulubalang, mantri, dan lainnya lagi di Kerajaan Kendan; juga ada yang dijadikan duta di kerajaan sahabat, bahkan ada juga yang dijadikan duta Kerajaan Tarumanagara di Kerajaan Cina dan salah satu kerajaan di negeri Bharata.
Catatan Raja resiguru Kendan Sang Manikmaya menjadi raja wilayah Kendan lamanya 42 tahun, ialah dari tahun 448 sampai dengan tahun 490 Saka.
Permulaan berdiri(nya) kerajaan wilayah Kendan ditulis dalam prasasti. Begini: Tanggal empatbelas paro terang bulan Magha tahun esthi wisikya truthi 453 Caka.
[14s, 04, 0453 Caka = 19 Agustus 0561]
Resiguru Manikmaya di Kendan adalah nenek moyang raja Galuh
Kala 0490 – 0519 Caka (0597 – 0625 Masehi) = 29 tahun
12k-12-0490 Caka (18 Maret 0598 Masehi)
Kerajaan Kendan 2, bawahan Tarumanagara
Nama Suraliman, Sang Suraliman Sakti
Gelar Karmadharaja Bhimaparakrama
Istri Déwi Mutyasari, puteri Bakulapura, keturunan wangsa Kudungga
Anak 1 Sang Kandihawan, raja di Medangjati
2 Dewi Kandyawati, dijadikan isteri oleh saudagar, orang Kotyewara dari Sumatera dan ia tinggal di tanah air suaminya
Ketika beliau berusia 20 tahun makin terlihat kegagahan badannya, dan pandai berperang. Oleh karena itu beliau dijadikan senapati pe-rang, kemudian menjadi panglima di Kerajaan Tarumanagara.
Resi Mandra dari Jawa Timur, yang berdiam di wilayah Kendan
Anak 1 Déwi Mayangsari atau Komalasari
2 Prabhaya, ia menjadi Patih di Medang¬jati di bawah kekuasaan Ratu Sang Kandihawan
Kala 0519 – 0534 Caka (0625 – 0640 Masehi) = 15 tahun
Kerajaan Me¬dangjati atau Medanggana.
Nama Sang Kandihawan
Gelar Sang Bhatara Wishnu, Rahiyang Dewaraja, rajarsi di Medanjati
Istri Déwi Mayangsari atau Komalasari
Anak 1 Sang Mangukuhan atau Rahiyang Kuli-kuli
2 Sang Karungkalah atau Rahiyang Surawulan
3 Sang Katungmaralah atau Rahiyang Pelesawi
4 Sang Sandanggerba atau Rahiyang Rawunglangit
5 Sang Wretikandayun atau Sang Suradharmma
Kala 80 tahun
Kerajaan ratu wilayah
Nama Sang Mangukuhan atau Rahiyang Kuli-kuli, lahir 0501 Caka (0608 Masehi)
Istri -
Anak -
Wafat meninggal pada usia 105 tahun, pada tahun 606 Caka (=710 Masehi)
Selanjutnya digantikan oleh puteranya, sebagai raja wilayah.
Kala 6 tahun
Kerajaan ratu wilayah
Nama Sang Karungkalah, lahir 0504 Caka (0611 Masehi)
Gelar Rahiyang Surawulan
Istri -
Anak banyaknya 3 orang. Yang bungsu masih bayi.
meninggal pada usia 30 tahun, ialah pada tahun 538 Caka (=644 Masehi)
Selanjutnya ia digantikan oleh isterinya, karena putera puterinya masih kecil kecil
Kala 97 tahun
Kerajaan ratu wilayah
Nama Sang Katungmaralah, lahir 0507 Caka (0614 Masehi)
Gelar Rahiyang Pelesawi
Istri -
Anak -
meninggal pada usia 122 tahun Caka; dia digantikan oleh cucunya.
Kala 60 tahun
Kerajaan ratu wilayah
Nama Sang Sandanggerba, lahir 0510 Caka (0616 Masehi)
Gelar Rahiyang Rawunglangit
Istri -
Anak -
Wafat meninggal pada usia 83 tahun; Ia digantikan oleh menantunya, karena puteranya yang tertua wanita.
Kala 534 – 624 Saka (612/13 – 702/03 Masehi), 90 tahun
Kerajaan istananya pindah ke wilayah Galuh.
Nama Sang Wretikandayun atau Sang Suradharmma, lahir 0513 Caka (0619 Masehi)
Istri -
Anak -
Setelah ayahnya meninggal, selanjutnya digantikan oleh Sang Wretikandayun
* * *
Artikel terkait :
Kerajaan Salakanagara
Kerajaan Tarumanagara
Kerajaaan Indraprahasta
Kerajaan Galuh
Kerajaan Sunda
Wangsa Sanjaya
Kerajaan Saunggalah
Kerajaan Sumedang Larang
Kerajaan Pajajaran
Menapaki Perjalanan Sunda
Ki Sunda di Tatar Sunda
Ki Sunda di Tatar Sunda-Indonesia
Prasasti Batu Tulis Bogor
Perbedaan Batu Tulis, Petilasan & Makam
Kebon Raya Bogor
Musik – Ayun Ambing
Musik – Kacapi S
17 Jul
Kerajaan Indraprahasta
Posted by Shangkala in HISTORY, ART & CULTURE NUSANTARA. Leave a Comment
Oleh : Ali Sastraamidjaja
Indraprahasta
0285 – 0645 Caka = 360 tahun candra; 0398 – 0747 Masehi = 349 tahun surya
Kala 0285 – 0320 Caka (0398 – 0432 Masehi) : 15 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 1 [bawahan Salakanagara]
Nama Maharesi Santanu.
Gelar Prabursi Indraswara Salakakretabuwana
Permesuri Indari, putri Dewawarman VIII.
Anak Jayasatyanagara.
Lokasi di lereng gunung Cereme (gunung Indrakila)
Penjelasan Tiba dari daerah Gangga India, dan ada pertalian keluarga dengan Dewawarman VIII
Kala 0320 – 0343 Caka (0432 – 0454 Masehi) : 23 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 2. [bawahan Tarumanagara]
Nama Jayasatyanagara.
Permesuri Ratna Manik, putri Wisnubumi, raja Malabar.
Anak Wiryabanyu
Kala 0343 – 0366 Caka (0454 – 0476 M) : 23 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 3
Nama Wiryabanyu.
Permesuri Nilem Sari, putri kerajaan Manukrawa
Anak 1. Suklawati, diperistri oleh Wisnuwarman, putra Purnawarman.
2. Warna Dewaji
Catatan Indraprahasta menjadi bawahan Tarumanagara.
Kala 0366 – 0393 Caka (0476 – 0503 Masehi) : 27 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 4
Nama Warna Dewaji.
Anak Raksahariwangsa.
Kala 0393 – 0429 Caka (0503 – 0538 Masehi) : 36 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 5
Nama asal Raksahariwangsa.
Nama nobat Prabu Raksahariwangsa Jayabhuwana.
Permesuri putri raja Sanggarung.
Anak Dewi Rasmi, bersuami Tirtamanggala, putra kedua raja Agrabinta.
Kala 0429 – 0448 Caka (0538 – 0556 Masehi) : 19 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 6
Nama Dewi Rasmi
Suami Tirtamanggala, putra kedua raja Agrabinta.
Gelar Prabu Tirtamanggala Darmagiriswara.
Anak 1.Astadewa
2.Jayagranagara
Kala 0448 – 0462 Caka (0556 – 0570 Masehi) : 14 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 7
Nama Astadewa.
Anak Rajaresi Padmayasa (penerus pamannya)
Catatan Jayagranagara adalah adik Astadewa, penerus raja.
Kala 0462 – 0468 Caka (0570 – 0575 Masehi) : 6 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 8
Nama Jayagranagara.
Catatan Ia adalah adik Astadewa, raja Indraprahasta 7.
Kala 0468 – 0512 Caka (0575 – 0618 Masehi) : 44 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 9
Nama Rajaresi Padmayasa.
Anak Andabuwana
Catatan Raja adalah putra Astadewa, raja Indraprahasta ke 7. Ia menggan-tikan kedudukan pamannya.
Kala 0512 – 0558 Caka (0618 – 0663 Masehi) : 46 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 10
Nama Andabuana.
Anak Wisnumurti.
Kala 0558 – 0583 Caka (0663 – 0688 Masehi) : 25 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 11
Nama Wisnumurti.
Anak 1 Dewi Ganggasari, diperistri oleh Linggawarman, yang kelak men-jadi raja Tarumanagara ke 12.
2 Tunggulnagara, melanjutkan warisan ayahnya.
Kala 0583 – 0629 Caka (0688 – 0732 Masehi) : 46 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 12
Nama Tunggalnagara, ialah adiknya Ganggasari.
Anak Padmahariwangsa
Penjelasan Gangasari ialah putri sulung Prabu Indraprahasta ke 11 yang di-peristri oleh Prabu Tarumanagara 12.
Kala 0629 – 0641 Caka (0732 – 0744 Masehi) : 12 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 13
Nama nobat Resiguru Padmahariwangsa
Anak 1 Citrakirana, yang diperistri oleh Purbasora.
2 Wiratara, yang menjadi penerus ayahnya.
3 Ganggakirana, yang menjadi Adipati Kusala dari kerajaan Wana-giri, bawahan Indraprahasta.
Kala 0641 – 0645 Caka (0743 – 0747 Masehi) : 4 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 14
Nama nobat Prabu Wiratara.
Anak Raksadewa
Peristiwa Prabu Wiratara yang membantu Purbasora merebut kekuasaan Galuh dari Prabu Sena, lalu kakak Wiratara, yang bernama Citrakirana, diperistri oleh Purbasora.
Kala 0645 Caka (0748 Masehi).
Peristiwa Sunda menyerbu Indraprahasta.
Catatan Setelah Galuh ditaklukkan, Sanjaya menumpas pendukung Purbasora. Terutama kerajaan Indraprahasta, yang turut membantu Purbasora waktu merebut kekuasaan Galuh dari Sena.
Indraprahasta yang didirikan sejak jaman Tarumanagara, ahirnya diratakan dengan tanah oleh Sanjaya, seolah tidak pernah ada kerajaan disitu.
“Indraprahasta sirna ing bhumi”.
Kala 0645 – 0649 Caka (0748 – 0751 Masehi) : 4 tahun
Penobatan di Indraprahasta digabungkan dengan Wanagiri
Nama nobat Adipati Kulasa
Anak Raksadewa.
Peristiwa Bekas kawasan Indraprahasta digabungkan dengan Wanagiri oleh Adipati Kulasa sebagai negara baru bawahan Galuh. Kulasa menjadi ratunya
* * *
Artikel terkait :
Kerajaan Salakanagara
Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Kendan
Kerajaan Galuh
Kerajaan Sunda
Wangsa Sanjaya
Kerajaan Saunggalah
Kerajaan Sumedang Larang
Kerajaan Pajajaran
Menapaki Perjalanan Sunda
Ki Sunda di Tatar Sunda
Ki Sunda di Tatar Sunda-Indonesia
Prasasti Batu Tulis Bogor
Perbedaan Batu Tulis, Petilasan & Makam
Kebon Raya Bogor
Musik – Ayun Ambing
Musik – Kacapi Suling
17 Jul
Kerajaaan Tarumanagara
Posted by Shangkala in HISTORY, ART & CULTURE NUSANTARA. Leave a Comment
Oleh : Ali Sastraamidjaja
Tarumanagara
0280 – 0591 Caka = 311 tahun candra, 0393 – 0695 Masehi = 302 tahun surya
Kala 0200 Caka (0316 Masehi)
maharesi dinasti Pallawa dan maharesi dinasti Salankayana ber¬sama kelompok¬nya sebagai bawanannya mengungsi, berla-yar di samudra menuju pulau pulau di Bhumi Dwipantara. diantaranya ada yang tinggal di pulau Simhala, Marutma, Dharmma nagari, Negeri Syangka, Kamboja, negeri Yawana, negeri Gauda, wilayah Pulau Bali ada yang tinggal di Pulau Simhala sebelah selatan, kemudian di Pulau Sumatra.Ada juga yang tinggal di negeri Cungko. Bakulapura. Ada juga yang tinggal di Narikeladwipa, negeri Karpura, Sangyang Hujung, dan Pulau Jawa, serta negeri asing, karena balatentara penguasa dari negeri Bharata senantiasa ber¬usaha menangkap mereka.
Adapun Maharesi Jayasinghawarman dengan kelom¬poknya dan seluruh pengiring serta hambanya selama sepuluh (10) tahun tidak tinggal di satu tempat. (Mereka tinggal) di antaranya yaitu di Pulau Sumatra dua tahun lamanya, kemudian pindah la¬gi (dan) tinggal di Bakulapura tiga tahun lamanya, dan di wilayah Pulau Bali dua tahun lama¬nya.
Kemudian tahun 267 Caka (345 M). Sang Maharesi Jayasinghawarman dengan seluruh pengiring¬nya tinggal di Jawa Barat, tetapi tetap tinggal di Pulau Sumatra, Sang Maha-resi juga menetap di Pulau Simpala sebelah selatan. Begitu juga keturunan serta keluar¬ga Raja Hastiwarman yaitu Raja Dinasti Salankayana dari daerah Bharata, me¬netap di Bumi Jawa Barat. Di sini mereka dengan orang dari Dinasti Palawa mendirikan de¬sa tidak jauh dari Sungai Taruma. Wilayah tersebut ya¬itu termasuk wilayah kerajaan Salakanagara. Sang Maharesi Jayasingha¬warman mendirikan asrama, Sang Maharesi merupakan guru besar agama atau guru agama.
Banyaklah muridnya, bahkan putra mahkota Bakulapurapun, Sang As¬wawarman namanya, sebagai murid Sang Maharesi Jayasingha¬warman, begitu juga murid murid dari negara negara seberang, serta dari berbagai wilayah Pulau Jawa. Lama kelamaan asrama Jayasinghawarman menjadi desa besar dari desa desa di Bumi Jawa Barat.
Pada mulanya Dinasti Mawi¬ya, dengan rajanya Sri Maharaja Bhrihadrata namanya, yang memerintah di Maghada, di Bumi Bharata, terdesak perangnya melawan mahasenapati (perwira tinggi) Dinas¬ti Mauriya juga, yaitu Pushwamitra nama¬nya, yang kemudian men¬dirikan Dinasti Sung¬ga, dan menetap di Pura¬bha Pataliputra.
Masyarakat Dinasti Mauriya dan pejabat pejabat negara, banyak yang mengungsi di berbagai wilayah dan berbagai negara, termasuk di Jawadwipa. Kemudian Mahara¬ja Pushwamitra diganti¬kan oleh putra¬nya; yaitu Mahara¬ja Agnimitra namanya, dan bertempat tinggal di ibu ko¬ta Wisida.
Kala 0244 Caka (0358 Masehi).
Lahir Jayasinghawarman
Tokoh Maharesi dari wangsa Salankayana di Bharata, yang kelak menjadi pendiri dan raja Tarumanagara (280 – 304 Caka).
Penjelasan Maharesi dari wangsa Salankayana di Bharata, yang kelak menjadi pendiri dan raja Tarumanagara (280 – 304 Caka).Wafat tahun 304 dalam usia 60 tahun, jadi dilahirkan pada tahun (304 – 60) = 244 C.
Kelak beristri pada Dewi Minawati (lahir th.271 C) ialah Iswari Tunggal Pertiwi Warmandewi, putri raja Dewawarman VIII, raja Salakanagara ke 9.
Kala 0280 – 0304 Caka (0393 – 0416 M) : 24 tahun.
Penobatan di Tarumanagara ke 1.
Nama Jayasinghawarman, lahir 0244 Caka (0358 M), usia 36 – 60 th Caka
Gelar Maharesi Rajadhirajaguru Jayasinghawarman Gurudharmapurusa.
Istri Dewi Iswari, Sri Iswari Tunggalprethiwi Warmandewi, putri Dewawarman yang ke 8
Anak 1 Dharmaya, kelak jadi Resi Dharmaya Warman Guru, lahir 264 C; usia 16-40 tahun.
Permesuri Dewi Minawati putri Dewawarman VIII (lahir 271 C), usia 9 – 33 tahun
Gelar Sri Iswari Tunggalprethiwi Warmandewi.
Anak 2 Nagawarman, Nagayawarman3 Dewi Am¬rawati, bersuami raja Medangpurwa ialah Prabhu Yudhadana.
Ibukota Jayasinghapura, kemudian membuat yang baru ialah Sundapura (Kota Sunda).
Catatan Tarumanagara tumbuh menjadi negara yang besar dan kuat sehingga Salakanagara pun menjadi bawahannya.ibukota Jayasinghapura, kemudian membuat yang baru lagi Sundapura
Sejaman dengan Tarumanagara ini kerajaan Sang Aswawarman di Bakulapura (Kalimantan) pun menjadi besar dan kuat, kemudian dilanjutkan oleh putranya yang bernama Mulawarman di Kutai.
Data Ia wafat tahun 0304 Caka, dalam usia 60 tahun, berarti lahirnya tahun 0244 CakaBeranak pertama waktu berusia 20 tahun, jadi kira-kira beristri pada usia 19 tahun, artinya nikah tahun 263 C.
Wafat Ia wafat pada usia 60 tahun dan dipusarakan di tepi kali Gomati, Lumah ing Gomati
Kala 0294 Caka (0407 Masehi)hari : Ahad Manis/Wage
tanggal : 8 k, Palguna 294 Caka (23 Juni 0407 Masehi).
Lahir Purnawarman
Ayahnya Darmawarman, prabu Tarumanagara ke 2 (30th)
Tokoh kelak menjadi Prabu Tarumanagara
Kala 0300 Caka (0413 Masehi).
Catatan Seorang pendeta Buda bernama Fa-hien (Cina) pulang dari India ke negrinya. Kapal berangkat dari Sri Langka. Tiga hari kemudian datang badai selama 13 hari. Setelah 90 hari terkatung-katung, kapal tersebut tiba di Ya-va-di (Jawadwipa, pada saat itu jaman kerajaan Tarumanagara). Dalam catatannya diterangkan, bahwa di tempat ini banyak kaum brahmana, tapi tak ada pendeta Buda.
Kala 0301 Caka (0414 Masehi).hari : Kamis Kaliwon/Pon
tanggal : 2 s, Cetramasa 0301 Caka (16 April 0414 Masehi).
Catatan Dalam catatan Fa-hien, pada tanggal 16 April 0414 Masehi, setelah 5 bulan tinggal di Ya-va-di, baru ia melanjutkan perjalanannya ke Cina dengan kapal dagang India. Arahnya ke timurlaut. Karena terserang badai, kapal kehilangan arah. Dua bulan lebih di laut, belum juga mencapai kota Kanton, padahal biasanya hanya dalam 50 hari. Lalu kapal dibelokkan ke baratlaut. Baru setelah berlayar 12 hari, pada tanggal 14 Juni 0414 Masehi, hari Ahad Wage / Pahing), tibalah di pantai Lushan, ibukota Propinsi Chang-kwang, sebelah utara kota Kanton.
Pertanyaan tiba di Lushan tgl. 14-06-0414 Mdikurangi 12 hari – 12
jadi = 02-06-0414 M
2 bulan di laut, - 02
jadi 02-04-0414 M
tiba di Ya-va-di tgl. 16-04-0414 M
selisih waktu 14 hari hilang
Jadi data ini ada kesalahan tanggal, yang berakibat kehilangan waktu 14 hari
Kala 0304 – 0317 Caka (0416 – 0429 Masehi) : 13 tahun.
Penobatan di Tarumanagara ke 2
Nama asal Prabu Dharmawarman (40 – 53 th Caka).
Gelar Rajarsi Dharma¬ya Warman Guru
Permesuri
Anak 1 Purnawarman (10 – 23 th Caka).2 Harinawarmandewi, bersuami pedagang kaya dari daerah Bharata
3 Candrawarman.
4 men¬jadi duta kerajaan Taruma di Kerajaan Cina
5 Sang Aswawarman beristerikan puteri penghulu Bakulapura, Sang Kundungga
Istri
Anak 1 Sang Gajahwarman, duta Kerajaan Tarumanagara di Pulau Sumatra2 Sang Padmawar¬man, duta Tarumanagara di negeri Syangka
3 Sang Barunawarman, panglima angkatan laut kemudian menjadi menteri kelautan
4 Sang Sukretawarman, sebagai hakim
Peristiwa Ia menyerahkan kekuasaan kepada putranya, Purnawarman, karena ia menjadi penyebar agama, dengan gelar Rajaresi Darmayawarman.Waktu itu kehidupan masyarakat pribumi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok brahmana, ksatriya, waisya, dan sudra.
Catatan Selama Maharsi Rajadhirajaguru berkuasa di Tarumanagara, beliau pun telah membu¬at jasa dengan membe¬ri teladan, memperkuat, dan memperdalam Sungai Candrabhoga. Muara sungai itu di¬buat pelabuhan perahu. Di sepanjang tepi sungai dibuat beberapa tempat arca, bangunan suci dan biara, bahkan candi. Pekerjaan itu dimulainya pada tanggal empat belas paro terang bulan Bhadra, sampai dengan tanggal lima paro ge¬lap bulan Asyuji, tahun dua ratus sembilan pu¬luh lima Caka (0295 Caka = 0408 Masehi).
Wafat Sang Prabu wafat tahun 0319 Caka (0431 Masehi), di Candrabhaga dalam usia 55 tahun Caka. disebut Sang Lumah ri Candrabhaga, candinya di tepi sungai Candrabhaga
Data Ia wafat dalam usia 55 tahun di tahun 319 C; jadi dilahirkan tahun (319 – 55) = 264 C.Dinobatkan tahun 304, ialah pada usia 40 tahun.
Ayahnya raja Tarumanagara dari tahun 280-304 C, yang wafat dalam usia 60 tahun, jadi ia lahir dalam tahun 304-60 = 244 C. Maka ia berputra sulung pada usia 264-244 = 20 tahun. Mungkin ia beristri tahun 263 C. Tapi Permesurinya, ialah Dewi Minati, baru lahir tahun 271. Dengan demikian maka Dharmawarman bukan putra Dewi Minati.
Kala
Wilayah Medangpurwa 1, di Bumi Jawa Tengah
Nama Maharaja Malladewa
Anak Yudhadana, beristri Dewi Amrawati, putri raja Ta¬rumanagara 1
Kala
Wilayah Medangpurwa 2, Me¬danggiri, di Bumi Jawa Tengah
Nama Yudhadana
Istri Dewi Amrawati, putri raja Ta¬rumanagara 1
Anak 1 Maharaja Bhairawa2 Prabhu Srim¬hakara
3 Dewi Candika, bersuami Wirawarman, adik Sri Mahara¬ja Mulawarman, raja Ku¬tai
Adapun, putriMaharaja Yudhada¬na, yaitu Dewi Candika, dijadikan istri oleh Wirawarman, adik kedua dari Sri Mahara¬ja Mulawarman, raja Ku¬tai Purwa di Bhumi Ba¬kulapura (Kalimantan Timur). Kemudian, Dewi Can¬dika dengan Wira-warman beranak beberapa orang, dua di an¬taranya, Amudrawarman dan Dewi Jwalita. Kemudian, Dewi Jwali¬ta dijadikan istri oleh Sri Maharaja Purnawar¬aman. Dengan demikian, penguasa di Kerajaan Taruma dengan Kerajaan Kutai Purwa ada¬lah berkerabat juga.
Kala
Wilayah
Nama Simha¬kara
Istri putri raja Jawa Timur Dewi Prabhawati
Anak tidak punya anak
Kala 0317 – 0356 Caka (0429 – 0467 M) : 39 tahun.hari : Senin Manis/Wage
tanggal : 13 s, Cetramasa 0317 Caka (04 Nopember 0429 Masehi)
(dua tahun sebelum ayahnya meninggal).
Penobatan di Tarumanagara ke 3
Nama asal Purnawarman, lahir 294 Caka, usia 23 – 62 th Caka
Gelar Sri Maharaja Purnawarman Iswaradigwijaya Bhimaparakrama Surya Maha Purusa Jagatpati Purandara Sakti Pura Wiryaajaya Lingga Triwikrama Bhuwanatala.Sri Purnawarman Bhimanarakrama Narendradhipa
Permesuri Sri Prameswari Indukirana namanya, putri Raja Agrabinta, keturunan Raja Salakanagaraputri dari raja bawahannya.
Anak 1. Wisnuwarman2. De¬wi Tarumawati, bersuami Raja pulau Sumatra
Istri 2 Dewi Jwalita, putri dari Bakulapura
Anak Sang Karabhawarman, beristri putri pembesar kerajaan Pulau Sumatra
Istri putri raja pulau Sumatra, putri raja Jawa Tengah dan Jawa Timur, putri raja Pulau Bali.
turunan dinasti Warman ada di Dwipantara dan negeri Bharata, Kamboja, negeri Campa, Pulau Simhala dan lainnya lagi
Penjelasan Purnawarman lahir Ahad Manis/Wage, 8k-05-294 C, (23-06-407 M). Semasa berkuasa Ia dijuluki “wyaghra ning Tarumanagaraa” atau Harimau Tarumanagara.
Wafat Senin Kaliwon/Pon, 15s, Posyamasa 356 Caka, (12/06/0467 M), dalam usia 62 tahun.
Catatan Ada beberapa karya Purnawarman yang tercatat :
Lambang Lambang atau dhwaja (panji) berbentuk padma (bunga teratai) di atas kepala gajah Erawata, rajatanda daun bunga dari emas berbentuk lebah. Kemudian disebut sebagai dhwaja tanda, yang digunakan sebagai lambang kebesaran para pembesar kerajaan.
Baju perang Semua musuhnya dapat dikalahkan, karena Purnawarman orangnya pemberani, dan menguasai berbagai ilmu serta siasat perang, yang menjadikan dirinya menjadi raja yang perkasa dan dahsyat (bhimaparakramoraja). Waktu berperang selalu memakai baju besi dari kepala sampai ke kaki.
Bangunan suci Mendirikan beberapa bangunan suci pada tanggal 9 paro bulan terang bulan Posya, sampai dengan tanggal 2 paro bulan gelap bulan Magha tahun 319 Caka, [09s - 03 sampai dengan 02k - 04 - 0319 Caka = 13 Juli - 20 Agustus 0431 Masehi) = 38 hari
Pelabuhan Membuat pelabuhan perahu dan sebagainya itu selesai dikerjakan pada tanggal 7 paro bulan terang bulan Margasira sampai dengan tanggal 14 paro bulan terang bulan Posya tahun 320 Caka [07s - 02 - 0320 sampai 14s - 03 - 0320 Caka = 36 hari.Pelabuhan ini segera ramai oleh kapal- kapal perang kerajaan Taruma.
Memelihara Memperkokoh serta bekerja turut memperindah te¬pian lembah Gangga yang terletak di wilayah Kerajaan Indrapra¬hasta, yaitu pada (tanggal) 12 paro gelap, bulan Margasira, sampai dengan (tanggal) 15 paro terang bulan Posya, tahun tiga ratus tiga pu-luh dua Caka. (332 Caka = 0444 Masehi).
Kemudian dua tahun berikutnya, yaitu tanggal 4 paro terang, bulan Srawana sampai dengan tanggal 13 paro gelap bulan Srawana tahun 0334 Caka (0446 Masehi) Sri Maharaja Tarumanagara membuat pekerjaan lagi, yaitu memperkokoh dan bekerja memperindah sepanjang te¬pi Sungai Cupu. Lembah itu terletak di negeri Cupu, dan airnya menggalir sampai di istana ke rajaan, bahkan tepi Sungai Cupu ini (berada) di dalam ibukota Kerajaan Cupunagara. Banyak tempat pemujaan terhadap segala dewa ada di situ untuk warga masyarakat pribumi, rakyat jelata dari berbagai golongan. Kemudian, Sri Maharaja Purnawarman mengerjakan upacara. Selamatan, berupa uang bagi para pendeta Brahmana dan bersama sama di sana dengan diberi sapi seratus ekor, pakaian, berbagai makanan. Seluruh warga masyarakat, pria, wanita, tua, muda semua di seluruh daerah yang sudah menyempurnakan pekerjaan mereka, di beri upah dari Sri Maharaja.
Kemudian tidak jauh dari tepian lembah Gangga di wilayah Indraprahasta, juga di tepi Sungai Cupu di wilayah Cupunagara, Sri Narendra-dhipa Purnawarman membuat prasasti, yaitu tulisan pada batu sebagai pertanda bahwa pada waktu itu ada pekerjaan di sana yang telah selesai dibuat oleh Sri Narpati. Demikian pula dicatat mengenai kesaktian Purnawarman yang sangat berwibawa, Sri Narendradhipa, seperti Batara Wisnu yang bersahabat dengan segala makhluk di dunia serta di akhirat kelak. Pada prasasti itu dibubuhi tanda dengan telapak kakinya. Maksudnya agar para petani senang hatinya.
Begitu juga, pada tanggal sebelas paro gelap bulan Karthika sampai dengan empat belas paro ¬terang bulan Margasira, tahun tiga ratus tiga puluh lima Caka (0335 Caka = 0446 Masehi) , yaitu melakukan pekerjaan berupa perbaikan dengan memperkuat sepanjang tepi pada setiap sungai, atau lembah Manukrawa namanya sekarang. Pada waktu itu Sri Maha¬raja sedang menderita, sakit.
Sejahtera Untuk kesejahteraan kehidupan rakyatnya, maka banyak sungai yang diperkokoh tepiannya, juga sehubungan dengan keperluan agama.
Berbakti Tiap tahun semua raja bawahannya selalu datang di purasaba Sundapura untuk berbakti dan mempersembahkan upeti. Waktunya tiap bulan Caitra (Jumadilahir).
Bawahan Ada 48 kerajaan bawahan Tarumanagara ialah :1.Salakanagara (di Pandeglang)
2.Cupunagara (di Subang)
3.Nusa Sabey (di ?)
4.Purwanagara (di ?)
5.Ujung Kulon (di Pandeglang)
6.Gunung Kidul (di ?)
7.Purbolinggi (di Probolinggo)
8.Agrabinta (di Cianjur)
9.Sabara (di ?)
10.Bumi Sagandu (di Majalengka)
11.Paladu (di ?)
12.Kosala (di ?)
13.Legon (di Serang)
14.Indraprahasta (di Cirebon)
15.Manukrawa (di Indramayu)
16.Malabar (di Kabupaten Bandung)
17.Sindangjero (di ?)
18.Purwakerta (di Purwokerto)
19.Wanagiri (di ?)
20.Purwagaluh (di Banyumas)
21.Cangkuwang (di Garut atau Ciamis)
22.Sagara (di ?)
23.Kubang Giri (di Tegal)
24.Cupugiri atau Gunung Cupu (di Sumedang)
25.Alengka (di Kabupaten Bandung)
26.Manik Parwata atau Gunung Manik (?)
27.Salaka Gadang (di ?)
28.Pasir Batang (di Banyumas)
29.Karang Sindulang (di Kab. Bandung)
30.Bitung Giri (di Majalengka)
31.Tanjung Kalapa (di ?)
32.Pakuwan Sumurwangi (di ?)
33.Kalapa Girang (di ?)
34.Tanjung Camara (di Kuningan)
35.Sagara Pasir (di ?)
36.Rangkas (di Pandeglang)
37.Pura Dalem (di Karawang)
38.Linggadewa (di ?)
39.Wanadatar (di ?)
40.Jati Ageung (di Kuningan)
41.Setyaraja (si ?)
42.Wanajati (di ?)
43.Sundapura (di Bekasi)
44.Rajatapura (di Pandeglang)
45.Dua Kalapa (di ?)
46.Pasir Muara (di Bogor)
47.Pasir Sanggarung (di Kab. Cirebon)
48.Indihiyang (di Tasikmalaya)
Perang di Tarumanagaraibukota kerajaan sudah dikuasai musuh yaitu, (oleh) keluarga pengkhianat ialah Prabhu Simhakara
Sri Maharaja memerintah panglima, senapati dan semua bala tentara (diperintah) untuk menyerang musuh, yang sudah meluas ke ibukota Kerajaan Taruma.
Maka berkatalah Sri Maharaja Purnawarman, berperanglah kamu semua! Rebutlah ibukota kerajaan kita, dan binasakan seluruh musuh kalian! janganlah ada yang bersisa, bunuh musuh itu!
Tidak lama kemudian bala tentara Prabhu Simhakara kalah di di medan perang.
Banyak yang mati dari bala tentara Prabhu Simhakara. Bala tentara yang tersisa dari yang mati hanya beberapa puluh orang, sementara pemimpin mereka kemudian semua di jatuhi hukuman mati. Sedangkan Prabhu Simhakara mati dipukul dengan senjata oleh Sri Maharaja Purnawarman.
Karena peristiwa itu, Sri Maharaja mengadakan api kurban yang sempurna, yaitu selamatan atas keunggulan perang, dengan membuat Prasasti Jayastumba, yaitu tulisan pada batu, di ibu kota Taruma. Prasasti itu dijadikan sebagai tanda peringatan kemenangan perang. Pada Prasasti Jayastumba itu ditulis tahun Caka suddha (0) karna (2) swaha (73) Magha paro terang selesai tanggal empat [tanggal 4s Magha (4) 320 Caka = 26 April 0432 M]
[keterangan : Purnawarman 0317 - 0356 Caka, jadi peristiwa itu harus dalam tahun itu, tidak mungkin arti swaha = 7 harusnya 3, jadi bukan tahun 720 tapi 320 Caka]
Sejak awal Purnawarman memerintah Kerajaan Taruma sebagai maharaja hingga meninggal dunia. Kemashurannya tidak ada duanya pada waktu itu. Beliau menguasai seluruh bhumi Jawa Barat.
Kerajaan Salakanagara, Kerajaan Cupunagara, Kerajaan Nusa Sabey, Kerajaan Purwanagara, Kerajaan Hujungkulon, Kerajaan Gunungkidul, Kerajaan Purwalingga, Kerajaan Agrabinta, ratu wilayah Sabara, Ratu Tirthaman-dhala, Kerajaan Bhumi Sagandhu, Rajadesa Paladu, Pinahakuwu, Kerajaan Kosala, Kerajaan Desa Legon, Kerajaan Indraprahasta, Ratu Candratudaga, (Raja Desa Jagapura), Rajadesa Jagapura, Prajadesa Surantaka Mandhala, Kerajaan Manukrawa, Kerajaan Malabar, Ratu Sindang Jero, akuwu Desa Purwakerta, Raja sewilayah Purwagalih, Ratu Wilayah Cangkuang, Ratu Wilayah Salaka Gading, Ratu Keraton Sagarakidul, Ratu Panghulu Kubanggiri, Ratu Sapugiri, Ratu Alengkha, Ratu Manik Parwatadesa, Ratu wilayah di Pasirbatang, Ratu wilayah Bibitung Giri Desa, Guru Panghulu Raja Patapan Desa, Ratu Wilayah Tanjungkalapa, penguasa di Su¬murwangi, Ratu Kalapa Girang Desa, Kuwu (kepala daerah) Tanjung Cemara, Ratu Wilayah Sagara Pasir, Ratu Wilayah Rangkas Rajadesa Puradalem, Ratu Wilayah Linggadewa, Raja Wilayah Wanadatar, Ratu Jatyageung (Jatiageung), Ratu Wilayah Setyaraja, Ratu Wilayah Wanajati, Penguasa Rajatapura. Ratu Sundapura, Ratu Dwakalapa, Juru (penguasa) Pelabuan Muhara Suba, Juru Pelabuhan Muhara Candrabhaga, Ratu Wilayah Gomati Nadi (Sungai Gomati), Penguasa di Nusa Apuy (Pulau Api), penguasa pelabuhan (syahbandar) Wilayah Narikela, penguasa di Pelabuhan Manukrawa, Ratu Wilayah Pasir Muhara, Jurulabuhan Muhara Taruma, Kerajaan Purwasanggarung, dan banyak lagi daerah daerah dan wilayah wilayah yang mengabdi kepada Tarmanagara, tempat dan kerajaan sudah banyak yang berganti namanya, atau sudah tidak ada lagi. Bahkan, ada yang lebih dari sepuluh nama tempat wilayah yang tidak di tulis, karena beberapa aksara tidak tampak, termasuk nama kerajaan, rajanya, dan penguasanya.
Sahabat sejajar Adapun sahabat yang sejajar dengan negara-negara sebrang di antaranya yaitu negara yang kemudian namanya Kamboja di negeri Yawana, Syangkayodyapura, negeri Dharmma, Langkasuka, Marulma Rajapura di negeri Kalingga Mamalla Purani, Cagpa, Simhaladwipa, Sanghyang Hujung, Nacorpaka, dan beberapa kerajaan di bumi Bharata di Benua Jambhudwipa, Ayudhya, negeri Gauda, Amarawati, Parsi, Kerajaan Cungkwo, negeri Syam., Basar , negeri Abbasid. Demikian pula, beberapa kerajaan kecil di daerah Tamilakam, Kerajaan Magadha, daerah daerah di sebelah selatan, dan daerah Mathura, Kerajaan Karnnataka. dan Pataliputra pantaslah.
Bakulapura.(Kalimantan) Panadangan dengan Kerajaan Kutai atau Kutanagara di bumi Bakulapura (Kalimantan), karena Sri Maharaja Purnawarman menikah dengan Dewi Jwalita, putri dari Wirawarman, dan Wirawarman adalah adik dari Sri Maharaja Mulawarman, putra Aswawarman. Aswawarman putra Sang Kudungga, keturunan dari Wasuwamitra dari Dinasti Sungga. Beginilah singkatnya. Dinasti Sungga ada di Bakulapura.
Keterangan Sri Maharaja Purnawarnan atau Sri Narendradhina Tarumanagara, lahir di ibukota Jayasinghapura di keraton kerajaan Taruma pada tanggal 8 paro bulan gelap bulan Palguna tahun 294 Caka [Ahad Manis/Wage, 08 k - 05 - 294 Caka = 23 Juni 407 Masehi].Mulai menjadi raja ialah pada tanggal 13 paro bulan terang bulan Ceitra tahun 317 Caka pada usia 23 tahun. [Senin Manis/Wage, 13 s - 06 - 317 Caka = 14 Nov. 0429 Masehi].
Beliau wafat pada tanggal 5 paro bulan terang bulan Posya tahun 356 Caka, pada usia 62 tahun. [Senin Kaliwon/Pon, 05 (15) s - 03 - 0356 Caka = 12 Juni 0467 Masehi], sehari setelah penobatan putranya. Kemudian beliau disebut Sang Lumah ri Tarumanadi.
Catatan Menurut tulisan tulisan prasasti yang kemudian di tulis lagi serta disalin oleh Panembahan Losari pada naskah Dwipantara parwwa. Tetapi banyak berbagai rintangan pekerjaan yang dihadapi oleh Sang Panembahan, yaitu hurufnya tidak jelas dan ada juga yang hilang serta. hancur. Dengan demikian, aku menulis mengenai pekerjaan Sri Maharaja Purnawarman tidak semua lengkap, hanya inilah yang ada dan dapat ditulis dengan sempurna, dan disalin ke dalam bahasa dan aksara Jawa kuna
Kala 0356 – 0377 Caka (0467 – 0487 Masehi) = 21 tahun.
Penobatan di Tarumanagara ke 4hari : Ahad Wage/Pahing, tanggal : 14 s, Posyamasa, 0356 Caka (11 Juni 0467 Masehi).
Nama asal Wisnuwarman
Gelar Sri Maharaja Wisnuwarman Iswara Digwijaya Tunggal Jagatpati Sang Purandarasutah.
Permesuri 1 Suklawarmandewi, adik raja Bakulapura, wafat dalam usia muda tanpa anak.
Permesuri 2 Suklawatidewi, putri Wiryabanyu, (Indraprahasta 3)
Anak 1. Indrawarman.2. Widalawarman
Istri Dewi Subhawati, putri Sumatra, tidak berputra
Peristiwa Sang Senapati Cakrawarman ialah adik Sri Maharaja Purnawarman tidak senang hatinya karena keponakannya menjadi raja, dikarenakan ia ingin menjadi Raja Tarumanagara menggantikan kakaknya. Oleh karena itu Sang Senapati Cakrawarman melawan dengan melakukan penghianatan dan pemberontakan. Atas bantuan pasukan Prabu Wiryabanyu, dari kerajaan Indraprahasta, pemberontakan dapat ditumpas.Sejak itu sangat banyak bala tentara Indraprahasta diangkat menjadi bala tentara Tarumanagara, serta tinggal di ibukota (Tarumanagara)
Catatan Suklawarmandewi, adik raja Bakulapura. Tapi dari permaisuri tidak mendapat keturunan karena wafat dalam usia muda, karena sakit ulu hati. Kemudian beristri lagi dengan Suklawatidewi. Dari perkawinan ini putra sulungnya bernama Indrawarman yang kelah menjadi penguasa Tarumanagara.
Penjelasan Penobatan terjadi sehari sebelum Purnawarman wafatAgama yang dianut ialah Siwa, Brahma, Bhuda juga berbakti kepada para leluhur.
Kala 0356 Caka (0467 Masehi).hari : Senin Kaliwon/Pon
tanggal : 15 s, Posyamasa 356 Caka (12/06/0467 Masehi).
Wafat Purnawarman wafat dalam usia 62 tahun, satu hari setelah putranya dinobatkan menjadi Raja Tarumana gara yang ke 4. Ia dipusarakan di tepi Citarum, sehingga disebut “sang lumah ing Tarumanadi” (yang dipusarakan di Citarum).
Kala 0356 Caka (0467 Masehi).hari : Kamis Pahing/Kaliwon
tanggal : 2 s, Maghamasa, 356 Caka (29-06-0467 Masehi).
Catatan Wisnuwarman, raja Tarumanagara ke 4, mengirim duta ke negara-negara tetangga untuk memberitahukan bahwa dia telah menjadi penguasa dan berharap memelihara persahabatan.
Kala 0357 Caka (0468 Masehi)hari : Rabu Wage/Pahing
tanggal : 12 s, Yesta masa, 357 Caka (23-10-0468 Masehi).
Catatan Sang Nagawarman (Pamannya Purnawarman), panglima angkatan laut dan duta keliling Tarumanagara, berkunjung ke Cina. Setahun kemudian ke Sanghiang Hujung, dan 5 bulan berikutnya ke Swarnabhumi.
Kala 0358 Caka (0470 Masehi)
Peristiwa Terjadi pemberontakan di Tarumanagara.Paman Wisnuwarman, adik Purnawarman yang bernama Cakrawarman selaku panglima angkatan darat, pernah berontak hendak merebut kekuasaan. Tapi berkat dukungan Sang Wiryabanyu, raja Indrapra-hasta, pemberontakan itu dapat ditumpas. Pemberontakan itu ter-jadi dari hari Rabu Wage tanggal 14 kresnapaksa, Asuji 358 Caka sampai hari Senin Kaliwon, 11 kresnapaksa, Kartikamasa 359 Caka.
Pemberontakan itu diawali pada pergantian tahun Caka dan berlangsung selama 27 hari (25-02-0470 M sampai 23-03-0470 M). Semua pemberontak yang masih hidup dihukum mati. Setelah pemberontakan dapat ditumpas, Maharaja memberikan hadiah kepada semua yang ikut berjasa dan kepada Sang Wiryabanyu, karena permaisuri telah wafat maka putrinya yang bernama Suklawatidewi dijadikan permaisuri. Dari perkawinan ini putra sulungnya bernama Indrawarman yang kelah menjadi penguasa Tarumanagara.
Kala 0377 – 0437 Caka (0487 – 0545 Masehi) : 60 tahun.
Penobatan di Tarumanagara ke 5
Nama asal Indrawarman, lahir 360 Caka, usia 17 – 77 tahun Caka.
Gelar Sri Maharaja Indrawarman Sang Paramarta Saktimaha Prabawa Lingga Triwikrama Buwanatala.
Istri
Anak 1 Candrawarman.2 Dewi Komalasari bersuami mentri kerajaan Kandari.
3 Sang Santawarman yang menjadi brahmaresi.
Catatan Pamannya, adik Wisnuwarman yang bernama Karabawarman mendampinginya sebagai mentri.Adik kandungnya, Widalawarman, menjadi mentri angkatan perang.
Kala 0437 – 0457 Caka (0545 – 0565 Masehi) : 20 tahun.
Penobatan di Tarumanagara ke 6
Nama asal Candrawarman
Gelar Sri Maharaja Candrawarman Hariwangsapurusasakti Mahasuralaghawa Paramartha.Maharaja Candrawarman Sang Hariwangsa Purusa Sakti Suralaga Wagengparamarta.
Anak 1 Suryawarman, putra mahkota.2 Mahisawarman, – petinggi Tarumanagara.
3 Matsyawarman, – Panglima Angkatan Laut.
4 Dewi Bayusaribhumi, diperistri oleh putra mahkota kerajaan Pali di Sumatra.
5 Dewi Bayurasa, diperistri oleh Prabhu Samahawan dari Medang Jawa Tengah.
Peristiwa Candrawarman telah merubah politik dalam negrinya dengan mengangkat derajat keturunan yang berhak atas daerahnya masing-masing atas dasar kesetiaan kepada Tarumanagara, dijadikan penguasa daerahnya lagi. Kebijaksanaan ini telah menjadikan Taruma nagara sangat stabil. Penyalahgunaan kekuasaan dapat diatasi.
Catatan Bersahabat, terutama kerajaan-kerajaan di tanah India dan negeri Cungkwo, Selain itu ialah, Kamboja di Yawana, Syangka, Ayodhyapura, Dharmanagari, Langkasuka, Marutmana, Rajapura di Kalingga, negeri Sopala, negeri Singha, Mallapuranu, Campa, Pulau Simhala, Sanghyanghujung, Nasorpaka, Ayudhya, negeri Gauda, Amarawati, Parsi, Sam, Basyra, negeri Abasid, dan kerajaan kecil di daerah Tamilakan, Magadha daerah Daksahinapatra dan daerah Mathura. Kerajaan Karunatakaka, Pataliputra, dan kerajaan-kerajaan di Bumi Dwipantara.
Wafat Ia wafat Sabtu Wage/Pah, 9k-05-0457 C (15 Agustus 0565 M)
Kala 0457 – 0483 Caka (0565 – 0590 Masehi) : 26 tahun.
Penobatan di Tarumanagara ke 7
Nama asal Suryawarman
Gelar Sri Maharaja Suryawarman Sang Mahapurusa Bhimaparakrama Hariwangsadigwijaya Buwantala.
Istri
Anak 1 Kretawarman.2 Sudawarman, beristri putri raja Palawa
3 Tirta Kancana, diperistri oleh Maharesi Manikmaya, raja Kendan.
Catatan Dia mengirim duta keliling :Ke bagian barat oleh Sang Santawarman, pamannya.
Ke bagian timur oleh Sang Mahisawarman. Ke bagian timur dari Sanghyiang Hujung.
Semasa Suryawarman, daerah-daerah pedalaman mulai berkembang dan kerajaan Tarumanagara mencapai puncaknya.
Pada waktu Kerajaan Tarumanagara berkuasa di Jawa sebelah barat, negara ini banyak mengikat persahabatan dengan negara-negara seberang; di antaranya kerajaan-kerajaan di Bhumi Bharata, nagara Gauda, negeri Syangka, negeri Marutma, negeri Singha, negeri Campa, negeri Kamboja, dengan negara Cungkwo, negara Pulau Simhala; negara- negara di Bhumi Sopala, negeri Parsi, negeri Abasid, Sanghyanghujung, negeri Langkasuka, serta beberapa negara lainnya lagi. Di antara mereka, masing-masing menyuruh dutanya bersama pelayannya tinggal di negara sahabatnya. Begitu juga dengan kerajaan-kerajaan di kepulauan di Bhumi Dwipantara.
Kala 0483 – 0550 Caka (0590 – 0655 Masehi) : 67 tahun.
Penobatan di Tarumanagara ke 8
Nama asal Kertawarman
Gelar Sri Maharaja Kretawarman Mahapurusa Hariwangsa Digwijaya Salaka Bumandala.
Permesuri putri dari keluarga Salankayana di bumi Bharata.
Anak tak berputra, karena Sang Raja ini mandul.
Istri ke 2 Pwahaci Satyawati, anak rakyat biasa, tapi cantik. Ia mengaku hamil, lalu mengangkat anak, diberinama Bajragiri
Anak Bajragiri, anak angkat, diberi pangkat panglima.
Saudara/adik 1 Sudawarman, kelak menggantikan Kertawarman.2 Dewi Tirthakancana, bersuami Maharsiguru Manikmaya, raja Kendan ke 1.
Peristiwa Kejadiannya ialah ketika Prabu sedang berburu. ia bertemu dengan gadis cantik anak pencari kayu bakar di tepi sungai Candrabhaga. Ayah sigadis bernama Ki Parangdami dan ibunya bernama pwahaci Sembada, tergolong dalam kasta Sudra. Gadis desa itu pwahaci Satyawati namanya. Dia mengangkat anak yang diberi nama Bajragiri. Bajragiri selalu dihina oleh saudara Raja dan tak dianggap ada tali persaudaraan serta dijauhi.
Kala 0550 – 0561 Caka (0655 – 0666 Masehi) : 11 tahun.
Penobatan di Tarumanagara ke 9
Nama asal Sudawarman, Rajaresi Suddhawarman
Gelar Brahmanaraja Sudhawarman Mahapurusa Sang Paramartha Rsi HariwangsaSri Maharaja Sudawarman Mahapurusa sang Paramarta resi Hariwangsa.
Permesuri Déwi Sri Maya, putri Mahendrawarman, raja wangsa Palawa di negri Barata, India
Anak Dewimurti, lahir dan dibesarkan di India, bersuami raja Cupunagara ialah Sang Nagajaya.
Istri 2 Dewi Srimaya, dari pedukuhan Kendan
Anak Dewi Mayangwangi, bersuami Resi Mandra, dari Jawa Timur, tinggal di Kendan
Peristiwa Sudawarman menggantikan kakaknya, karena putranya yang bernama Bajragiri dianggap tidak berhak jadi raja, karena ibunya seorang dari golongan sudra dari warna keempat menurut Sangyang Agama.
Catatan Adik Sudawarman, bernama Dewi Tirthakancana, bersuami Maharsiguru Manikmaya, dari Kendan dan Dewimurti sangat benci kepada Bajragiri.
________________________________________
Kala 0561 – 0562 Caka (0666 – 0667 Masehi) : 1 tahun.
Penobatan di Tarumanagara ke 10
Nama asal Dewimurti
Gelar Sri Maharaja Dewamurtyatma Hariwangsawarman Digwijaya Bhimaparakrama.
Sang Dewamurti Atmahariwangsadigwijaya Bhimaparakrama
Suami Nagajaya 1, raja Cupunagara.
Gelar Nagajayawarman
Anak 1 Dewi Mayasari, dilahirkan dan dibesarkan di India, diperistri oleh Sang Nagajaya 2, raja Cupunagara.
2 Astawarman, menjadi resiguru di istana raja.
Peristiwa Adapun Sang Senapati Brajagiri, yaitu anak angkat Sri Maharaja Kretawarman tidak dapat menjadi penguasa, dan juga tidak dapat menguasai bala tentara oleh Maharaja Dewamurti, Sang Brajagiri diperkirakan sangat berbahaya. Sang Brajagiri dijadikan pemimpin penjaga gapura, keraton Tarumanagara, karena Sang Brajagiri anak pencari kayu bakar di hutan tepi Sungai Cakrabhoga. Dengan demikian Sang Brajagiri berdarah Sudra, (salah satu) dari empat golongan dalam agama anutan Maharaja Tarumanagara. Sedangkan Sri Maharaja Dewamurti bertabiat tidak mempunyai belas kasih pekertinya tidak baik dan tidak mengaku saudara kepada Sang Brajagiri, yang telah tersisih dari keluarga maharaja. Oleh karena itu Sang Brajagiri sakit hatinya, sebab senantiasa dihina dalam mengabdi kepada Maharaja Tarumanagara. Oleh karena itu Sri Maharaja Dewamurtti dibunuh oleh Sang Brajagiri, dengan demikian Sri Maharaja Dewamurti memerintah Tarumanagara hanya satu tahun, ialah dari. tahun 561 Caka (666 M) sampai dengan tahun 562 Caka (667 M). Setelah membunuh Raja Tarumanagara, Sang Brajagiri melarikan diri ke hutan belantara, kemudian bersembunyi di situ. Tetapi dia diikuti oleh menantu Sri Maharaja Dewamurti, yaitu Sang Nagajayawarman. Kemudian keduannya berkelahilah mereka satu lawan satu. Mereka sama sama cekatan, (saling) desak, saling pukul, saling tusuk dengan senjatanya masing-masing. Akhirnya Sang Brajagiri kalah, dan dibunuhlah dia oleh Sang Nagajayawarman. Setelah itu, Sang Nagajayawarman menjadi Raja Tarumanagara
Kala 0562 – 0588 Caka (0667 – 0692 Masehi) : 26 tahun.
Penobatan di Tarumanagara ke 11
Nama Nagajayawarman 2, raja Cupunagara.
Gelar Maharaja Nagajayawarman Dharmasatya Cupujayasatru.
Istri Dewi Mayasari
Anak Linggawarman.
Peristiwa Cupunagara diserahkan kepada adiknya yang bernama Prabu Jayaguna.
Catatan Jayaguna, dijadikan Raja Cupunagara menggantikan kakaknya.
Catatan Tarumanagara mengirim duta ke Cina.
Dalam berita Cina tercatat bahwa kedatangan duta Tarumanagara ini yang terahir, karena setelah itu tak ada lagi duta yang datang kesana.
Kala 0588 – 0591 Caka (0692 – 0695 Masehi) : 3 tahun.
Penobatan di Tarumanagara ke 12
hari : Selasa Pahing/Kaliwon
tanggal : 05k, Caitramasa, 588 Caka (15-10-692 Masehi)
Nama asal Linggawarman
Gelar Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirthabhumi.
Permesuri Dewi Ganggasari, putri Prabu Wisnumurti, raja Indraprahasta ke 11.
Anak 1 Dewi Manasih Rajaputri, Dewi Minawati, Dewi Minasih, yang menikah dengan Sang Tarusbawa, raja Sunda Sembawa.
2 Sobakancana yang menikah dengan Sri Jayanasa, pendiri kerajaan Sriwijaya.
Adapun raja raja serta wilayahnya di seluruh bumi Jawa Barat itu berada di bawah kekuasaan kerajaan Tarumanagara. Tiap tiap tahun, semua ratu wilayah di bumi Jawa Barat diharuskan datang menyerahkan upeti kepada Maharaja Tarumanagara
Kala 0591 – 0645 Caka (0695 – 0748 Masehi) : 54 tahun.
Penobatan di Sunda ke 1 (ganti nama dari Tarumanagara)
hari : Ahad Pon/Manis
tanggal : 09s, Yesta(8), 0591 Caka (31 Oktober 0695 Masehi)
Nama asal Tarusbawa.
Gelar Sri Maharaja Tarusbawa Dharmawaskita Manunggaljaya Sunda Sambawa.
Istri Dewi Minawati, Dewi Minasih, putri Linggawarman, Prabu Tarumanagara ke 12
Permesuri Dewi Manasih Rajaputri, puteri Seri Maharaja Linggawarman
Gelar Sang Parameswari Widhari Mayangkancana
Anak Rakryan Sunda Sambawa. Ia wafat dengan meninggalkan putri bernama Sekar Kancana.
Peristiwa Tarusbawa mengganti nama kerajaan menjadi Sunda pada tgl 9 suklapaksa, Yesta-masa, tahun 591 Caka (31-10-695 Masehi), hari Ahad Pon/Manis.
Dalam tahun 0592 Caka, penggantian nama ini oleh Wretikandayun di Galuh digunakan untuk memisahkan diri dari Sunda dengan batas Tarumanadi (Citarum). Ke bagian barat ialah Sunda dan ke bagian timur ialah Galuh.
Kerajaan Sunda bersahabat dengan Sriwijaya.
Tarusbawa kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke daerah pedalaman.
Tarusbawa mendirikan ibukota Sunda Pakuan dan keraton yang diberi nama Sang Bima Punta Narayana Madura Suradipati. Lokasinya sekarang di sekitar Batutulis, yang kini masih ada di Kotamadya Bogor pada lemah-duwur ialah lahan datar di atas bukit yang diapit oleh sungai berlereng curam yaitu Cisadane, Ciliwung dan Cipaku (anak sungai Cisadane). Seba gai berkah, di tengah-tengah mengalir Cipakancilan yang ke bagian hulunya bernama Ciawi. Pakuan terlindung oleh lereng terjal pada ketiga sisinya. Hanya di bagian tenggara kota itu yang tanahnya datar. Karena inilah di sini didirikan benteng selebar 7 m serta tingginya 4 m, yang di bagian atasnya diperkuat dengan batu “dibalay”. Pada tepi bagian luar benteng berbentuk parit, ialah galian tanah yang dipakai untuk pembuatan benteng.
Catatan Rakeyan Sunda Sambawa, menjadi Rakeyan wilayah. Ia berputra beberapa orang diantaranya yang sulung ialah Dewi Teja Kencana. Rakryan Sunda wafat pada usia muda. Lalu cucu Tarusbawa diperistri oleh Sanjaya yang kelak menggantikan Tarusbawa.
Kala
Wilayah wilayah Sunda Sembawa
Nama Rakryan Sunda Sembawa
Istri
Anak Dewi Tejakencana diperisteri oleh Sanjaya
* * *
Artikel terkait :
Kerajaan Salakanagara
Kerajaan Indraprahasta
Kerajaan Kendan
Kerajaan Galuh
Kerajaan Sunda
Wangsa Sanjaya
Kerajaan Saunggalah
Kerajaan Sumedang Larang
Kerajaan Pajajaran
Menapaki Perjalanan Sunda
Ki Sunda di Tatar Sunda
Ki Sunda di Tatar Sunda-Indonesia
Prasasti Batu Tulis Bogor
Perbedaan Batu Tulis, Petilasan & Makam
Kebon Raya Bogor
Musik – Ayun Ambing
Musik – Kacapi Suling
17 Jul
Kerajaan Salakanagara
Posted by Shangkala in HISTORY, ART & CULTURE NUSANTARA. 1 Comment
Oleh : Ali Sastraamidjaja
Salakanagara
0001 – 0285 Caka = 284 tahun candra, 0122 – 0398 Masehi = 276 tahun surya
K a l a 0001 Caka (0122 Masehi).
Catatan Aji Saka dianggap telah menetapkan penanggalan Kala Candra Caka Sunda yang dipakai dalam penanggalan sejarah kita. Tetapi mengenai sejarah Aji Sakanya sendiri belum jelas, selain dari ceritera yang berhubungan dengan tulisan hanacaraka.
Konon dalam suatu perjalanan dikabarkan, bahwa Aji Saka menitipkan pusakanya kepada yang dipercayainya, seorang yang setia bernama Ki Dora. Aji Saka mengamanatkan kepada Ki Dora, bahwa pusaka itu tak boleh diserahkan kepada siapapun selain kepada diri Aji Saka sendiri. Ki Dora menyanggupinya dan menunggu di tempat itu, karena Sang Aji akan melanjutkan perjalannya. Sesampainya di suatu tempat yang dianggap baik oleh Sang Aji, ia dan rombongan menetap disana.
Pada suatu hari Aji Saka teringat pada pusakanya yang dititipkan pada Ki Dora. Lalu ia mengutus Ki Sambada untuk mengambil pusaka tersebut. Berangkatlah Ki Sambada menemui Ki Dora. Setelah dijumpainya lalu Ki Sambada menyampaikan maksud kedatangnya. Tapi Ki Dora tak mau menyerahkan pusaka yang diminta oleh Ki Sambada karena telah berjanji tak akan menyerahkan pusaka itu kepada siapapun selain dari Aji Saka pribadi. Kedua orang ini setia kepada Sang Aji. Keduanya berusaha untuk melaksanakan tugasnya, sampai ahirnya mereka berkelahi.
Aji Saka merasa cemas, karena utusannya tak kembali setelah sekian lamanya. Ketika didatangi oleh Sang Aji, barulah ia sadar, bahwa ia telah berbuat salah. Lalu ia membuat peringatan dengan menulis (penulis sertakan arti tulisan) :
hana caraka = ada utusan yang setia
da ta sawala = yang menolak sawala/rundingan
pada jayanya = kedua-duanya sama jayanya
maga batanga = telah gugur demi kebenaran
Kemudian aksara ini menjadi abjad aksara Sunda-kuno, yang dipakai dalam tulisan-tulisan sejarah berikutnya dari tulisan pada lontar, batu, tembaga, daluwang sampai tulisan dalam buku dengan kertas yang kita kenal sekarang.
Seorang Belanda yang mempelajari bentuk aksara ini bernama Holle. Khusus aksara Sunda bernomor 77 sampai dengan 109 dalam catatannya. Jadi ia telah menemukan 32 bentuk aksara Sunda.
Perkembangan aksara ini terutama dalam berkomunikasi surat-menyurat dalam bidang niaga yang banyak terjadi di bagian utara pulau Jawa atau biasa disebut pesisir utara. Dengan demikian aksara itu berkembang pada bentuk-bentuk yang baku agar mudah dan lancar dalam berkomunikasi. Kemudian aksara yang sudah baku ini dipopulerkan sebagai aksara Jawa. Selanjutnya orang beranggapan bahwa aksara itu adalah aksara Jawa.
Penjelasan Mengenai penanggalan Sunda.
Kala Surya Saka Sunda telah dimulai lebih dahulu. Tahun 0001 Caka bersamaan dengan tahun 0037 Saka. Penanggalan Saka ini digunakan dalam urusan pertanian dan pelayaran. Kala Surya Saka erat hubungannya dengan perhitungan musim yang berpedoman pada matahari melalui media lingga. Tarikh sejarah memakai Kala Candra Caka, sebab jaman dulu tidak ada kalender yang bergantung di dinding seperti sekarang. Jadi terpaksa harus memperhatikan dan melihat pada keadaan bulan yang melayang di langit.
Aji Saka itu tidak membuat penanggalan. Aji Saka hanya menetapkan tahun awal pada satu almanak yang sedang berjalan, seperti halnya pada Kala Masehi dan Kala Hijrah. Atau mungkin nama “SAKA” itu dari singkatan “SAnghyang-KAla”. Dalam buku ini namanya menjadi Saka dan Caka. Yang jelas, almanak Saka dan Caka ini adalah almanak pribumi, bukan impor, sebab di India almanaknya tidak sama dengan almanak Sunda. Almanak Cina juga tak sama dengan almanak Sunda.
Demikianlah sedikit ulasan mengenai awal Caka.
Kala 0001 – 0052 Caka (0122 – 0172 M) : 52 tahun.
Catatan Ki Tirem atau Ki Kolot Mulya, adalah penguasa di bagian barat pulau Jawa, yang tercatat sebagai awal sejarah masa kini di pulau Jawa. Ki Tirem ini ada juga yang mengaitkan dengan nama Aji Saka.
Kala 0010 Caka (0132 Masehi).
Catatan Ada berita dari Cina bahwa dalam tahun 132 M, raja “Ye-tiao” (=Pulau-Jawa) bernama “Tiao-pien” (=Ti-rem ?) mengirim utusan ke Cina, dan Maharaja Cina memberi hadiah kehormatan kepadanya.
Kala 0039 Caka (0160 Masehi).
Catatan Ahli Ilmu Bumi Iskandariyah, keturunan Yunani bernama Claudius Ptolemeus menulis sebuah karangan (160 M) yang bersumber dari pelaut Arab, bahwa Iabadiou adalah sebuah negeri yang subur, menghasilkan banyak emas dan mempunyai kota dagang Argyre yang terletak di ujung barat negri itu. Juga disebutkan beberapa tempat seperti : Sabara, Nusa Sabai dan Paladu.
Kala 0052 – 0090 Caka (0172 – 0209 M) : 38 tahun.
Penobatan di Salakanagara ke 1, dengan ibukotanya bernama Rajatapura, terletak di pinggir laut
Nama asal Pohaci Larasati, putri sulung Ki Tirem
Nama Nobat Dewi Dwani Rahayu
Suami Dewawarman I
G e l a r Prabu Darmalokapala Dewawarman Haji Raksa Gapura Sagara (= aji yang menguasai gerbang lautan)
A n a k putra tertuanya kelak menjadi Dewawarman II.
Sang Prabhu Digwijayakasa Dewawarmanputra
Catatan Pohaci Larasati, puteri penghulu rakyat pribumi Jawa Barat sebelah barat. Penghulu itu bernama Sang Aki Tirem, Sang Aki Luhurmulya
Adik Larasati yang bernama Senapati Bahadura Harigana Jayasakti Dewawarman diangkat menjadi penguasa di Ujung Kulon.
Adiknya yang lain bernama Sweta Liman Sakti menja di raja Tanjung Kidul dengan ibukotanya Agrabinta pura. Beristri putri dari Singala (Sri Langka).
Wilayahnya meliputi daratan di sekitar selat Sunda
berikut kepulauan yang ada disana termasuk pula Sumatra selatan. Batas di darat biasanya sungai.
Ibukotanya disebut Rajatapura (=kota perak).
asal negerinya ialah negeri Bharata sebelah selatan. Mula-mula (ia) datang ke Jawa Barat bersama pengikutnya dengan tujuan ialah berdagang barang hasil bumi dari Jawa Barat. Kedatangannya dengan membawa perhiasan, pakaian, dan beberapa jenis lainnya lagi. Kemudian Sang Dewawarman nikah dengan seorang putert penghulu masyarakat di desa itu. Akhirnya diangkat jadi ratu
Ia dianggap nenek-moyang wangsa Dewawarman yang ada di Jawa Barat di bumi Pulau Jawa
Kota besar yang lain (ialah) Agrabinta ada di wilayah selatan
Adik Sang Dewawarman, Panglima Bhahadura Hariganajayasakti Dewawarman, raja wilayah penjaga Hujungkulon
Adiknya yang lain menjadi raja wilayah selatan.
Kala 0090 – 0117 Caka (0209 – 0236 M) : 27 tahun.
Penobatan di Salakanagara ke 2
Nama asal Dewawarman II.
Nama Nobat Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra, Dewawarman II
Permaisuri putri keluarga raja Singala (Sri Langka).
A n a k putra yang kelak menjadi Dewawarman III.
Sang Prabhu Singhasagara Bhimayasawirya
Kala 0117 – 0160 Caka (0236 – 0277 M) : 43 tahun.
Penobatan di Salakanagara ke 3
Nama asal Dewawarman III.
Gelar Prabu Singasagara Bimayasawirya.
Permaisuri berasal dari Jawa Tengah.
A n a k Dewi Tirta Lengkara, dijadikan isteri oleh Sang Prabhu Dharmasatyanagara
Catatan Dewi Tirta Lengkara dijodohkan dengan raja Ujung Kulon, bernama Darma Satyanagara, yang kelak mendapat gelar Dewawarman IV.
Peristiwa : Dalam pemerintahan Dewawarman III terjadi serangan bajak laut dari negeri Cina, tetapi semuanya dapat ditumpas. Lalu diadakan pamitran, hubungan dengan maharaja Cina dan raja-raja India.
Kala 0160 – 0174 Caka (0277 – 0290 Masehi) : 14 tahun.
Penobatan di Salakanagara ke 4.
Nama nobat Dewi Tirtha Lengkara Dewawarman Putri
Nama suami Darma Satyanagara, Raja Ujung Kulon.
Gelar Prabu Dharmasatyanagara Dewawarman IV.
Anak Rani Mahisasuramardhini Warmandewi.
Kala 0174 – 0211 Caka (0290 – 0326 M) : 37 tahun.
Penobatan di Salakanagara ke 5.
Nama Rani Mahisasuramardhini Warmandewi.
Nama suami Dewawarman V.
Gelar Prabu Amatya Sarwajala Dharma Satya Jaya Waruna Dewawarman.
Anak Putra sulungnya kelak menjadi Dewawarman VI.
Peristiwa Dewawarman V gugur waktu menumpas bajak laut oleh serangan panah dari belakang.
Sang Rani Mahisasuramardhini melanjutkan tahta kerajaan seorang diri setelah suaminya wafat selama 13 tahun; 0198 – 0211 Caka (0313 – 0326 M).
Tetapi suaminya hanya 24 tahun memerintah bersama isterinya, karena Sang Prabhu Dharmasatyajayawaruna Dewawarman wafat (dia) pada waktu berperang dengan perompak di tengah taut. Pada waktu itu Sang Prabhu sebagai panglima angkatan taut yang memimpin angkatan bersenjata memerangi (perahu) perompak yang naik perahu besar tiga buah. Sedangkan perahu kerajaan empat buah. Tampaklah mendesak di waktu pertempuran. Sang Prabhu dipanah dari belakang oleh perompak. Kemudian Sang Prabhu sebagai panglima angkatan taut pada waktu itu tewaslah. Akhirnya sang perompak kalahlah mereka dengan banyak yang tewas terapung di air, mereka sisa yang mati ditawan semuanya.
Kala 0211 – 0230 Caka (0326 – 0344 Masehi) : 19 tahun.
Penobatan di Salakanagara ke 6.
Nama Sang Prabu Ganayanadewa Linggabhumi.
Gelar Dewawarman VI
Nama istri putri dari negeri Bharata.
Anak 1.Bhimadigjaya Satyaganapati / Dewawarman VII
2.Salaka Kencana Warmandewi, bersuami pembesar Gaudi (Bengala), kerajaan di Barata (India) bagian timur.
3.Kartika Candra Warmandewi, bersuami pranaraja dari negara Yawana.
4.Ghopala Jayengrana, yang menjadi pembesar di Calangkayana di bumi Bharata. Kelak putranya yang bermana Krodamaruta, menjadi raja Salakanagara.
5.Gandhari Lengkaradewi, bersuamikan panglima angkatan laut kerajaan wangsa Palawa di India dan putranya kelak menjadi suami putri Dewawarman VII dengan gelar Dewawarman VIII.
6.Skandamuka, senapati Salakanagara.
Kala 0230 – 0262 Caka (0344 – 0374 Masehi) : 32 tahun.
Penobatan di Salakanagara ke 7.
Nama Prabu Bhimadigwijaya Satyaganapati.
Gelar Dewawarman VII
Anak Rani Spatikarnawa Warmandewi.
Catatan Adik Sang Dewawarman VII, yang bernama Ghopala, berputra Sang Krodamaruta, yang menjadi mentri di Calangkayana.
Kakak permaisyuri Dewawarman VII, bersuami penguasa Bakulapura (Kalimantan) bernama Atwangga, putra Sang Mitrongga. Mereka keturunan wangsa Sungga dari Magada.
Dari perkawinannya lahir Kudungga yang kelak meng gantikan ayahnya di Bakulapura.
Peristiwa Setelah Dewawarman VII wafat, Krodamaruta membawa ratusan pasu-kan lengkap langsung mengambil alih kekuasaan di Salakanagara, yang secara tradisi harus dilanjutkan oleh keturunan Dewawarman VII
Kala 0244 Caka (0358 Masehi).
Lahir Jayasinghawarman
Tokoh Maharesi dari wangsa Salankayana di Bharata, yang kelak menjadi pendiri dan raja Tarumanagara (280 – 304 Caka).
Penjelasan Maharesi dari wangsa Salankayana di Bharata, yang kelak menjadi pendiri dan raja Tarumanagara (280 – 304 Caka).
Wafat tahun 304 dalam usia 60 tahun, jadi dilahirkan pada tahun (304 – 60) = 244 C.
Kelak beristri pada Dewi Minawati (lahir th.271 C) ialah Iswari Tunggal Pertiwi Warmandewi,putri raja Dewawarman VIII, raja Salakanagara ke 9.
Kala 0262 Caka (0376 Masehi) : 3 bulan
Penobatan di Salakanagara ke 8.
Nama Prabu Krodamaruta.
Peristiwa Ketika Dewawarman VII wafat, Krodamaruta dengan ratusan pasukan bersenjata lengkap, langsung merebut/mengambil alih kekuasaan di Salakanagara. Tapi ia hanya berkuasa selama 3 bulan, karena meninggal waktu berburu di hutan, tertimpa batu besar dari atas bukit.
Kemudian ia digantikan oleh puteri Sang Prabhu Bhimadigwijaya Satyaganapati yaitu Sang Rani Spatikarnawa Dewiwarman
Kala 0262 – 0285 Caka (0376 – 0398 Masehi) : 23 tahun.
Penobatan di Salakanagara ke 9.
Nama nobat Sang Rani Spatikanawa Warmandewi (belum bersuami).
Suami 0270 Caka (0383 Masehi) : Ratu Salakanagara ke 9, Sang Rani Spatikanawa Warmandewi bersuami dengan saudara sepupunya, cucu Dewawarman VI dari putri nya yang ke 5, Sri Gandari Lengkaradewi.
(lihat silsilah diatas).
Gelar suami Prabu Dharmawirya Dewawarman Salakabhuwana atau Dewawarman VIII
Anak 1 Dewi Minawati, lahir (0271 Caka (0384 M), ialah Iswari Tunggal Pertiwi Warmandewi, diperistri oleh maharesi dari wangsa Salankayana di Bharata, raja Tarumanagara 1 (280 – 304 Caka) bernama Jayasinghawarman, ia adalah Guru Dharmapurusa.
2 Dewi Indrami, di¬peristri oleh putra mahkota Bakulapura Sang Aswawarman.
3 Dewi Indari yang menjadi permaisuri Maharesi Santanu, raja Indraprahasta I.
4 Senapati Andra, Andharu, Dewawarman IX
Istri ke 2 Candralocana, putri brahmana dari Calankayana di India.
Anak 1 tinggal di Sumatra dan menurunkan para raja di sana diantaranya Adityawarman.
2 tinggal di Yawana.
3 tinggal di Semenanjung.
4 menjadi raja di Jawa Tengah.
Catatan Sang Raja membuat candi dan patung Siwa Mahadewa dengan hiasan bulan sabit pada kepalanya (mardha chandra kapala), patung Ganesha (Ghajanadawa) dan patung Wisnu. ??? Patung inikah yang ditemukan di pulau Panaitan dan dicuri tahun 70-an ???
Kala 0285 Caka (0398 Masehi).
Penobatan di Salakanagara ke 10
Nama nobat Dewawarman IX.
Catatan Salakanagara menjadi bawahan Tarumanagara.
Silsilah I :
Silsilah II :
* * *
Artikel terkait :
Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Indraprahasta
Kerajaan Kendan
Kerajaan Galuh
Kerajaan Sunda
Wangsa Sanjaya
Kerajaan Saunggalah
Kerajaan Sumedang Larang
Kerajaan Pajajaran
Menapaki Perjalanan Sunda
Ki Sunda di Tatar Sunda
Ki Sunda di Tatar Sunda-Indonesia
Prasasti Batu Tulis Bogor
Perbedaan Batu Tulis, Petilasan & Makam
Kebon Raya Bogor
Musik – Ayun Ambing
Musik – Kacapi Suling
16 Jul
Gubernur Jendral Nederlands Oost-Indië (Abad 20)
Posted by Shangkala in HISTORY, ART & CULTURE NUSANTARA. Leave a Comment
Oleh Ali Sastraamidjaja
1899 – 1904 W. Rooseboom
1904 – 1909 Johannes Benedictus van Heutz
1909 – 1916 A.F.W.Idenberg
1915 – 1918 perang dunia pertama
1916 – 1921 Mr. J.P.Graaf van Limburg Stirum
1921 – 1926 Mr. Dirk Fochk
1926 – 1931 Jonkheer Mr. A.C.D. de Graaf
1931 – 1936 Jonkheer C.A. de Jong
1936 – 1941 Tjandra van Starkenborg Stachoewer
1939 – 1945 perang dunia kedua
1941 – 1942 Ter Poorten
J a m a n J e p a n g
1942 – 1945 Masehi = 3 tahun Surya
1942 – 1945 pendudukan Jepang, dibawah pimpinan Imamura
09 Mar 1942 di Kalijati, Subang
Imamura: ” Apakah tuan bersedia menyerah tanpa sarat ?”
Ter Poorten: “Saya menerima untuk seluruh wilayah Hindia Belanda”
1942 – 1945 Sejak itu orang-orang Belanda diinternir
14-15 Agu 1945 Nagasaki dan Hirosima dibom-atum. Jepang menyerah tanpa sarat
sumber : Ali Sastraamidjaja
Tempat Berbagi wawasan Sejarah ,Seni,Budaya Sunda dan Sejarah,Seni Budaya Nusantara
About Me
Link Teks
Copy/paste code dibawah ini ke blog anda.
Banner Sobat
Links Sobat
Mau SmS Gratis !!!
Blogroll
http://babadsunda.blogspot.com. Diberdayakan oleh Blogger.
Browse » Home »
Sejarah Sunda - Galuh
» catatan sejarah SUNDA-GALUH
catatan sejarah SUNDA-GALUH
Jika menurut Anda artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Cari isi Blog disini
Selamat Datang
Selamat Datang
di blog Sejarah Seni dan budaya,
Saya berharap kritik dan saran anda
pada kolom komentar, dan Setiap Pengunjung yang Followers this Site/Join this Site ke blog ini maka saya akan followers this Site /Join this Site kembali pada blog anda, dijamin 100% follow back U Blogs.....
dan bagi yang ingin tukar Links/Banner tinggalkan pesan anda. Selamat berjalan-jalan di blog Carita Ki Sunda
Temukan saya di FACEBOOK
(jakatatal@yahoo.com)
TERIMA KASIH
ATAS KUNJUNGAN ANDA
Labels
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Katagori
-
▼
2010
(140)
-
▼
Juli
(33)
- Teks Naskah Kisah Kenaikan SRI AJNYANA bagian 2
- Teks Naskah Kisah Kenaikan SRI AJNYANA bagian 1
- Carita Ki Sunda: Kisah Kerajaan Kendan
- KIDUNG KURUKSETRA (Perangan 01)
- Kisah Kerajaan Kendan
- Dawuhan Kanjeng Pangeran Aria Soeria Atmadja ( P. ...
- Kisah Kerajaan Kendan
- Dawuhan Kanjeng Pangeran Aria Soeria Atmadja ( P. ...
- KIDUNG KURUKSETRA (Perangan 01)
- Uga Wangsit Siliwangi (sunda)
- Kitab Musarar Jayabaya (jawa)
- Jejak Kerajaan Sunda-Galuh
- Filosofi Kota Bandung
- Sarsilah Karajaan Sumedang Larang
- Prinsip Universal Kasundaan
- catatan sejarah SUNDA-GALUH
- Penget Srat Piagem. Bandung
- Pusaka Ki Sakawayana (Ajisaka)
- Perjalanan Panjang Kerajaan Sunda - Galuh
- raja-raja Sunda-Galuh
- The Life-Story of an old-time Priangan Regent
- Kawih Panyaraman Sewakadarma
- Sewaka Darma (Kropak 408), Sanghyang Siksakandang ...
- Sanghyang Siksa Kandang Karesian
- Carita Parahyangan
- Ramalan Jayabaya (Jayabaya Prophecies)
- SERAT WEDHATAMA
- Wawacan Sang Maha Pandita Bujangga Manik
- Naskah Purusangkara (Uraian)
- Naskah Carita Ratu Pakuan (Kropak 410)
- Wakca Nyarita ka Sumedanglarang
- Tentang Saya
- RAJA-RAJA SUNDA (PAJAJARAN)
-
▼
Juli
(33)
Posting Anyar
Buku Tamu
Followers
SahabatKu
Sahabat FB
Dicari Sponsor
Dicari ....Sponsor !!! Untuk Cetak BukuSejarah Kerajaan Sumedanglarang Nyukcruk Galur SumedangLarang Informasi lebih lanjut
3 komentar:
Alhamdulillah, sejarah adalah cerminan budaya dan iman kita dimasa lalu, kalau kita obyektif dan jujur, sejarah bisa memberi pencerahan yang luar biasa bagi masyarakatnya, tukaran link ya admin : http://pahlawan-kali-sunter.blogspot.com/
Tolong di perhatikan perbedaan dari Ratu Aji diplesetkan menjadi Ratu Haji :(
Dahsyat kronologi sejarahnya ... Matur nuwun
Posting Komentar
Pengunjung yang baik tentunya memberikan Komentar,kritik serta saran yang sopan disini, Terima kasih atas komentar dan kunjungan nya