Senin, 25 Oktober 2010 | By: Babad Sunda

Mahkota Bino Kasih Sanghyang Pake

Koleksi  Museum Prabu geusan Ulun
Mahkota Bino Kasih Sanghyang Pake (Tiara) mahkota bersusun tiga
1. Petikan dari CARITA PARAHIYANGAN.

Batara Guru di Jampang ma inya nu nyieun ruku Sanghiyang Pake basa wastu dijieun Ratu. Beunang nu pakabrata sewaka ka dewata nu ditiru oge pake Sanghiyang Indra, ruku ta.


Terjemahan :

Batara Guru di Jampang itulah pembuat Mahkota SANGHIYANG PAKE ketika yang berhak (atas tahta = Wastu Kancana) dinobatkan menjadi Raja. (Mahkota itu) buatan (hasil) bertapa bakti kepada dewa yang ditirupun adalah Mahkota Sanghiyang Indra, itulah (keadaan) Mahkota tersebut.



2. Hyang Bunisora memerintah Pakuan Sunda / Pajajaran 1357 – 1371 sedangkan Wastu Kancana memerintah dari tahun 1371 – 1475 selama 103 tahun 6 bulan dan 15 hari.


3. Ketika 4 (empat) Kandaga Lante Kerajaan Pajajaran (kira-kira tanggal 8 Mei 1579, Pakuan sebagai ibukota Kerajaan Pajajaran jatuh ketangan tentara Surasowan Banten) meninggalkan Pajajaran, setelah direstui Raja Pajajaran untuk mencari penguasa baru (Geusan Ulun Kumawula), tentunya dengan membawa barang berharga yang dapat meyakinkan Penguasa yang dituju bahwa mereka adalah pegawai Istana dengan kedudukan yang tinggi, yang dibawa mereka diantaranya adalah Mahkota dan atribut Kerajaan lainnya (kujang).
Pangeran Geusan Ulun yang sedang memerintah Kerajaan daerah Sumedang Larang (ibu kotanya Kutamaya), memerintah dari tahun 1579 – 1610, menerima 4 (empat) Kandaga Lante diatas.
Mahkota yang dibawa oleh Kandaga Lante itu dipakai saat penobatan menjadi Prabu Geusan Ulun Nalendra Kerajaan Sumedang Larang.


4. Pada tanggal 20 Januari 1856 Tumenggung Somanagara cucu Pangeran Kornel dilantik menjadi Bupati Sumedang (Th. 1836 – 1881) dengan gelar Raden Tumenggung Suria Kusumah Adinata. Dengan Surat Keputusan tanggal 31 Oktober 1850 memperoleh gelar Pangeran, tapi masyarkat Sumedang menamakannya Pangeran Sugih, karena Sugih harta/kekayaan dan putera. Barangkali Mahkota (pusaka) yang ada sudah terlalu tua sehingga perlu diadakan renovasi, dibuatlah Mahkota dengan type Bhinoka Sri yang dipakai Batara Indra dan Batara Rama di dunia wayang. Karena Pangeran Sugih banyak puteranya maka untuk memberi makna yang lebih mendalam terhadap sebutan “Raja sehari” yang sering ditujukan kepada pengantin, maka dibuatlah Replika dari Mahkota Bhinoka Sri dan dapat digunakan oleh keturunan bilamana dikala melakukan pernikahan.



MAHKOTA BINOKA SRI


Mahkota asli dibuat oleh Sanghyang Bunisora Suradipati untuk penobatan Raja Galuh bernama Prabu Niskala Wastu Kancana th. 1371. Sejak Pajajaran runtuh diserahkan kepada Prabu Geusan Ulun (Raja Sumedang Larang).

                                               Mahkota Bino Sri tampak depan

                                                Mahkota Bino Sri tampak samping

Mahkota terbuat dari emas bagian dalam berlapis beludru.
Bentuknya meniru Mahkota Batara Indra seperti yang tergambarkan dalam pewayangan.

Bagian utama dari mahkota adalah bentuk yakni bagian yang menutup kepala hingga dahi berbentuk Silindrik.

Puncak kuluk dihias sejenis stupa berbentuk kuncup bunga teratai.
Permukaan atas dihias motif tumpal dan suluran serta hiasan tumpal berbentuk daun, sedang kain bagian bawah dibuat hiasan terawangan bermotif suluran daun dan bunga.

Bagian-bagian lain dari mahkota adalah turidha (jamang sada seler) terletak didepan berbentuk kelopak bunga berhiaskan permata hijau. Diatas turidha terdapat 2 buah jamang berbentuk mahkota bunga disebelah kanan kiri kuluk (bagian pelipis) terdapat ron berupa hiasan timpal bersusun tiga, salah satu hiasan berbentuk seperti ikan dan ujung belakang berjumbai biji mentimun. Dibelakang ron terdapat sumping yaitu hiasan berbentuk seperti sayap bersusun tiga.

Pada bagian belakang kuluk dihias jungkat penatas berbentuk daun dan garuda mungkur.
MAKNA ATAU ARTI DARI BAGIAN – BAGIAN MAHKOTA BINOKASIH / BINOKA SRI DAN PERLENGKAPANNYA

- Nama Mahkota adalah Binokasih / Binoka sri, dengan bentuknya menyerupai Mahkota Batara Indra, yang melambangkan keluhuran sebagaimana layaknya seorang Raja. Dari keseluruhan bagian – bagian lambang Mahkota Binokasih / Binoka sri terkandung nilai, agar mempelai Pria dalam kehidupan berumah tangganya kelak akan mempunyai sifat – sifat yang dimiliki Batara Indra.

- Filosofi dari Hiasan Stupa yang berbentuk Kuncup Bunga Teratai dengan jumlah Kelopak Bunga sebanyak 6 ( enam ) lembar. Bunga Teratai adalah jenis tumbahan air yang berbunga indah dan mengandung Filosofi tentang kesucian hati, bahwa seorang Suami atau seorang Istri di dalam membina rumah tangganya harus di dasari dengan rasa Cinta yang tulus dan sepenuh hati. Adapun jumlah kelopaknya yang sebanyak 6 lembar adalah mempunyai makna yang berkaitan dengan Rukun Iman.

- Kain atau Sinjang yang bermotif Rereng Barong besar untuk dikenakan oleh Penganten Laki – Laki dengan cara di pakai di dodotkan. Cara di dodotkan tersebut melambangkan Filosofi bahwa untuk setiap Penganten diharapkan sudah dianggap siap untuk memasuki tahap babak baru unutk mengarungi hidup baru, dalam arti bahwa kedua mempelai sudah menjadi anggota Masyarakat sepenuhnya.

- Baju warna Kuning Dengan lengan panjang tiga perempat, warna kuning melambangkan keagungan.

- Kilat Bahu yang berbentuk Ular Naga yang dipakai untuk Penganten Laki – Laki, melambangkan kesiapan Fisik dan Mental di dalam menghadapi tanggung jawab sebagai Suami.

- Kilat Bahu yang berbentuk Burung Garuda dipakai kepada Penganten Perempuan mengandung arti bahwa seorang Istri harus kuat dan tabah dalam menghadapi suka dan duka hidup berrumah tangga.

- Dua belah Gelang yang dipakai oleh Penganten Laki – laki dan Penganten Perempuan bermakna harus mempunyai kebulatan hati di dalam memasuki babak hidup baru guna mengarungi kehidupan berumah tangga.

- Penganten Laki – laki memakai Keris yang melambangkan Kepahlawanan, bahwa seorang Suami diharapkan dalam mengayuh hidup berumah tangganya mempunyai sifat Kepahlawanan sehingga mampu menjadi pelindung dan mempunyai tanggung jawab kepada keluarga

- Benten atau ikat pinggang melambangkan arti bahwa setelah memasuki rumah tangga kelak di kemudian hari, diantaranya harus berani menahan lapar dari pada memberi makan keluarga dari cara yang tidak baik.


Jika menurut Anda artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.

1 komentar:

Posting Komentar

Pengunjung yang baik tentunya memberikan Komentar,kritik serta saran yang sopan disini, Terima kasih atas komentar dan kunjungan nya

Kembali lagi ke atas